.....
Musik pop dari speaker ruang olahraga ini mengalun. Mengiringi derap kakinya di atas treadmill. Tubuh semampai yang atletis itu tampak berkilat akan silau mentari dari pantulan dinding kaca di sana. Perut tanpa atasan miliknya, terlihat begitu kencang dengan susunan otot yang sempurna. Ujung poni jelaga itu ikut basah akan keringatnya.
Laju kakinya semakin cepat. Biarpun rautnya tak menunjukkan apa-apa. Tempo lagu meredup, terganti oleh dering panggilan. Alpha itu menurunkan kecepatan mesin, sebelum akhirnya menghentikan kegiatan. Musik ini terhubung dari bluetooth ponselnya. Terpaksa ia harus melangkah meraih sumber suara.
" Louis de Cosa di sini, silahkan bicara. " Handuk kecil yang tergantung di sudut ruangan Louis raih. Volume ponselnya diatur penuh. Surainya diusak, sembari menunggu balasan sang lawan bicara. Sebotol air mineral diteguk perlahan oleh tubuhnya yang butuh cairan.
" Lukisan yang kau minta akan sampai hari ini. Jangan lupa perjanjiannya. " Suara dalam seseorang terdengar. Jakunnya bergerak. Tegukan Louis terjeda, lalu menelan kasar tetes air terakhirnya. Botol plastik itu ia letakkan ke tempat semula. Lantas sudut bibir Louis naik, membalas ujaran salah satu rekannya.
" On the way. "
Selipan tawa singkatnya menyudahi panggilan. Barang hasil perjanjian yang dimaksud adalah beberapa perlengkapan senjata. Dan Louis adalah seorang vendornya. Semua bayaran dari hasil penjualan ilegal itu, Louis minta agar dibenamkan pada dua buah lukisan hasil lelang. Salah satu jalan agar asetnya tertanam tanpa dicurigai pihak Bank.
Lukisan murni dari seniman asal New York yang sempat Louis dengar adalah kesukaan seorang Celo. Kemarin, beruang manis itu sempat bercerita banyak hal padanya. Termasuk kegemarannya akan dunia seni. Louis melangkah keluar dari ruang gym tersebut. Membersihkan diri sebelum bertemu dengan Celo adalah tujuannya pagi ini.
.....
09.00 AM
Mansion de Cosa, Milan, Italia.Terhitung tiga hari, Celo hanya berbaring di ranjang tanpa bisa keluar kamar. Setelah berbincang dengan Louis kemarin, anak itu mendadak lebih banyak diam. Louis pikir, Celo akan rewel selama sakitnya masih menetap. Nyatanya, anak itu memilih tidur sebagai pelarian. Derit pintu kamar Zion memecah kesenyapan.
Wajah Louis yang tampak segar itu muncul. Tangannya membawa plester demam yang baru. Satu jam yang lalu, Zion sudah memberikan asupan yang Celo perlukan. Sebelum memutuskan untuk meninggalkan Celo yang kembali terlelap bersama sang dominan. Giliran Louis yang menggantikan posisinya selama Zion sekolah.
Sejenak, Louis habiskan menitnya hanya untuk memandang rupa pucat Celo di sana. Duduk seraya mengusap satu tangan kecil si bayi beruang. Jari-jari Celo satu persatu Louis perhatikan. Sebuah gelang mainan dari Louis yang anak itu rangkai, melingkar cantik di pergelangan tangan Celo.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELO
Teen FictionCelo de Cosa-Bocah 10 tahun yang penurut juga bawel. Anak yang suka kedisiplinan akan jadwal tidurnya. Bayi beruang milik para alpha de Cosa. Celo, obat penenang seorang dominan seperti Louis. Juga, kesayangan sosok remaja rupawan bernama Zion.