Tanggal 8 Mei 1984, masih di kediaman tempat tinggal Jevika.
Jevika merasa gelisah dan mencari-cari sesuatu yang ada di kotak korannya. Tanpa ragu, ia mengobrak-abrik koran-koran yang pernah ia baca dan mengambil satu koran lalu menunjukkannya pada Fayona.
Fayona memerhatikan artikel yang ditunjukkannya dan membacanya. Berita itu memberitakan kabar buruk yang tak terduga, tentang hilangnya seorang penyair internasional bernama Fayona Kane. Kabar itu membuat kebingungan keluarga dan polisi, karena Fayona menghilang begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Hal itu terjadi saat ia hendak debut karya terbarunya. Sekarang, polisi masih terus mencari Fayona yang hilang secara misterius. Berita ini mengguncang dunia sastra internasional.
Kemudian, Fayona melihat tanggal terbit koran itu, yaitu pada tanggal 9 Januari 1984.
"Berita ini baru muncul setelah saya menghilang dua hari!" Fayona nampak kesal.
"Apakah itu benar anda?" tanya Jevika memastikan.
"Ya, itu saya."
"Saya tidak menyangka bisa bertemu anda secara langsung," ujar Jevika nampak terharu, lalu mengusap air matanya.
"Seharusnya saya yang menangis haru, karena anda sudah mau menolong saya," jawab Fayona lalu tersenyum kepada Jevika.
Jevika masih merasa tak menyangka bisa bertemu langsung dengan penulis terkenal itu.
Lalu, Fayona pun berkata, "Dimana keluarga anda? Dari tadi saya tidak melihatnya?"
Mendengar itu Jevika langsung tertunduk sedih.
Melihat ekspresi Jevika, Fayona langsung tersadar dan berkata, "Tidak apa-apa wahai gadis manis, saya tidak akan memaksa anda untuk berkata apapun, namun bolehkah saya berjalan-jalan melihat sekitar tempat tinggal anda, nampaknya pemandangannya begitu indah."
"Ayo saya temani," sahut Jevika.
Dan mereka pun berjalan melihat-lihat pemandangan sekitar tempat tinggal Jevika. Dengan perlahan, mereka berjalan sambil menikmati setiap pemandangan yang memukau. Langkah mereka menjadi lambat, karena Fayona masih merasakan kesakitan dari luka-luka yang belum sepenuhnya sembuh.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah padang ilalang yang memukau. Di tengah-tengah padang ilalang tersebut, mereka melanjutkan perjalanan dengan langkah berhati-hati. Lalu mereka menemui pemandangan danau yang indah terhampar di hadapan mereka.
Langit terlihat begitu cerah dan hangat, sementara burung-burung berwarna-warni bergelantungan dengan lincah di udara.
"Wow, pemandangan-pemandangan ini sungguh menakjubkan, jika dunia menyorot, mungkin tempat ini akan jadi objek wisata favorit para turis," ujar Fayona dengan wajah yang penuh kebahagiaan.
"Saya berharap dunia tak menyorotnya, sebab saya tidak suka keramaian dan dunia tak boleh tahu saya," jawab Jevika.
Fayona nampak penasaran dengan apa yang dimaksud Jevika.
"Baiklah, selama 20 tahun saya hidup, saya tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang hidup saya, Anda orang pertama yang akan saya beritahu tentang hidup saya."
Fayona nampak terenyuh mendengar apa yang Jevika katakan.
"Saya berharap Anda dapat menjaga rahasia ini, atau Anda dapat menjadikannya inspirasi untuk tulisan Anda, namun tolong samarkan nama saya, keluarga saya, dan tempat ini."
"Baiklah," jawab Fayona sembari mengangguk.
Lalu Jevika pun menceritakan tentang kehidupannya,
"Dahulu, saat Ayah bertugas di luar negeri, beliau bertemu dengan Ibu dan mereka saling jatuh cinta. Saat itu, Ayah berusia 35 tahun dan Ibu berusia 20 tahun. Singkat cerita, mereka menikah. Namun, pada saat itu, Ayah telah memiliki seorang istri yang merupakan seorang artis terkenal dan masih aktif di media hingga saat ini. Sementara itu, Ibu saya adalah seorang gadis biasa yang tinggal di tepi kota Inggris.
Setelah menikah, Ayah membawa Ibu pindah ke sini dan beberapa tahun kemudian saya lahir. Seiring berjalannya waktu, keberadaan Ibu diketahui Istri sah Ayah, dan Ibu pun dilempar, semenjak kejadian itu Ayah semakin jarang mengunjungi kami.
Ibu mulai mengalami masalah kesehatan karena terlalu sering memikirkan Ayah. Bukan hanya fisik tapi jiwanya juga terganggu, Saya sering menjadi sasaran pelampiasan amarah Ibu yang terpendam.
Akhirnya, Ibu meninggalkan saya untuk selamanya ketika saya berusia 15 tahun. Sejak itu, saya hidup sendirian di sini. Ayah sesekali datang menjenguk, namun pada suatu ketika kami terlibat pertengkaran hebat dan beliau mengatakan menyesal memiliki anak seperti saya.
Saat itu, saya merasa sangat terpuruk. Hingga saat ini, saya enggan berbicara dengannya. Dan semakin hari, beliau semakin jarang mengunjungi saya.
Entahlah, mungkin sekarang dia sudah melupakan keberadaan saya. Selama ini, saya bertahan hidup dengan hasil pangan yang saya dapatkan."
Mendengar kisah hidup Jevika membuat Fayona tersentuh.
"Anda gadis yang sangat kuat, Jevika," ujar Fayona sembari mengelap air matanya.
"Nyonya Fayona, saya benci terlihat menyedihkan, jangan kasihani saya."
"Maafkan saya, saya menangis bukan karena kisah hidup Anda, namun saya menangis karena kagum, betapa kuatnya Anda," ujar Fayona dengan mata yang masih berkaca-kaca.
"Anda lebih kuat, Nyonya. Anda bisa bertahan dalam penculikan itu dan berhasil melarikan diri dari sana."
Sambil melihat Jevika, Fayona tersenyum dan berkata, "Jevika, saya tidak akan menjadikan kisah hidup Anda sebagai inspirasi tulisan saya, namun Anda sendirilah yang akan menjadikannya sebagai inspirasi dalam tulisan Anda, ikutlah denganku ke Amerika dan jadilah saudariku, jadilah penyair hebat di sana, saya melihat Anda memiliki jiwa Penyair yang hebat, kemarin aku juga sudah membaca salah satu karya Anda yang sangat menyentuh hati."
Mendengar itu, Jevika terdiam sejenak lalu menjawab, "Maaf saya tidak bisa, dunia tak boleh tahu saya!"
"Jevika, setidaknya fikirkan diri Anda, Anda berhak bahagia. Bukan egois jika kita memilih untuk menempatkan diri kita sendiri di atas yang lain, itu adalah rasa hormat terhadap diri kita sendiri," ujar Fayona mencoba meyakinkan.
"Maaf... Ayo kita kembali ke rumah," lalu Jevika beranjak pergi.
Dan Fayona pun memanggil Jevika, "Jevika... Fikirkan dulu baik-baik soal tadi."
Bersambung...
Hay teman-teman, terimakasih telah membaca kisah ini, beri masukkan, saran/kritik yaa... jika sempat. Sungguh itu dapat membantu perkembangan saya dalam menulis.
Love u readers😍
Terus pantau kisah ini, karna akan ada pesan dalam cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Sajak [End]
RomanceJevika, seorang penyair yang tinggal sendiri di desa terpencil yang jarang di jamah manusia. Ayahnya seorang politisi terkenal dan menyembunyikannya karena Jevika adalah hasil dari perselingkuhannya yang bisa merusak citra Ayahnya yang dianggap sang...