Mendengar teriakan, SandyKala langsung cepat menghampiri Jevika, dan SandyKala melihat Jevika tengah dibawa paksa oleh dua orang yang memakai jubah hitam.
Menyaksikan hal itu, SandyKala tak hanya tinggal diam. Ia langsung bergegas menyelamatkan Jevika. Ia memukuli salah satu orang yang berjubah hitam itu, hingga terjadilah perkelahian di antara mereka, dan yang satunya tetap menahan Jevika.
Hingga akhirnya orang yang berjubah hitam itu pun tumbang tak sanggup melawan. Jevika yang menyaksikan itu sangat ketakutan hingga menangis. Lalu SandyKala mendekat ke satu orang lagi yang menahan Jevika.
"Jangan mendekat! Atau kau akan menyesal!" ancam orang itu.
SandyKala tetap saja mendekat secara perlahan. Semakin mendekat lalu...
"Awas!" teriak Jevika.
Terlihat rombongan orang yang memakai jubah hitam mencoba menyerang SandyKala dari belakang. Namun dengan cepat tanggap, SandyKala langsung menghindar. Rombongan itu sekitar berjumlah 20 orang, dan mereka semua berpakaian yang sama dengan tinggi yang sama.
Lalu, mereka semua menyerang SandyKala secara bersamaan, dan terjadilah perkelahian lagi. Dalam perkelahian sengit itu, SandyKala berusaha keras bertahan agar bisa menolong Jevika.
Saat itu suasananya sangat hening, orang di sekitaran mereka tidak ada, orang-orang dari dalam pun tidak bisa mendengar mereka sebab ruangannya kedap suara.
Perkelahian terus berlangsung. SandyKala semakin tak kuat menahan serangan yang datang padanya. Tubuhnya mulai lemas, dan perlahan-lahan ia mulai kehilangan kendali. Di lain sisi, Jevika mencoba untuk melawan, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, tenaga mereka sangat kuat.
Hingga akhirnya SandyKala tumbang dan wajah Jevika dibekap hingga ia tak sadarkan diri.
[Sementara di sisi lain],
Darell mendekati Fayona, lalu berbisik. "Kak, dimana Jevika?"
"Dia sedang melihat-lihat lukisan disana."
"Aku sudah mencarinya di sana, namun tetap tak menemukannya."
"Baiklah, kau coba cari lebih teliti lagi di tempat lain. Hari ini ia memakai make-up tak seperti biasanya, mungkin kau tak mengenalinya. Dan aku pun akan ikut membantumu mencarinya," bisik Fayona.
Lalu Fayona pun berpamitan kepada temannya untuk mencari Jevika.
"Tak perlu khawatir, Nyonya Fayona. Anak gadis memang sering seperti itu, mungkin dia sedang berkencan dengan salah seorang pemuda yang ada disini," ujar salah seorang teman Fayona.
Lalu Fayona tersenyum, namun gesture badannya tak bisa berbohong bahwa ia sangat merasa cemas. Lalu, ia pergi.
"Dia sangat menyayangi gadis itu. Sungguh, gadis itu sangat beruntung dipertemukan dengan Fayona," ujar salah seorang teman Fayona.
"Benar, mereka juga nampak sangat mirip," sahut temannya yang lain.
"Jevika juga sangat cerdas, sama seperti Fayona," timpal salah seorang temannya lagi.
[Di terjemahkan dari bahasa Inggris]
[Sementara di sisi lain],
Terlihat Fayona yang sedang mencari Jevika dengan penuh kekhawatiran, ia mencarinya di setiap sudut ruangan. Namun ia tetap tak menemukannya. Ia juga mencoba keluar ruangan, namun di luar sangat sepi dan hening, tidak ada siapapun disana.
Lalu Darell bertemu dengan Fayona, "Aku sudah mencarinya dimana-mana, ia tetap tak ada."
"Aku pun begitu," jawab Fayona.
Lalu Jenifer datang menghampiri mereka.
"Apa yang terjadi?" tanya Jenifer.
"Jevika menghilang, apa kau melihatnya?" jawab Fayona.
"Tidak, aku tak melihatnya. Paling juga dia lagi pergi dengan lelaki lain dan pindah ke hotel, dia kan wanita rendahan," jawab Jenifer dengan nada bicara yang mengolok.
Mendengar jawaban Jenifer membuat Fayona merasa kesal, "Jenifer, dalam situasi seperti ini apa kau tidak bisa berhenti merendahkan orang lain!"
