6

3.5K 459 33
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.....

09.00 AM
Mansion de Cosa, Milan. Italia.

Koridor lantai satu ini jarang Celo cecahi. Dinding kaca di sepanjang lorongnya, menampilkan hamparan taman yang asri. Jalan ini adalah penghubung mansion, dengan tempat latihan olahraga khusus keluarga. Celo sebenarnya tak suka ke sana. Terakhir kali anak itu pergi, karena ingin menemani Zion membentuk tubuhnya.

Kakak melarang. Zion bilang, ruangan ini hanya untuk orang dewasa. Celo belum memenuhi spesifikasi untuk ke sini. Namun sekarang, bocah manis itu berjalan dengan sebungkus keripik kentang. Bukan menghampiri kakak, sebab cowok itu masih belum pulang. Tetapi, hendak menemui Louis. Kata pelayan, tuan besar mereka tengah latihan menembak.

Helaan napas Celo memencar. Dirinya sudah sampai di depan pintu ruangan. Manik madunya masih nyaman membaca tulisan sistem--Please Wait. Sampai lampu biru menyala di sekitar sudut pintu. Benda otomatis itu berhasil menerima identitas Celo dari sebuah kamera. Sliding door terbuka. Mempersilahkan Celo masuk ke dalamnya.

DOR!

Keripik kentangnya terlempar. Ekor matanya baru saja merekam sebuah timah panas melesat, melewati sisi samping kepalanya. Celo ambruk, jantungnya terasa ingin meledak. Pupilnya naik. Di ujung sana, Louis berdiri tegap seraya membidiknya. Atensi Celo beralih pada selongsong peluru yang lepas dari pistol sang alpha.

Kling!

Suara hantaman wadah mesiu itu begitu nyaring. Amunisinya kembali terisi. Tarikan pelatuk lagi-lagi berbunyi. Refleks Celo berdiri, memungut keripik kentang yang berserakan di lantai. Manik yang sempat berbinar, redup. Mengabaikan Louis yang masih menodongkan senjata. Niat hati, ia ingin berterima kasih pada ayah atas camilannya.

Tapi lihat, alpha angkuh itu malah ingin membunuhnya. Earmuff yang tersemat di telinga, Louis gantungkan di lehernya. Pistol diturunkan, mendekat pada Celo yang bungkam. Bocah manis itu sibuk meniup-niup setiap keripik, meskipun tak bisa lagi dimakan dan harus dibuang. Celo masukkan dalam bungkusnya dengan hati-hati.

Sampai gerakannya terhenti oleh sepatu Louis yang menginjak hancur keripik terakhir. Tangan Celo mengepal. Enggan mendongak pada Louis yang setia mengunci pandangan. Celo rasa, dirinya benar-benar tak bisa akur dengan titan aneh ini. Louis berjongkok, menaikkan dagu Celo dengan ujung pistolnya.

" Apa kau juga memakan hasil pungutan? Kotor sekali. " Wajah datarnya terlihat mengejek. Celo menatap nyalang. Orang tua ini, batinnya. Rautnya memerah. Kapan Louis tidak memancingnya untuk bertengkar. Bocah itu menepis kasar tangan Louis. Pistol itu tersingkir.

" Lebih kotor mana sama orang tua yang mau bunuh anaknya?! " Sahutan Celo berhasil membuat satu sudut bibir Louis terangkat. Galaknya Celo benar-benar candu. Anak itu bangkit, hendak pergi tanpa memenuhi tujuannya datang kemari. Tubuhnya mematung ketika sang dominan mendekapnya dari belakang.

CELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang