07.00 AM
Mansion de Cosa, Milan, Italia.Salah satu laci kaca dibuka. Berbagai koleksi lapel pin yang klasik tersimpan di sana. Tangan alpha itu terangkat, meraih sebuah lapel pin rantai berwarna silver. Menyematkan pada ujung kantong jas navy yang telah dipakai. Jari manis dan kelingkingnya, kian dilingkari oleh cincin titanium buatan desainer ternama.
Menutup laci, lalu menoleh pada tempat tidur di belakangnya. Bayi beruang yang bawel belum bangun. Langkahnya mendekat. Duduk di tepi ranjang. Telunjuknya menyentuh ubun-ubun Celo. Turun, menarik pelan selimut yang nyaris menutupi seluruh muka. Poni hitam anak itu berantakan.
Dengan segera Louis sibak, sampai wajah manis itu tampak. Punggung Louis sedikit membungkuk. Menatap lekat bulu mata lentik putranya. Garis dari bias surya yang masuk, menembus tirai berbahan tile. Louis sadar, wajah Celo sama sekali bukan kriteria seorang de Cosa. Fisik apalagi sifatnya. Kharisma unik ini adalah alasan naluri alphanya mudah goyah.
Tawa hambar menguar. Elusan pada dahi mulus Celo terhenti. Tangan besar itu mengepal. Tawa tadi pupus menyisakan raut datar. Louis bangkit. Pantofel hitam yang sudah mengambil dua langkah ke depan terjeda. Kepalanya menengadah. Memijit pelipis mata.
Seorang Louis yang egois, lama menimbang keputusan, yang benar saja?
" Kamu... Mau ke mana? " Sahutan parau sukses memecah sadar Louis. Menoleh, mendapati Celo yang berusaha turun dari tempat tidur. Menghampiri, guna mendekap jari kelingking kiri pria jangkung itu. Rahang Louis mengeras.
" Kamu mau pergi ke mana? Celo gak mau ditinggal. " Celo harus mengangkat tinggi wajahnya, agar bisa menjalin kontak mata.
Seharusnya, de Cosa melarang tunduk pada seseorang. Apalagi, bimbang hanya untuk meninggalkan bayi beruang ini sendirian. Louis berlutut, menangkup kedua pipi tumpah Celo. Lantas, mengapa alpha ini merasakan kabut bahagia, hanya karena menyaksikan wajah sendu Celo bersama pantulan sinar sang jingga.
" Ada rapat di kantor, aku akan pergi sebentar lagi. " Manik Celo yang redup, cukup menarik. Terdapat binar antusias yang tertahan dalam irisnya. Durasinya sangat cepat untuk Celo meluapkan buah pikiran.
" Temani Celo di rumah--" Terlalu spontan. Opininya tak matang. Tidak memikirkan kemungkinan besar jawaban dari sang lawan adalah penolakan. Tapi, ada satu hal lagi. Rasa percaya diri yang tinggi paling berperan dalam kondisi seperti ini.
" Celo bakal panggil kamu Ayah mulai sekarang. "
Bukan tawaran, melainkan ide tegas bagai titah. Sebagai ketua de Cosa, timah panas bisa saja menembus kaki kecil itu karena memerintah. Namun, lawan bicaranya sekarang adalah Louis--seorang ayah dari dua putra.
" Tentu. Apa pun untuk bayi beruangku. "
Jernih vokal Louis terekam di kepala. Merobohkan ego serta naluri buas untuk bocah manisnya. Sudut bibir si dominan naik, membingkai seringai tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELO
Teen FictionCelo de Cosa-Bocah 10 tahun yang penurut juga bawel. Anak yang suka kedisiplinan akan jadwal tidurnya. Bayi beruang milik para alpha de Cosa. Celo, obat penenang seorang dominan seperti Louis. Juga, kesayangan sosok remaja rupawan bernama Zion.