Namun, Sandykala masih duduk di tempatnya, dan melanjutkan sisa potongan ayat yang masih tersisa dalam hafalannya. Tak berselang lama, suara misterius terdengar, membuat Sandykala terlonjak kaget.
Dengan cepat, ia bangkit dari tempat duduknya dengan perasaan waspada yang memenuhi dirinya. Dengan langkah hati-hati, Sandykala keluar mengelilingi sekitar pondok, mencari asal suara itu.
Dia berusaha memastikan bahwa tidak ada ancaman yang mengintai. Namun tidak ada apapun di luar, setelah beberapa momen tegang, terungkaplah rahasia suara misterius itu. Ternyata, suara tersebut berasal dari suara dengkuran yang pulas dari Jevika yang telah terlelap tidur.
"Dasar," ucap Sandykala sambil menghela nafas lega dan tersenyum kecil.
-Skipp-
Keesokan harinya...
Mereka duduk di pinggiran pantai sembari bercerita. "Jevika, kejadian ini bukan terjadi secara kebetulan, coba ingat-ingat siapa yang tidak menyukaimu?"
Jevika terdiam sejenak kemudian menggelengkan kepala.
SandyKala pun tersenyum sedikit, lalu berkata, "Kau ini... Ada sesuatu yang perlu kau ketahui. Nampaknya ada orang yang tidak suka dengan apa yang kau miliki."
Jevika menatapnya dengan penasaran. "Kenapa bisa begitu?"
SandyKala tersenyum lembut sebelum menjawab, "Kau tahu, kebahagiaan dan kesuksesanmu tidak selalu dicintai semua orang. Terkadang, itu membuat orang merasa terancam atau iri."
"Ternyata, dia punya sisi positif yang istimewa, yaitu kemampuannya untuk berpikir positif, meskipun terkadang terlihat agak keras kepala." gumam SandyKala.
"Ini semua memang salahku," kata Jevika dengan suara lembut, "aku egois, seharusnya aku tak membiarkan diriku tersorot oleh dunia. Sekarang aku malah membawamu ke dalam masalah."
"Iyah, ini semua memang salahmu," ujar Sandykala dengan nada bijak.
"Salahmu, Karna terus menyalahkan dirimu sendiri, kau terlalu memikirkan orang lain sehingga lupa memikirkan dirimu sendiri," lanjutnya dengan penuh perasaan.
Jevika tersenyum tipis.
Kemudian SandyKala berjalan lalu mengambil sebuah ranting pohon yang cukup besar, memilih tempat yang sesuai yang tidak mudah digapai oleh air laut dan tetap terlihat dari atas. Sementara itu, Jevika tampak kebingungan. Ia tidak mengerti apa yang ingin dilakukan oleh SandyKala. Namun, ia memutuskan untuk tetap memperhatikan dengan penuh penasaran.
Perlahan SandyKala mulai membuat garis-garis panjang di pasir, membentuk sebuah huruf besar. Ia melakukannya dengan sabar dan teliti, memastikan setiap detailnya sempurna. Beberapa menit kemudian, huruf-huruf tersebut mulai membentuk kata-kata yang jelas, "Help Me," tulisan itu terpampang besar di pasir, berharap siapapun yang lewat dari atas dapat melihatnya.
Jevika yang menyaksikannya nampak kagum dengan apa yang dilakukan SandyKala.
Kemudian, SandyKala dengan penuh semangat berteriak, "Jevika, kita akan melarikan diri dari pulau ini dengan selamat. InsyaAllah. Kau tak perlu lagi bersedih!" suaranya bergema di atas pantai yang sepi.
Kemudian, Jevika mendekat ke SandyKala lalu berkata, "Entahlah berharap kepada manusia terkadang hanya bisa membuat kecewa,"
"Tidak, Jevika. Aku meletakkan segala harapanku pada Sang Pencipta. Hanya dengan pertolongannya, yang mustahil bisa menjadi mungkin."
"Kau sangat optimis ya, SandyKala," ujar Jevika sembari tersenyum.
-
[Di sisi lain, di kantor polisi],Fayona tampak berada dalam percakapan serius dengan seorang petugas polisi yang memiliki tugas khusus sebagai penyelidik kasus menghilangnya Jevika.
Mereka berada di dalam ruangan yang tenang, terang benderang oleh cahaya dari lampu-langit-langit yang menjadikan situasi semakin dramatis.
