Suara napasnya terlepas begitu teratur, layaknya jarum jam dinding di kamar temaram ini. Plester demam yang sejak semalam tertempel di dahi, sudah hilang dinginnya. Louis, alpha yang tengah memandang wajah lelap Celo itu perlahan bangkit. Tungkainya tergerak menuju gorden yang menutupi dinding kaca balkon.
Tirai tinggi itu ditarik, sampai langit pagi buta yang luas itu tampak. Silau teduhnya membuat beberapa barang di samping kasur terlihat lebih jelas. Ada wadah dan handuk basah yang berantakan di sana. Louis berbalik. Lelaki itu ingat, bagaimana wajah Celo yang memerah tengah malam. Ringisan anak itu yang selalu mengulang.
" Kau satu-satunya orang yang membuatku tidak bisa tidur seharian, " bibirnya bergumam. Melirik Celo yang masih pulas di atas ranjang. Barang-barang itu Louis rapikan. Celo bilang bahwa dirinya ingin Ayah yang jaga, meskipun Kakak sudah menawarkan diri untuknya. Louis berkata Celo terlalu manja, namun lelaki itu tetap menuruti kemauannya.
Louis berlutut. Menoleh pada Celo sebelum
mengelap jejak-jejak air yang jatuh pada lantai kamarnya. Malam itu benar-benar pengalaman Louis yang pertama mengurus seorang bocah. Wadah dengan sisa air itu Louis angkat. Dengan surai acaknya, dia keluar dari kamar. Saat pintu nyaris ditutup sempurna, Zion datang dengan semangkuk sup di atas nampan." Aku tidak terlalu suka memujimu, tapi untuk kali ini-" Puncak kepala Zion, Louis tepuk dengan pelan.
" Kau benar-benar ahli mengurus bayi beruang itu dari pada aku, berbanggalah Zion."
Tak sampai tiga detik, bisa Zion tangkap senyum miring Louis padanya. Entah kenapa cowok itu merasa kesal dengan ujaran Louis barusan. Meski dalam arti sebenarnya, Louis bermaksud bahwa putra sulungnya selalu siap dan bisa diandalkan. Bahkan, Zion sendiri yang telah menyediakan kompres manual dan memberikannya pada sang dominan.
Lantas, Louis melanjutkan langkahnya. Dan Zion yang masuk bersama aroma kaldu dari thin soup buatannya. Nampan kayu diletakkan di atas meja bulat dekat single sofa, tak jauh dari posisi Celo berada. Zion duduk di tepi kasur, mengelus rambut Celo yang ternyata sudah duduk termenung.
" Selamat pagi, " Poni anak itu disingkap ke sela daun telinga. Jari kecilnya turut Zion kecup. Celo tak membalas. Kepalanya hanya mengangguk lesu. Celo sudah bangun sedari tadi. Tapi, ungkapan Louis sebelumnya, membuat matanya tertahan dan enggan terbuka. Celo lagi-lagi buat Ayah susah. Lelaki itu tidak bisa tidur karena ulahnya.
" Kau melewati makan malam semalam." Lamunan Celo dibelah oleh vokal Zion yang jernih. Senyum tipis Zion spontan terlukis. Nampan di atas meja diambil. Segelas air hangat cowok itu kasih agar Celo meminumnya. Lalu, mulai menyulangi Celo sarapan ringannya.
" Kenapa? Masih ada yang sakit? " Celo memberikan gelengan.
" Celo bisa makan sendiri, Kakak harus siap-siap ke sekolah. Nanti telat. " Mangkuk itu Celo bawa. Sudut bibirnya melengkung naik. Celo tak mau jika Zion sampai libur hanya karena dirinya. Bocah itu bisa makin merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELO
Teen FictionCelo de Cosa-Bocah 10 tahun yang penurut juga bawel. Anak yang suka kedisiplinan akan jadwal tidurnya. Bayi beruang milik para alpha de Cosa. Celo, obat penenang seorang dominan seperti Louis. Juga, kesayangan sosok remaja rupawan bernama Zion.