12

2.1K 335 66
                                    

Kadar Gula : 80%Kadar halu : 80%Cuteness     : 80%Tolong dinilai sendiri, demi kenyamanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadar Gula : 80%
Kadar halu : 80%
Cuteness     : 80%
Tolong dinilai sendiri, demi kenyamanan. Sekian.

......

Satu Jendela di lantai dua terbuka. Kaca mozaik yang meredam silau di luar sana, menonjolkan kelembutan sebagai nuansanya. Jendela bergaya bay window ini langsung mengarah pada halaman Mansion de Cosa. Koridor lantai satu yang sejajar dengan taman juga ikut terbingkai. Ruangan ini memang pas untuk membaca.

" Aku sudah memilih teralis untuk jendela ini. " Alpha itu meneguk Caffe latte yang disediakan oleh Asistennya—Henry. Mengingat si bocah cengeng lumayan aktif, mereka perlu memasang pengaman. Beberapa orang di belakang Louis yang datang, mengangguk. Mencatat pesan apa saja yang akan menjadi tugas tambahan mereka.

" Tuan, saya berpikir akan lebih efisien kalau pemesanan furniture dipilih setelah laporan pengukuran ruangan selesai. " Satu di antara penyedia jasa konstruksi memberikan masukan. Louis maju dua langkah, lebih dekat dengan jendela. Tangannya merogoh saku, hingga tembakau asal Virginia sudah terselip apik di bibirnya.

Pemantik berbahan alumunium itu menunjukkan apinya. Membakar kaki rokok yang terbungkus dengan kertas corak brand yang langka. Pandangan lurus Louis perlahan turun pada sebuah mobil yang baru saja melewati pagar. Hisapan pada kepala rokok memacu bara api lebih menyala. Kemudian, asap yang singgah di mulut dilepas begitu saja.

" Ya, lakukan pengukuran sesuai sketsa. "

Jemari ramping dan panjang, mengguncang sedikit badan tembakau. Abu itu berderai di atas ashtray. Di bawah sana, terdapat Zion yang tengah membuka pintu mobil untuk si penumpang. Kaki kecil yang menjuntai itu tak mau menyecah dasar. Louis perhatikan, penumpang mungil di mobil Zion sedang protes begitu lancar.

" Ayo, turun. "

" Celo gamau turun."

Boneka beruangnya dipeluk. Kepalanya menggeleng lesu. Zion dengan tiga tas di tubuhnya menelisik. Kelopak mata Celo sayu, berkali-kali tertutup. Ini sudah masuk jam tidur siang. Celonya terkadang rewel saat kantuk menyerang. Zion tadi bilang kalau Celo harus jalan. Dikarenakan banyak barang yang Kakak bawakan. Celo hanya menyelamatkan Choconya.

" Kakak gamau gendong Celo. Kakak masih marah sama Celo, gamau senyum sama Celo, semua-semua gamau bareng Celo..."

Cowok semampai itu menghela napas, lalu menggendong Celo tanpa bantahan. Kicauan bocah manja itu turut memudar. Zion menutup seutuhnya pintu mobil sang penumpang. Louis yang menyaksikan hanya diam menikmati tembakau. Sampai bara yang merapuhkan kaki, membakar tandas badan rokoknya.

" Jika denganku, akan aku tinggalkan bayi beruang itu sendirian. "

Satu sudut bibirnya terangkat, rasa manis di lidahnya menyatu dengan saliva yang tertelan. Louis melirik pemantik di samping asbak. Jam yang dirancang dalam badan pemantik menunjukkan pukul setengah dua siang. Ya, bocah itu memang selalu teratur jam tidurnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang