•
•
•SELAMAT MEMBACA
[]~•••~[]
Zee memandang pantulan dirinya di cermin. Pandangan nya terlihat kosong, dari tadi siang Zee sama sekali tak keluar kamar. Ia bingung, waktu sudah menunjukan pukul 6 lebih, tapi Zee sama sekali belum bersiap.
Zee bingung harus berbuat apa, ia sudah terlanjur membuat janji pada Adel, notif di handphone nya membuat renungan nya buyar. Saat membaca beberapa pesan yang di kirim Adel cukup membuatnya panik. Adel mengabarkan bahwa ia sudah sampai di tempat yang Zee tentukan, sedangkan Zee? Bersiap untuk sekedar mencari baju ataupun menggunakan make up saja belum.
Zee berdecak, lalu melempar ponsel nya.
Dalam benak nya Zee bertanya. Kalau aku gak dateng, Adel bakal marah gak ya?
Jujur saja Zee masih belum siap, ia takut rasa sakit itu kembali menyerang dirinya. Setiap kali menatap wajah Adel, ada perasaan yang tidak dapat Zee gambarkan. Zee juga tidak ingin menghindar dari Adel, bahkan setiap kata-kata menyakitkan yang ia lontatkan pada Adel, selalu memenuhi pikiran nya.
Zee tak sepenuhnya marah pada Adel, tentu dirinya sadar kalau kematian orang tuanya murni kecelakaan dan tidak ada sangkut paut nya pada Adel. Hanya karena Zee sangat terpuruk oleh kepergian kedua orang tua nya, Adel yang menjadi imbas dari kemarahan nya.
Perilaku Adel, wajah tenang Adel, suara Adel yang serak-serak basah, jiwa pemberani Adel, dan Adel yang rela berkorban demi keselamatan dirinya ataupun kakak-kakaknya. Semua itu mengingatkan Zee pada ayah. Tak sedikit para teman Ayah nya beranggapan bahwa Adel itu adalah ayah versi perempuan. Dan Zee pun mengakui itu.
Setiap melihat Adel, Zee selalu teringat Ayah. Dan setiap kali teringat Ayah, Zee seolah-olah kembali ke masa lalu. Zee kembali teringat masa-masa mengangkat saat Ayah dan Bunda berada di dalam ruang ICU, Zee kembali teringat wajah Ayah dengan banyak luka. Dan Zee kembali merasakan sakit yang teramat sakit di hati nya, ia saat benci ketika terbayang beberapa kilas balik yang menyakitkan dan menyayat-nyayat hati nya itu.
Satu hal yang harus kalian tahu, Zee tidak pernah benci dengan Adel. Itu semua hanya pengalihan, Zee ingin Adel menjauh dari nya, tapi kenyataan justru sebaliknya. Adel dengan banyak cara nya, selalu berusaha mendekati Zee. Adel seolah tuli dengan semua kalimat menyakitkan yang keluar dari mulut Zee.
Entah terbuat dari apa hati seorang Adel.
"Maaf, Del, aku gak bisa dateng malam ini."
***
Hari ini tepat satu minggu setelah peristiwa Adel di pukuli oleh orang yang memiliki nama Gabriel dan belum di ketahui identitas lengkap nya. Satu minggu juga, si anak kembar tidak melakukan interaksi satu sama lain. Hal itu cukup membuat para sahabat dan teman dekat Adel maupun Zee di landa kebingungan.
Biasanya Adel akan mericuh, dan Zee akan mengusir atau menghindar. Tapi seminggu ini, kebiasaan itu tidak terlihat. Adel nampak murung setiap datang kesekolah, suasana kelas juga semakin sepi karena tidak ada candaan atau keributan yang Adel lakukan.
Sementara Zee sama seperti biasanya, ceria. Tapi di balik wajah nya yang ceria itu, ada rasa bersalah yang teramat besar. Ia sadar bahwa dirinya lah yang membuat Adel berubah. Zee juga sadar bahwa, ia mulai merasa kesepian karena Adel sudah tidak pernah menjahili nya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir (END)
Short Storybunga terakhir Kejadian pada hari itu, merenggut nyawa kedua orang tua dari empat orang gadis. Dari situlah awal terjadinya masalah di antara kedua anak kembar itu. Adel si anak dengan sejuta cara untuk meluluhkan hati sang kakak. Dan, Zee, gadis i...