Dari dulu, Fayona sangat tidak suka dengan Jenifer karena perilakunya yang buruk. Lalu ia pergi meninggalkan Jenifer dan Darell.
"Dari dulu, dia memang sangat membenciku," gerutu Jenifer.
"Jenifer, kau sungguh keterlaluan!" bentak Darell pada Jenifer.
"Darell, kau membentakku! Kau membentakku hanya karna gadis rendahan itu?"
"Kali ini, kau sungguh keterlaluan!" Lalu Darell pergi meninggalkan Jenifer.
[Mereka berbicara dalam bahasa Inggris].
Saat itu Jenifer merasa sangat kesal, lalu ia mengepalkan tangannya dan menatap lurus dengan penuh amarah ke arah Darell yang pergi meninggalkannya.
[Kembali ke sisi Fayona],
Fayona sudah menghubungi keluarganya yang ada di rumah, namun kabar dari rumah mengatakan Jevika belum pulang sama sekali sejak dari pesta ini.
Lalu, Fayona langsung menelpon polisi. Namun tanggapan polisi sungguh tak mengenakan.
"Maaf nyonya, putrimu baru menghilang beberapa jam, dan kau sudah mencarinya. Putrimu pun sudah mulai beranjak dewasa, mungkin saja dia tengah bersenang-senang bersama temannya. Hubungilah aku kembali jika putrimu menghilang 24 jam."
"Tapi..." Fayona bersikeras ingin segera meminta polisi untuk mencarinya, namun Fayona tak memiliki alasan yang kuat untuk meyakinkan polisi.
"Kita akan menunggu beberapa jam lagi, jika Jevika tetap tidak kembali, kita harus segera bertindak," ujar Darell.
Lalu, Fayona pun menangis, dan berkata, "Jevika, maafkan aku, tak bisa menjagamu dengan baik."
Lalu Darell pun mencoba menenangkan Fayona, "Sudahlah, Kak. Aku akan bersikeras mencari keberadaan Jevika.
[skip]
3 hari kemudian...
Jevika terbangun dengan perasaan bingung dan ketakutan di dalam sebuah ruangan yang terbuat dari kayu. Cahaya matahari pagi perlahan menyusup masuk melalui celah-celah kayu, menerangi ruangan dengan lembut.
Dinginnya angin laut memasuki ruangan melalui jendela-jendela yang terbuka, membuat Jevika menggigil. Suara ombak yang tenang di kejauhan menciptakan suasana yang misterius, dan aroma udara segar yang bercampur dengan bau kayu memberi kesan bahwa dia mungkin berada di pulau terpencil.
Ia menatap sekitar ruangan yang kosong. Ia sendirian di sana. Lalu, Jevika mencoba mengingat ulang kejadian yang menimpanya. Sontak, ia langsung memanggil nama, "SandyKala!"
Lalu, ia pun berjalan keluar, terlihat hamparan lautan yang tak berujung. Suasana sekitar sangat hening dan tenang. Hembusan angin lembut menggerai rambutnya. Tidak ada tanda-tanda kehidupan manusia, hanya alam yang alami dan indah yang mengelilinginya.
Jevika pun menangis dan berkata, "Aku sendiri lagi," air matanya mengalir begitu deras.
"Di antara riuhnya suara ombak, rasa sepi membanjiriku. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini, hanya ada aku, ditemani oleh air mata," batin Jevika.
Lalu Jevika pun merasa haus, ia mencoba minum air laut. Walaupun airnya sangat asin, ia tetap memaksakan untuk minum karena ia merasa sangat dehidrasi.
Lalu tiba-tiba, kelaparan yang luar biasa menderanya, mendorongnya untuk berjalan mencari makanan. Namun saat ia sedang mencari sesuatu untuk dimakan, tak sengaja ia menemukan sebuah abu bekas bakaran. Melihat itu, membuat harapan Jevika tumbuh bahwa masih ada orang yang tinggal di sana.
Lalu dia pun berteriak, "Help Me!" dia terus mengulang-ulang kalimat itu.
Hingga akhirnya ia tak kuat lagi untuk berteriak dan jatuh pingsan. Namun, tak lama dari itu, ada seseorang yang mengangkat Jevika dan membawanya pergi dari sana.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Sajak [End]
RomansaJevika, seorang penyair yang tinggal sendiri di desa terpencil yang jarang di jamah manusia. Ayahnya seorang politisi terkenal dan menyembunyikannya karena Jevika adalah hasil dari perselingkuhannya yang bisa merusak citra Ayahnya yang dianggap sang...