Atmosfer yang pekat, lambat-laun memudar. Bayi beruang dalam dekapan si sulung terbangun. Pipi merah itu masih bertumpu pada bahu Zion yang tegap. Celo malas mengangkat wajahnya, meski pun sadar bahwa ada kehadiran orang lain di sana. Usapan halus di punggung Celo membuat kelopak matanya melambat.
Kakak pandai menarik kantuk yang hampir hilang. Tak berselang lama, Celo dirampas dari Zion yang tak siap. Celo tersentak. Posisi tubuhnya jadi lebih tinggi dan tertekan. Pelukan yang terlalu erat dan memaksa. Bukti bahwa si pelaku bukan ahli dalam menggendong seorang bocah. Anak itu menggeliat.
Hingga netranya bertabrakan dengan dua manik cokelat yang kelam. Celo dibuat membatu. Orang asing yang punya intimidasi kuat ini pasti tamu yang mereka tunggu.
" Kamu! Kenapa datangnya lama?! "
Kerah kemeja Louis ditarik-tarik oleh Celo yang geram. Celo jelas tau siapa orang rupawan minim senyuman ini. Ayahnya. Ayah yang sama sekali bukan panutan Celo dalam hal kedisiplinan. Celo itu bocah yang suka mengatur jadwal. Waktu bolosnya sekali pun, harus ditentukan dengan durasi yang tak boleh berlebihan.
" Kamu itu ganggu jam tidur Celo, tau! Lihat, jam berapa sekarang! Dasar, nakal! " Celo memang cerewet, mungkin lebih nakal. Tapi, untuk urusan pertiduran, Celo adalah anak yang handal. Rasa takut pun kalah telak. Zion yang semula diam, ikut melepaskan kekehan samar. Beruang kesayangannya memang maniak ranjang.
" Kam--"
" Apa aku perlu mengajarkanmu, bagaimana etika bicara pada orang yang lebih tua? "
Omelan Celo disanggah oleh nada datar Louis yang tajam. Celo bungkam. Lidahnya kelu. Ini pertama kali Celo mendengar suara asing di telinganya. Anak itu menunduk dalam. Hancur sudah ekspetasinya. Bukan seperti ini sambutan yang Celo harapkan. Louis menurunkannya dari gendongan.
" Karena sepertinya, putra sulungku gagal mendidik adiknya--" sudut bibir Louis naik, melihat sekilas bekas jahitan di tulang kering Zion yang tampak jelas. Lalu, bertatapan dengan Zion yang abai.
" Bukankah begitu, Zion? "
Dari ucapan sarkas itu, Celo percaya jika alpha ini tengah menyindir kakaknya. Celo dengan kuat memukul paha Louis yang berada di depan mata. Pukulan beruntun yang sama sekali tak memberikan efek pada targetnya, terus Celo luncurkan. Celo benci, ketika seseorang menyalahkan Zion atas tindakannya. Wajahnya mendongak, telunjuknya dengan optimis menuding Louis.
" Kamu! Kenapa jahat?! "
" Aku tidak pernah mengatakan aku baik. "
Celo yang siap memaki, mendadak harus berhenti sebab Zion dengan lembut menarik tangannya. Remaja itu membawanya pergi, meninggalkan Louis yang masih tak merubah ekspresi. Sembari mengikuti langkah kakak menuju kamar, Celo melirik sinis pada sang dominan. Bibir merahnya terus saja menyolot. Belum puas memarahi si titan bebal.
" Awas, ya, kamu! "
.....
Lampu kamar telah padam dua jam yang lalu. Bungsu de Cosa itu masih terjaga sampai saat ini. Jarinya setia mengusap rahang tirus Zion yang terlelap. Celo tak bisa tidur sendirian, hal itulah yang menjadi alasan mereka selalu satu kamar. Anak itu menghela napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELO
Teen FictionCelo de Cosa-Bocah 10 tahun yang penurut juga bawel. Anak yang suka kedisiplinan akan jadwal tidurnya. Bayi beruang milik para alpha de Cosa. Celo, obat penenang seorang dominan seperti Louis. Juga, kesayangan sosok remaja rupawan bernama Zion.