part 2

9 9 0
                                    

Warning, Don't copy My story

__________________________________________________

Indonesia, kamis 15:05 sore

"Woi awas, minggir air panas air panas."

Dia menyelinap di antara murid yang berhaburan keluar untuk pulang dari sekolah.

"Berhenti woi."

Di belakang cewek itu ada Raka, Doni dan Fiki yang berlarian mengejar dia.

"Minggir minggir."

Kunciran rambut nya terlepas hingga membuat rambut hitam panjang nya terurai dan tertepa angin, membuat ia persisi seperti aktris yang memerankan iklan shampoo yang ia tonton di TV.

"Anda!"

"Anjir berhenti kagak lu."

"Jangan kabur."

Cewek itu menuruni tangga dengan cepat.

"Woi piket kelas dulu anjir."

"Gak mau males gue."

"Berhenti Anda!"

"Lu harus piket hari ini."

"Anjir masa gue mulu."

"Mulut lu gue mulu yang piket, kapan lu pernah piket kelas."

Cewek itu berhenti, dia mendongak menatap ke tiga teman nya yang masih ada di lantai dua.

"Gue bantuin kok."

"Hah! Bantuin?"

"Gak salah lu anjir, sampai semut beranak gue belum pernah liat lu piket bareng kita."

"Ya gue kan.... bantuin doa." Dia menjulurkan lidah nya mengejek.

"Awas lu."

Melihat ketiga temannya yang mulai kembali mengejar dia, Cewek itu buru buru kembali berlari turun.

"Eh...Anda."

"Sher hay."

"Lu kenapa?"

"Haduh cerita nya panjang, bantuin gue ya sayang gue mau ngumpet dulu." Anda melihat rak kayu tempat perlengkapan bersih bersih yang kosong.

Dia masuk kedalam lalu menutup pintu nya dengan pelan.

"Sherly."

Sherly membalikan tubuh nya membelakangi lemari kayu itu.

"Hay Raka."

"Hay baru mau pulang?"

"Hemm... kalian?"

"Lu liat Kananda gak?" Fiki mulai bertanya

"Kananda?"

"Iya tadi kita lari lari buat nangkep dia." Terang Doni

"Ada masalah ya?" Sherly menatap dengan cemas

"Ini bukan seperti yang lu pikirin Sher." Raka menjelaskan

"Ehh."

"Gue, Fiki, Doni sama Anda hari ini jadwal nya kita piket."

"Ohh."

"Iya kita udah sepakat buat piket pas pulang, dia malah kabur."

"Jadi lu liat gak?" Doni mulai kembali emosi

"Gue....gak liat." Sherly memegang erat tali tas nya, dia merasa sedikit takut dengan nada suara Doni yang agak kasar.

"Oke, lu hati hati pas pulang kita lanjut cari Anda dulu." Raka meremas pelan bahu membuat cewek itu merinding hingga masuk ke dalam hati nya.

Krek...

"Mereka udah pergi?" Dengan mengedap endap Anda keluar dari lemari.

Dia sedikit terbatuk karna di dalam tadi terasa pengap dan bedebu untung nya dia bisa mengelabui mereka semua.

"Udah." Sherly menyilangkan tangan nya di depan dada, sorot matanya mengintimidasi pada cewek itu.

"Makasih ya kalo gitu gue...."

"Esss mau kemana balik kekelas lu buat piket." Sherly menarik tas Kananda dan menyeretnya untuk kembali ke lantai dua.

"Cik." Kananda degan kesal menaruh ember sampah setelah isinya ia buang.

"Nah gitu donk." Doni tersenyum manis

"Lu minta gue rontokin tuh gigi."

Doni buru buru menutupi mulut nya dengan kedua tangan saat mendengar ancaman Kananda.

"Udah bersih ayo pulang." Raka menutup pintu kelas nya lalu menatap 2 temannya yang sedang di intimidasi oleh tatapan Kananda.

"Bos kita pergi dulu dah."

"Ayo buruan."

Doni dan Fiki ngibrit untuk Buru buru meninggal tempat itu, mereka merasa akan terbakar jadi abu oleh tatapan tajam Kananda.

"Cape?" Raka mengelap buliran keringat yang ada di dahi Kananda.

"Hmm." Dia dengan kesal menepis tangan itu.

"Maaf."

"Sebenarnya kamu tuh beneran cinta gak sih sama aku?"

Raka tersenyum saat mendengar ucapan kesal dari Kananda, dia mengelus pelan puncak hidung kecil itu dengan punggung jari telunjuk nya.

"Bagaimana itu di tanyakan."

"Males mau pulang."

Kananda bersiap untuk melangkah meninggalkan Raka, di luar dugaan cewek itu Raka malah menarik tasnya hingga ia menubruk tubuh bagian depan Raka.

"Cinta." Raka memeluk Kananda dari belakang

Sedikit mengambil kesempatan dia menunduk mencium wangi lemon segar yang menyeruak.
Raka suka bau ini, sangat identik dengan Kananda cewek yang ia sukai ini.

"Bohong." Kananda melepaskan diri nya lalu berbalik menatap Raka.

"Bener."

"Terus kenapa tadi gak biarin aku pulang?"

"Kamu harus tanggung jawab sama piket nya An."

"Kan kamu bisa suruh anak anak lain."

"Cewek nakal, mana boleh aku semena mena sama mereka." Raka mencubit pipi pacar nya dengan gemas.

Kananda membuang mukanya dia mau lihat cara apa yang Raka pakai untuk membujuknya.

"Liat masih mau marah?" Raka mengibaskan dua lembar tiket di depan wajah Kananda.

"Wahh kamu." Mata Kananda berbinar dia meraih tiket itu tak percaya

"Tiket konser Shawn mendes."

"Makasih." Kananda melompat girang memeluk Raka.

"Ayo pergi bersama." Raka mengelus Surai panjang Kanada dengan lembut

"Oke."


Jangan lupa tekan bintang ya kawan sampai jumpa lagi

THE CIRCLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang