Happy reading ✨
Kaira kini berdiri di depan cermin, menatap dirinya yang mengenakan gaun pernikahan panjang berwarna putih, lengkap berserta hijabnya yang berwarna senada dan riasan di wajah nya yang tidak terlalu tebal, justru membuat dirinya tampak lebih cantik.
Terdengar hembusan nafas kasar yang keluar dari mulut Kaira. Tak terfikir didalam benaknya jika ia akan menikah diusia muda bahkan statusnya masih pelajar.
Menikah dengan laki-laki yang Kaira sendiri tidak tau bagaimana seluk beluk keluarganya, apakah Kaira bisa menjalaninya. Apalagi dengan kehadiran bayi di antara mereka, apakah Kaira bisa memerankan seorang ibu?.
Lantas bagaimana dengan cita-citanya yang ingin menjadi seorang dokter. Masa depannya sudah hancur, sebelum dirinya menggapai cita-cita itu.
Setelah dirinya mengaku mengenai kehamilannya semalam, pagi ini juga, mereka menikah.
"Udah siap nak?"tanya wanita perih baya menghampiri putrinya.
"Ibu..."panggil Kaira. Menghampiri Nafisha dan langsung memeluknya. Nafisha tersenyum tipis, sambil mengusap pundak anaknya.
"Maafin Kaira udah bikin ibu kecewa!"ucapnya terisak.
Nafisha mengangguk kemudian melepaskan pelukannya. "Nak dengerin ibu!"ucap Nafisha sambil membenarkan hijab Kaira yang sedikit miring. "Semuanya yang terjadi itu udah takdir Allah. Kita sebagai hambanya harus bisa menerima semuanya!".
"Ibu memang kecewa dan marah sama kamu. tapi ibu pikir percuma, semuanya udah terjadi!."ucap Nafisha.
"Ibu juga minta maaf sama kamu. Karena amarah ibu semalam, tangan kamu jadi gini"sambung Nafisha memegang tangan Kaira dan menunjuk luka yang ia lakukan semalam.
Kaira yang mendengar ucapan ibunya langsung memeluk Nafisha dengan erat dan menangis kencang.
Nafisha terkekeh sambil usap pucuk kepala anaknya, kemudian melepaskan pelukannya. "Udah dong nangisnya! Udah mau jadi istri sama ibu kok cengeng gini"goda Nafisha.
"Ih ibu!"Kaira memanyunkan bibirnya kesal, lebih ke malu sih. Kemudian berhambur kepelukan ibunya yang tertawa.
..🦅🦅..
"Bismillahirrahmanirrahim, saudara Alvino Orlando bin Bima Orlando, saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan saudari Kaira Az-zahra binti Alm Abdul Aziz dengan mahar 3 juta dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!..." Ucap penghulu melafazkan ijab.
"Saya terima nikah dan kawinnya Kaira Az-zahra binti Alm Abdul Aziz dengan mahar tersebut dibayar tunai!"ucap Alvino lantang dengan satu tarikan nafas.
"Bagaimana saksi, sah?..." Tanya sang penghulu kepada para saksi dan dijawab oleh semua orang yang ada di ruangan dengan serentak.
"Sah!..."
Setelah terdengar suara sah dari semua orang, barulah Kaira keluar dari kamarnya, di tuntun oleh ibunya.
Tidak banyak yang hadir di acara ini. Hanya inti black moon, penghulu, saksi, tetangga sebelah dan ibunya.
Kaira duduk di samping Alvino, kemudian meraih tangan Alvino, lalu mengecupnya layaknya pasangan yang baru saja menikah.
Kaira Menundukkan kepalanya. Ia terisak pelan, entahlah dirinya merasa sangat kalut.
"Al! Ibu titip Kaira ke kamu! Jangan pernah menyakitinya. Jika kamu sudah tidak menginginkannya kembalikan Kaira pada ibu!"pesan Nafisha pada Alvino.
Alvino menganggukkan kepalanya ragu, Dirinya tidak yakin akan hal itu. Bukan masalah bosan atau akan menyakitinya, namun ini masalah ekonomi, ia bingung harus bagaimana, karena semua fasilitas yang ia miliki di ambil oleh ayahnya, termasuk apart.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVINO [On Going]
Jugendliteratur⚠️FOLLOW DAN VOTE NYA YAW⚠️ Menikah karena sebuah kesalahan, adalah sesuatu yang tak pernah terpikirkan dalam benak Alvino. Takdir selalu punya cara yang tidak pernah terduga. Jadi, pertemuan kita bukanlah sebuah kesalahan, melainkan takdir Tuhan. ...