SELAMAT MEMBACA
[]~•••~[]
"Sejak kapan lo suka sama gue?" Tanya Adel to the point, setelah sampai di tempat yang sepi.
"Sejak.. Akhh! Pokok nya udah lama!"
"Ga je-"
"PIPIIIPUPUUUU!!!"
Apa itu? Kenapa ada suara Jinan? Adel memandang sekelilingnya, tidak ada siapa-siapa. Lalu, dari mana asal suara itu?
"PIPIPUPUUU!! BANGUNNN!!"
Adel tersentak, jadi... Itu hanya mimpi? Huh! Syukurlah. Ia bernafas lega, untung saja itu tidak nyata, tapi jujur, ini akan menjadi mimpi paling buruk yang pernah Adel mimpi kan. Bisa-bisa nya kakak kelas nya itu hadir di mimpi nya.
"Lo kenapa dah?" Tanya Jinan, saat melihat Adel yang seperti orang linglung.
Adel menggeleng lalu turun dari kasur, "Abis mimpi buruk, lo ngapain di kamar gue?" Ucap nya sambil berjalan mengambil handuk yang tergantung di dekat lemarinya.
"Mau bangunin lu, lah. Ngapain lagi."
"Keluar gih, gue mau mandi."
"Iyee, abis mandi langsung ke halaman belakang ya, mau bakar-bakar."
"Bakar apaan? Sampah?"
Jinan berdecak kesal. "Yang bener aja pertanyaan lo!"
"Lah, lu ngga jelas ngasih tau nya!" Jawab Adel.
"Ah udah sana mandi!" Usir Jinan.
"Lu keluar dari kamar gue!"
"Mang napa sih? Gue mau tiduran di sini nggak boleh?"
"Nggak! Nggak boleh! Sana keluar!" Ucap Adel dengan nada jengkel.
"Dih!"
"Keluar ka Jinan!!"
"Iya!!"
***
Seusai mandi, Adel segera ke bawah menghampiri Jinan yang katanya mau bakar-bakar. Dengan menggunakan short pants dan baju kaos oblong berwarna hijau tua, serta handuk yang bertanggar di bahu nya. Tanpa menggunakan make up ataupun sekedar menyisir rambut, Adel berjalan santai menuju halaman belakang.
"Nahh ini baru datang anak nya!"
"Lama banget, sih."
"Loh ada ka Sisca?" Cengo Adel. "Sejak kapan?" Sambung nya.
"Dari tadi sore," Jawab Sisca.
"Kok gue nggak tau?"
"Pulang sekolah aja kamu langsung tidur," Balas Chika. "Kecapekan ya?"
"Nggak, cuman mau tidur aja." Jawab Adel seadanya.
"Okee, karena ini udah mau jam 7 malam, kita mulai sekarang aja gimana? Bahan udah pada siap kan?" Tanya Shani.
"Aman, Cici, tinggal alat panggang nya aja." Jawab Sisca, lalu ia memandang pada Adel. Dan yang merasa ditatap pun menaikan satu alisnya, bertanya. "Tolong angkatin panggangan nya dong, Del." Ujar Sisca.
"Angkat sendiri." Jawab Adel ketus.
"Astaga, Del.. Pelit amat ama tenaga!" Balas Sisca.
"Emang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir (END)
Short Storybunga terakhir Kejadian pada hari itu, merenggut nyawa kedua orang tua dari empat orang gadis. Dari situlah awal terjadinya masalah di antara kedua anak kembar itu. Adel si anak dengan sejuta cara untuk meluluhkan hati sang kakak. Dan, Zee, gadis i...