Petugas polisi pun mulai menyampaikan temuan dari penyelidikannya, "Nyonya, berdasarkan kesaksian beberapa orang yang hadir di pesta tersebut, sebelum Jevika menghilang, mereka mengamati bahwa Jevika tengah terlibat dalam percakapan yang begitu mendalam dengan seorang pria. Kami berhasil mengidentifikasi lelaki tersebut, ia bernama SandyKala, seorang kritikus sastra yang bekerja di salah satu perusahaan ternama di New York."
"Apakah anda mengenal lelaki itu?" lanjut polisi itu bertanya.
Fayona terdiam sejenak mencoba mengingat, kemudian ia menjawab, "Tidak, saya tidak pernah mengenal lelaki itu sebelumnya, namanya nampak asing."
"Baiklah, saya akan langsung menyelidikinya, terima kasih atas info yang telah anda berikan,"
"Maaf pak, jika kau ingin datang ke rumah pria itu, boleh saya ikut? Siapa tau setelah bertemu langsung dengannya saya dapat mengenalinya,"
Dan polisi pun mengangguk.
Mereka pun beranjak menuju tempat tinggal SandyKala. Namun, ketika mereka sampai di apartemennya, mereka mendapati bahwa apartemen tersebut kosong. Maka, mereka memutuskan untuk mencoba pergi ke kantor SandyKala. Saat tiba di kantor, mereka beruntung karena Erick, rekan kerja SandyKala yang paling dekat, yang menyambut mereka.
Dalam suasana yang penuh ketegangan, Erick memberikan penjelasan kepada mereka, "Mohon maaf, Pak dan Nyonya. SandyKala pun telah menghilang sejak malam pesta itu. Ketika kami hadir di acara tersebut, saya bersamanya sepanjang waktu, tetapi saya harus mengakui bahwa godaan gadis-gadis cantik di sana membuat saya lupa diri. Saat acara hampir berakhir, saya mencoba mencari SandyKala di sekeliling, namun sayangnya dia lenyap tanpa jejak. Bahkan mobilnya masih terparkir di tempat yang sama seperti semula. Akupun ingin melaporkan atas hilangnya SandyKala."
"Tolong, bisa kau jelaskan tentang latar belakang SandyKala?" tanya Polisi.
"Saya sudah lama berteman dengan SandyKala sejak dia pindah ke New York, setahuku dia hanya tinggal sebatang kara."
Baiklah, terima kasih atas informasinya. Saya akan menindaklanjuti kasus ini sampai selesai."
Lalu tak lama kemudian polisi mendapat telepon, mengangkatnya. Polisi itu terlihat sangat serius berbincang-bincang di telepon. Setelah selesai polisi itu lalu berkata, "Ada kabar baru, penculik Jevika tertangkap,"
Mendapat kabar itu, Fayona langsung syok dan berkata, "Lalu bagaimana?"
"Orang itu sedang dibawa menuju kantor,"
"Aku akan ikut denganmu," ujar Fayona.
"Akupun sama," timpal Erick.
Dan mereka pun ikut ke kantor polisi.
-Skipp-
[Kembali Ke Sisi Jevika dan SandyKala],
Sore hari...
Terlihat Jevika dan SandyKala sedang menikmati ikan panggang di pinggir pantai.
Jevika: (menggigit ikan panggangnya dengan lahap) SandyKala, sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya, bahkan sebelum kita bertemu di komunitas sastra, namun di mana ya?...
SandyKala: (tersenyum) Akhirnya kau ingat.
Jevika: (terdiam sejenak) Mungkin sebelumnya kau pernah masuk dalam mimpiku.
Tiba-tiba, angin berhembus semakin keras dan awan hitam mendominasi langit.
SandyKala: (mencoba melindungi makanan yang ada, dari angin kencang) Hei, anginnya makin kuat. Ayo cepat makan sebelum hujan turun!
Jevika: (memakan cepat-cepat ikan panggangnya) Iyah.
Dalam sekejap, rintik hujan turun perlahan, membasahi Jevika dan SandyKala serta makanan mereka. Dalam kegopohan, mereka bergegas berlari menuju pondok.
Namun, ketika mereka berlari, kenangan saat Jevika menabrak SandyKala di bandara tiba-tiba muncul dalam pikiran Jevika.
Kemudian mereka pun sampai, dan setelah beberapa menit berlalu sejak mereka sampai di pondok, terdengar suara petir yang menggelegar sangat kuat mengagetkan mereka.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Sajak [End]
عاطفيةJevika, seorang penyair yang tinggal sendiri di desa terpencil yang jarang di jamah manusia. Ayahnya seorang politisi terkenal dan menyembunyikannya karena Jevika adalah hasil dari perselingkuhannya yang bisa merusak citra Ayahnya yang dianggap sang...