2. Ambil Peran

239 26 7
                                    

Cla baru akan memesan ojek online untuk pulang saat tiba-tiba Taruna masuk ke dalam kelas untuk mengumumkan sesuatu. Dengan wajah bergaris-garis bekas tidur di atas meja perpustakaan, laki-laki itu berteriak tidak ada yang boleh keluar kelas sebelum pembagian tugas ujian praktek mereka selesai. Sebagai penjagaan, dia sudah memerintah Johan dan Joshua untuk duduk di meja paling dekat dengan pintu. Menggagalkan rencana buruk Cla untuk kabur.

"Gue tahu kalian semua pengen langsung pulang. Gue juga pengen pulang. Jadi biar cepet kelar, cepet done semuanya ... tolong kerjasamanya!" kata Taruna dari meja guru. Ia mengambil daftar absen di laci lalu membuka sebuah kertas dari dalam saku seragamnya. "Tanpa gue jelasin lagi, kalian pasti udah pada tahu gimana praktek nikahnya nanti. Sesuai kesepakatan aja, mau undian atau langsung gue tunjuk biar cepet?"

"Tunjuk aja deh, Run!"

"Undian aja gak sih, biar adil?"

"Gue ngikut aja."

"Jangan undian elah, gue bad luck!"

"Yang penting gue gak kebagian yang nikah aja deh."

Semua mulut mengeluarkan suara. Taruna sudah bisa memprediksi ini sebelumnya.

Dengan gerakan tangan, laki-laki itu menyuruh Malik agar ikut bergabung bersamanya di depan. Tidak rela melihat wakil ketua kelasnya asyik bercanda dengan Gibran di tengah-tengah keributan ini, sementara dirinya pusing memikirkan tugas kelas mereka sendirian.

Malik meredam semua suara agar Taruna bisa bicara dengan nyaman.

"Oke gini aja! Ada beberapa yang bakal gue pilih secara langsung karena emang dibutuhin kelas ini. Contohnya kayak Tamara sama Keke yang orang tuanya punya usaha rias penganten, jadi gue tugasin kalian berdua buat urus make up sama dress up-nya. Setuju gak?"

Cla mengangguk-angguk agar cepat selesai.

"Raden juga nyanyi ya, Den? Nilai plus banget nih kalau lo yang nyanyi. Kesayangan guru kesenian 'kan lo?"

Laki-laki di sebelah Jeffery yang sedang bicara serius dengan Juna dan Erika di bangku belakangnya langsung menoleh kaget. "Apaan manggil Raden Raden?" tanyanya sok terkenal.

"Elu tugasnya nanti nyanyi di nikahan ini."

"Nikahan siapa?"

"Ya mana gue tahu, nanti nunggu undian."

"Oh, oke!" balas Raden singkat sebelum buru-buru kembali berbalik menghadap belakang. "Kata gue juga apa, Er, elu sih gak mau percaya sama gue." Melanjutkan ghibah yang sempat tertunda.

"Sama satu lagi yang bakal gue pilih langsung. Bang Toriq jadi penghulu. Fiks lo udah cocok banget Bang, fiks!"

Kalimat Taruna dibalas tertawaan dan anggukan setuju oleh teman-teman sekelasnya. Bian menepuk-nepuk pundak Toriq yang masih kebingungan kenapa dia tiba-tiba dipilih. "Gue? Gue yang dipilih nih?"

"Iya Bang, udah gak apa-apa. Tugasnya baca Al-Fatihah doang nanti," hibur Joshua dari dekat pintu.

"Yang lainnya undian aja ya, gue udah bikin ini." Taruna merogoh saku seragamnya untuk mengeluarkan beberapa gulungan kertas kecil-kecil yang dia buat di perpustakaan tadi. Mengorbankan sepuluh menit waktu tidurnya untuk menggulung-gulung kertas sobekan halaman terakhir buku biologi kelas 11. "Bagiin Mal, suruh mereka ambil satu-satu."

Malik patuh membagikan gulungan-gulungan kertas itu. "Jangan ada yang tukeran. Dosa."

"Cewek ambil yang warna merah, cowok ambil yang warna biru. Tapi khusus Tamara, Keke, Raden, sama Bang Toriq gak usah ambil," kata Taruna lagi.

Praktek Nikah [HAERYU/SUNSHIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang