Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00
Semua siswa sudah mulai berhamburan keluar kelas menuju parkiran, Viona mengambil tasnya lalu menyusul Dian dan Monica yang sedari tadi sedang berdiri di depan kelas menunggunya.Setibanya di area parkiran, di sana sudah cukup sepi yang membuat Viona tidak kesulitan mengeluarkan motornya.
"Vi, Dian, gue duluan ya." Monica menepuk kedua pundak sahabatnya saat menyadari mobil mewah sudah terparkir di depan gerbang.
"Hati-hati Mon," teriak Dian saat Monica berlari kecil menuju gerbang sekolah.
"Eh Vi, kok, lo bisa bawa motor se gede ini sih?" Dian bertanya sambil menepuk motor Viona.
"Udah biasa, di ajarin kakak gue," jawab Viona sambil memakai helmnya.
"Diaann!" teriak seseorang dari luar gerbang yang membuat Dian dan Viona menoleh ke arah sana.
"Eh mami! Viona gue duluan ya, oh iya jangan ngebut-ngebut naik motornya!" Gadis itu berteriak sambil berlari ke mobilnya.
Viona hanya mengacungkan dua jempol pertanda 'iya'. Setelah teman-temannya pergi, ia menaiki motornya dan memutuskan untuk ke rumah sakit sebentar untuk menjenguk sang kakak.
Sedari tadi dari kejauhan pria bermata elang itu sedang memantau gerak-gerik adik dari musuhnya itu siapa lagi kalau bukan Elvano. "Pak ikutin cewek yang pakai motor besar itu!" perintah Elvano pada Mang Tono. Karena lengannya belum sepenuhnya pulih, Elmira menyarankan putranya itu di antar jemput oleh supir pribadi mereka.
Elvano mengerutkan keningnya saat ia berada di depan sebuah rumah sakit besar yang ada di jakarta, ia melihat gadis itu sedang memasuki rumah sakit.
Karena penasaran, akhirnya Elvano memilih mengikuti Viona secara diam-diam untuk mencari tahu apa yang sedang gadis itu lakukan di rumah sakit ini.
"Mang tunggu di sini ya, saya mau masuk sebentar," ucapnya pada Mang Tono.
"Iye den, hati-hati."
Dengan langkah pelan Elvano mengikuti Viona yang kini sedang menaiki tangga, karena merasa ada yang mengikutinya, gadis itu menghentikan langkahnya lalu berbalik ke belakang dan dia tidak menemui siapa-siapa, ah mungkin hanya perasaannya saja. Viona pun kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar yang ada di ujung sana.
"Shit, gue hampir aja ketahuan." Elvano mengelus dadanya sambil bersembunyi di balik tembok.
Tepat di depan kamar nomor 12, Viona membuka pintu kamar itu dengan pelan. Ia itu meletakkan tasnya di sofa yang terdapat di dalam kamar inap kakaknya.
"Kak mau berapa lama lagi sih tidur gini? Papa sama Mama udah pisah kak. Maafin Viona ya gak bisa sering-sering ke sini. Tapi, Viona janji akan balas semua perbuatan mereka yang udah buat kakak jadi gini," perlahan air matanya jatuh begitu saja karena tidak tega melihat kondisi kakaknya yang sama sekali tidak ada peningkatan.
Tanpa Viona sadari, di luar Elvano sudah mengepalkan tangannya dengan kuat saat melihat orang yang sangat ia benci ada di hadapannya, darahnya seperti mendidih dan sangat ingin menghajar orang itu sampai habis walaupun lucas masih terbaring lemah di atas brankar.
"Bisa gue pastiin gak lama lagi lo bakal nyusul Alana, nyawa harus di bayar nyawa!" satu kalimat yang Elvano ucapkan dengan pelan sebelum dia pergi meninggalkan tempat ini sebelum emosinya semakin memuncak.
~~~
Di sebuah rumah mewah seorang pria duduk di sofa sambil memainkan ponselnya, jemarinya satu persatu mengetik kata demi kata hingga muncul lah sebuah nama yang sangat ia sukai akhir akhir ini.
"Gua gak nyangka Vi, hubungan kita bakal gini," lirih Angkasa memandangi foto Viona di layar ponselnya.
Nora yang sadar dengan tingkah aneh putranya hanya bisa menghembuskan napasnya berat, ia berjalan pelan mengampiri putra semata wayangnya itu. Tangannya mulai mengelus kepala Angksa dengan sangat lembut.
"Kenapa nggak bilang sama Mama hm?"
Sontak angkasa langsung mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja saat mendengar ucapan ibunya.
"Mama ngagetin aja," ucapnya gelagapan.
"Mama tau, kamu suka kan sama Viona, maafin Mama ya nak. Mama egois." Nora mengelus tangan kekar putranya.
"Mama ngomong apasih, kenapa minta maaf coba?"
"Mama bisa kok batalin pernikahan ini demi kamu sayang."
"Ma, udah deh, kenapa sih bicara gitu. Angkasa nggak suka kok sama Viona, Angkasa sudah menganggap Viona sebagai adik Angkasa sendiri. Mama tau kan dari dulu Angkasa pengen banget punya adik perempuan."
"Kamu nggak perlu bohong sama Mama sayang, Mama lebih milih kamu dari pada yang lain. Cuma kamu yang Mama punya di dunia ini," ucap Nora memeluk erat putranya.
"Udah, jangan ngomong gitu lagi yah. Angkasa janji akan jadi abang yang baik buat Viona. Lagian Angkasa juga suka banget sama Om Marcel, dia orang yang tepat buat Mama," Angkasa berusaha meyakinkan ibunya.
Nora juga tidak bisa berbohong pada dirinya sendiri, dia sangat mencintai Marcello, di satu sisi lagi dia juga tidak ingin melihat putranya bersedih.
"Semoga kamu dapat yang lebih baik ya sayang, nanti Mama cariin deh."
"Hahah cariin yang cantik dan yang sexoy ya Ma," kekeh Angkasa yang mendapat cubitan kecil dari sang ibu.
"Kamu ini, Mama mau mantu yang sholeha Angkasa, bukan yang aneh-aneh, ingat itu!"
"Hehe bercanda Ma, tapi janji cariin ya."
"Ck, iya-iya nanti mama cariin anak temen Mama. Eh, mau makan nggak? Mama tadi udah masak loh."
"Mau, mau." Angkasa berlari kecil menyusul Nora yang sudah duduk dan menyajikan beberapa lauk di atas meja.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
MOIRAI [REVISI]
Novela Juvenil"Membenci itu mudah,tapi mencintai itu butuh keberanian" -Elvano- "Mencintaiku atau membenciku, keduanya menguntungkanku. Jika kamu mencintaiku, aku akan selalu ada di hatimu. Jika kamu membenciku, aku akan selalu ada di pikiranmu." -Viona- ________...