SELAMAT MEMBACA
[]~•••~[]
Pulabg dari sekolah Adel menyempatkan untuk bekunjung ke makam kedua orang tua nya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak menginjakkan kaki di sini, sambil membawa dua buket bunga mawar merah, Adel berjongkok di antara makam ayah dan bunda nya.Adel menaruh bunga itu di dekat nisan ayah, nya lalu mencium nisan itu. Ia melakukan hal yang sama pada makam sang ibu.
Adel memandang nama yang terukir di nisan itu.
'AFALDO ADIPATI BIN NANDAN ADIPATI'
'ANINDHITA KELYARA BINTI SANDY DEVANO'
Tanpa sadar, setetes air mata jatuh.
Andai saja ayah dan bunda nya masih ada, ia akan memeluk mereka seerat mungkin. Adel ingin menumpahkan semua nya di pelukan mereka, ingin berkeluh kesah di dalam dekapan mereka. Namun sadis nya itu hanyalah hayalan semata.
Tak bisa di pungkiri seberapa rindu nya Adel dengan kedua orang tua nya sekarang. Adel dan Zee masih terlalu kecil saat di tinggal kan oleh mereka, anak kembar itu masih membutuhkan sosok orang tua yang mendampingi dan membimbing mereka.
Adel mencengkram erat ujung baju nya, ia terduduk lemah, air matanya terus mengalir tanpa henti. Adel merasa akhir-akhir ini ia sering menangis, ia sudah tidak sekuat yang dulu lagi. "A-del kangen Ayah.. Bunda... Adel mau ikut kalian aja.. Adel capek.." Ucap nya sambil terisak.
Detik itu juga hujan turun dengan deras, membuat seluruh tubuh Adel basah. Seragam nya pun menjadi kotor terkena cipratan air bercampur tanah.
Adel menunduk, menyembunyikan kepalanya di antara kedua kaki yang ia tekuk. Ia dapat menangis sepuasnya, tidak akan ada yang bisa mendengar suara tangis nya berkat suara gemuruh hujan. Langit seolah ikut merasakan kesedihan nya.
Adel sudah tidak merasakan punggung nya di guyuri air lagi, apakah hujan nya sudah berhenti? Ia mendongakkan kepala nya. Ada sebuah tangan yang memayungi nya.
Adel berdiri lalu berbalik kearah orang yang memayungi nya. Mata mereka bertemu, kedua nya sama-sama terpaku.
Dia adalah Zee.
Zee sangat terkejut nya saat melihat keadaan Adel, mata nya yang sembab, bibirnya kering dan pucat, dan rambut nya acak-acakan, serta seragam Adel yang tka lagi bersih.
Tidak ingin menatap kembaran nya terlalu lama, Zee segera mengalihkan pandangan nya sembarang. Ada rasa sesak saat melihat wajah Adel.
Sementara Adel tersenyum getir. Tanpa mengucapkan apapun ia berjalan melewati Zee, berjalan menjauh hingga keluar TPU. Zee menutup matanya lalu menghembuskan nafas secara perlahan, dengan waktu yang bersamaan air matanya ikut mengalir.
Kalau di tanya, Adel akan pulang kemana, ya sudah pasti pulang ke rumah Flora. Tidak mungkinkan Adel pulang kerumah nya dengan keadaan sekacau ini? Kedua kakaknya akan khawatir.
***
Pagi ini TSA tidak terlambat seperti biasanya, mereka memasuki area sekolah, ada banyak hiasan-hiasan tema 17-an. Mereka saling memandang satu sama lain, dengan tatapan bingung.
"Coba cek tanggal," Perintah Oniel.
Tanpa basa-basi Flora langsung meronggoh sakunya, mengeluarkan handphone untuk melihat tanggal yang tertera di sana. "Tanggal 16 jir,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir (END)
Short Storybunga terakhir Kejadian pada hari itu, merenggut nyawa kedua orang tua dari empat orang gadis. Dari situlah awal terjadinya masalah di antara kedua anak kembar itu. Adel si anak dengan sejuta cara untuk meluluhkan hati sang kakak. Dan, Zee, gadis i...