Warning, Don't copy my story
__________________________________________________
"Lempar kesini."
Tap!
Plung!
Prittttt!
"Wooooooo."
"Yes."
"Elang ye ye ye."
"Kak Bara."
"Bara."
"Elang."
Terikan hebat mengema di dalam lapangan basket In door itu.
"Kerja Bagus semua nya."
Bara menerima botol minum yang di lempar oleh Leon.
"Hoki banget njir pas lu gabung sama Elang kita bisa hajar telak klub basket lain."
"Berkat kita semua."
Leon menyikut Aiden agar tidak bicara sembarangan.
"Iya bener kita semua hebat." Aiden meringis.
Bara itu murid pindahan 6 bulan lalu. Sifat nya cukup dingin dan terkesan selalu realistis dalam cara bicaranya yang kadang membuat hati tersentil.
Sejak awal bergabung hingga menjadi ketua Elang Bara orang yang cukup pendiam dan tidak banyak bicara.
"Gimana kalo kita rayain."
"Puncak Bogor, kebetulan villa keluarga gue lagi kosong." Aaron menyarankan
"Boleh tuh."
"Free kan?"
"Free." Balas Aaron
"Kalian bisa pergi gue gak ikut." Bara menggendong tas nya lalu berjalan pergi.
"Ehhh Bar lu serius." Aiden berteriak
"Tapi lu kan ketua tim." Aaron ikut bicara
"Sibuk, Kalian bisa pergi tanpa gue."
"Tapi Bar, Bara!"
"Anjir tuh anak sikap songog nya kapan ilang sih." Salah satu anggota tim mulai mengeluh.
Bara memang memiliki skill yang pro dalam bermain basket, kemampuan Stara dengan pemain basket profesional yang siap tempur untuk medali emas. Tapi sikap yang acuh terhadap sekeliling membuat beberapa pemain tim lain nya benci pada ketua basket itu.
"Gak papa kita bisa pergi tanpa Bara. Kalo gitu kita pulang siap siap ntar kumpul di rumah gue jam 4 sore."
"Oke."
Krinig.... krinig.....
"Bar tolong bawa pesanan kue nya, meja 12."
"Bar milik shake orea 1."
Bara terus berkutat dengan kepadatan pembeli hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 8 malam.
Ting!
Bara membuka notifikasi Instagram yang ada di ponsel nya. Story Aiden muncul memper lihatkan semua tim basket yang tengah merayakan kemenangan mereka siang tadi.
"Mereka lagi dimana?"
"Vila Aaron di Bogor ngerayain kemenangan siang tadi."
"Kamu gak ikut mereka?"
"Aku sibuk kak." Bara menyimpan kembali ponsel nya pada saku celana dan menyusun kue yang baru saja kakak sepupu nya keluar kan dari oven.
"Bara kamu tuh harus bisa bergaul sama temen sekolah kamu."
"Kami akrab."
Luna menggeleng kan kepala Bara ini terlalu keras kepala dan acuh, bagaimana bisa bibi nya menitipkan anak seperti ini kepada Luna.
"Kakak tinggal bentar ya." Luna melepaskan apron dari tubuh nya.
"Mau kemana?"
"Ada bahan yang habis, kak mau beli bentar ke mini market di depan."
"Bawa payung jangan lupa."
Setelah mengamati kak Luna yang sudah menyebrang Bara kembali merapikan kue kue yang ia susun.
Setelah selesai menyusui semua kue Bara duduk sejenak memandang rintikan hujan yang jatuh mengguyur bumi cukup lebat.
Nuansa di Toko Jingga nya Hanga dan tidak Seramai beberapa jam yang lalu. Mata Bara mengamati dengan hati hati agar tidak mengagu pengujung yang tengah menikmati makan dan minum nya.
"Udah genap 6 bulan gue di sini." Bara mengambil jurnal milik nya dari dalam tas di bawah meja bar.
Dia membalik setiap gambar yang ada di jurnal, setiap gambar nya berbeda hanya figur nya yang sama saat dia bermimpi maka 1 gambar akan ia buat.
Bara kadang bertanya segila apa dirinya hingga terus mencintai ilusi yang tidak hidup, dalam titik ini hati Bara benar benar tidak bisa untuk terbuka pada cewek lain kecuali dia.
Sejak dia datang ke sekolah Bara banyak menerima surat ungkapan cinta bahkan ada satu orang yang dekat dengan, Begitu lembut cantik dan pintar hanya saja hati Bara tetap tidak tergerak.
Dia masih selalu memimpikan sosok itu meskipun dengan kesadaran penuh jika semasa Bara hidup hampir 18 tahun dia belum pernah bertemu dengan dia.
Tangan berhenti pada gambar terakhir yang ada dalam jurnal. "Bagaimana bisa kamu begitu mempengaruhi aku."
"Coffe latte rendah gula 1."
Bara menaruh jurnal nya di samping meja kasir lalu bersikap membuat pesanan pelanggan.
"Ada lagi?"
"Tidak."
Dengan cekatan Bara mulai membuat pesanan pelanggan, semua gerakan yang Bara lakukan tak lupa dari mata pengunjung Toko. Bonus nya datang kesini di sore hari adalah bisa melihat salah satu pegawai toko yang hampir sekelas model to internasional.
"Coffe latte nya, selamat menikmati."
Pelanggan itu mengambil caffe latte nya dengan senyuman malu. "Benar benar tampan."
Bara hanya tersenyum tipis menangapi pujian dari pelanggan nya.
Buk!
Kring....
Bara mengambil jurnal nya Yang tak segaja ia jatuh kan.
"Selamat datang." Bara bangkit kembali untuk menyambut pelanggan yang masuk ke toko.
"Permisi apa boleh saya memesan hot milik."
"Tentu....."
Whusss...
Cring ......kring ......kring....
Karna seorang pelanggan keluar membuka pintu angin masuk dan membuat suasana menjadi semakin tegang.
Buk.
Sreth...sreth....
Jurnal Bara yang kembali terjatuh menyibak terbuka di terpa angin yang masuk.
"Halo." Dia mengibaskan tangan pada wajah Bara yang terlihat pucat.
"Bisa saya memesan hot milik?" Dia mengulangi pertanyaan.
"Kamu hidup."
"Ha?"
Jangan lupa tekan bintang ya kawan see you next part

KAMU SEDANG MEMBACA
THE CIRCLE
Novela JuvenilKalian percaya dengan adanya renkarnasi bintang? Mustahil dan Takan pernah ada mungkin mewakili logika kalian tapi, jika itu seputar mitos dan hal di luar nalar lain bagaimana? Bramasta Albarak. Setelah mengalami trauma atas kematian Ayah nya pergi...