......
Tap! Tap!
Sandal rumahnya yang lembut bersuara setiap kali menyecah lantai marmer mansion. Boneka beruangnya dipeluk. Sebuah lapel pin dalam genggamannya dibawa menuju kamar Ayah. Tempat seharusnya lapel pin itu berada. Celo harus mengembalikan lapel pin ini sebelum si pemilik asli mencarinya.Potongan terakhir dari buah stroberi baru selesai dikunyah. Film kartun yang ditonton juga sudah dua menit lalu mencapai akhir cerita. Dua manik madunya sudah tak basah lagi. Celo berhenti menangis setelah biskuit gandumnya habis. Ternyata, rasa kenyang cukup membuatnya tenang.
" Wah, banyak sekali! "
Celo berdiri di depan laci kaca yang begitu terang dan rapi. Wajahnya mendekat, nyaris menempel. Celo baru sadar, semua lapel pin di sana terdapat dua huruf sambung—ls—berukuran kecil yang terukir di badan lapel pinnya. Celo suka semua bentuk yang elegan itu. Tangannya terulur, hendak membuka laci. Namun, Celo tak sengaja mengendurkan pegangannya.
Crak!
Jarak tangan Celo dan lantai lumayan tinggi, hingga lapel pin itu membentur lantai lebih dari dua kali. Mata Celo melotot. Pikirannya menerawang jauh, andai Celo lebih dulu meletakkan boneka, benda itu pasti tak harus berdesakan di tangannya. Andai saja Celo lebih erat mencengkeram, lapel pin itu tentu tak akan meluncur dengan mudah.
Setelahnya, suara nyaring pun hening saat setengah badan lapel pin itu patah. Tubuh Celo membeku. Tak ada lagi kalimat andai yang bisa memperbaiki kecerobohannya sekarang. Ruangan luas yang dingin ini semakin membuat Celo dipeluk penyesalan. Bagaimana Celo menyelesaikan semuanya. Celo tak sengaja, sungguh.
" Ce-celo harus jujur... " lirihnya. Karena tiba-tiba saja anak itu ingin lari dan enggan mengatakan apa-apa, jika nanti Louis bertanya. Tapi, Celo ingat bahwa Zion tak suka anak pembohong. Kakak mengajarinya untuk selalu siap bertanggung jawab atas apapun yang Celo perbuat. Maka, Celo ambil lapel pin di bawah sana untuk ia beritahu pada Ayah.
Bocah itu berjalan cemas ke kamar Zion. Hanya Celo di rumah, dirinya lebih leluasa kabur kalau mau. Celo menggeleng. Gak boleh. Celo tak bisa melakukan hal bodoh itu. Celo akan mencoba memperbaiki lapel pinnya lebih dulu. Duduk di atas kasur sembari mengambil beberapa barang yang diperlukan. Sebuah gunting dan selotip transparan.
Sret!
" Ah! " Kepanikannya menjalar ke mana-mana. Tangannya tanpa sadar tergores bagian yang runcing dari lapel pin ini. Celo lilit selotip itu agar bisa merekatkan dua bagian yang terpisah. Anak itu gugup. Goresan demi goresan yang diterima bahkan sudah berdarah. Bocah sepuluh tahun itu tak menghiraukan lukanya.
Biarpun berantakan dan tidak sejajar, lapel pinnya kembali menjadi satu badan. Keberhasilan ini nyatanya hanya satu usaha untuk menutupi sedikit kesalahan besar. Setidaknya saat Ayah bertanya, Celo sudah punya jawaban yang panjang dari pada hanya mengatakan alasan kekanakkan. Celo bisa mengatakan pada Louis, kalau ia sudah mencoba memperbaiki barangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CELO
Teen FictionCelo de Cosa-Bocah 10 tahun yang penurut juga bawel. Anak yang suka kedisiplinan akan jadwal tidurnya. Bayi beruang milik para alpha de Cosa. Celo, obat penenang seorang dominan seperti Louis. Juga, kesayangan sosok remaja rupawan bernama Zion.