6. Kue Pancong & Seafood

159 21 3
                                    

Sebagai anak tongkrongan sejati yang paling anti pulang ke rumah sebelum tengah malam, Malik tentu punya markas untuk ia datangi setiap gelap menyapa kehidupan. Di saat seluruh manusia seperti digiring untuk kembali ke rumah masing-masing dengan tujuan untuk beristirahat, Malik dan celana seragam SMA-nya masih berkeliaran di luar dengan wajah bahagianya yang tak bisa diukur.

Warkop Mpok Leha menjadi pendengar setia gelak tawa para remaja laki-laki yang duduk mengelilingi dua meja panjang di pojokan.

Berdalih takut diculik wewe gombel karena pulang waktu magrib, Malik, Jeffery, Joshua, Gibran, Bian, Tian, dan Indro sepakat untuk mendatangi warkop langganan mereka sampai sekiranya para hantu yang berkeliaran di waktu magrib sudah kembali ke tempat persembunyian masing-masing karena tak kunjung mendapat mangsa. Namun, masalahnya setelah mendudukkan pantat di atas kursi kayu panjang sambil menyeruput es kopi di sana, tidak ada satupun dari mereka yang sudi untuk mengingatkan sesamanya agar segera pulang ke rumah. Malik merasa pantatnya menyatu dengan permukaan kayu hingga rasanya sulit sekali untuk beranjak dari sana. Bian yang biasanya paling anti pulang kemalaman karena takut uminya mengomel panjang lebar, hari itu mendadak tenang menikmati es nutrisari di dalam gelas teh sosro yang isinya sudah hampir habis.

"Besok yang jadwal rapat sama Taruna siapa?" Jeffery bertanya setelah membaca pesan dari grup kelas yang berisi peringatan dari Sang Ketua agar tidak lupa menghadiri pertemuan lanjutan.

"Tadi kan jadwalnya udah dishare sama Tamara."

"Emang? Gak lihat gue."

Jeffery menggulir percakapan di grup lebih tinggi lagi, mencari jadwal rapat yang katanya sudah dibagikan oleh Tamara di sela-sela perdebatan Malik dengan Taruna atas ketidaksetujuannya ditunjuk menjadi pembawa acara secara tiba-tiba. "Davi, Bian, Joshua, Malik ... oooh ngobrolin MC sama sambutan ya?"

Bunyi nyaring dari sisa-sisa es batu di gelas Bian yang isinya telah tandas menjadi pengisi suara seusai Jeffery diam.

Tian meyenggol lengan Bian dengan dahi berkerut heran. "Mau rapat sama Taruna bukannya pulang bikin susunan kayak Davi, lu malah masih santai aja di sini," sindirnya.

Kelopak mata sipit Bian berkedip-kedip tak siap mendapat sindiran secara tiba-tiba. "Susunan apa, sih?" tanyanya sedikit bodoh.

"Yeuuu, mau ketemu Taruna tuh minimal lu udah nyiapin naskah sambutan lu. Ya ... biar ujung-ujungnya dicoret-coret juga sama Taruna, pokoknya lu harus udah kelihatan effort nyiapin sesuatu." Joshua menimbrung panjang.

Bian balik menatapnya. "Emang lu udah nyiapin apa?"

"Hehe, ya belum nyiapin apa-apa sih. Ini gue mau bikin sama Malik. Ya gak, Mal?" Laki-laki bertubuh tinggi itu menyenggol lengan Malik yang tubuhnya lebih kecil dan kurus dengan kencang. Alhasil Malik yang posisinya duduk di paling ujung bangku panjang sampai terhuyung hampir jatuh ke lantai akibat guncangan kuat yang mendadak menerpanya tanpa permisi.

"Ah, anjing lo!" maki Malik setelah kembali duduk tegap seperti semula. Dia masih sangat kesal sebab Taruna secara paksa dan tanpa aba-aba menambah perannya begitu saja. Sudah menjadi wakil koordinator, merangkap jadi MC juga. "Gih, lu aja sono yang bikin."

"Gampaaang, susunan doang! Piece of cake, maaan!"

"Enteng banget mulut lo," komentar Indro sekembalinya dia dari mengambil pesanan kue pancong dari dapur warkop yang konsepnya open kitchen. "Lagian emang lu udah tau acaranya apa aja? Runa kan belum bilang, jangan asal susun aja lu."

Kalimat Indro barusan menyadarkan Malik atas kejanggalan yang terjadi. "Lah iya ya? Mau nyusun apaan kalo acaranya aja kita masih belum tau?"

"Kalo kata gue, sih, mending bikin dulu. Yang umum-umum aja. Jadi paling enggak, pas rapat sama dia besok, lu berdua udah ada gambaran." Gibran berkata begitu sambil menyendok kue pancong Joshua yang masih panas. Biar dari tadi dia sibuk bermain gim di ponsel, telinganya tetap fokus menyimak obrolan serius teman-temannya. Ia diam-diam memikirkan bagaimana besok Taruna akan dengan cepat menyampaikan ide-ide brilian dari otaknya dan dengan secepat kilat juga mereka harus mengikuti apa yang dia ingin. "Ya gue sih cuman ngasih saran aja. Daripada besok lu semua balik subuh ngikutin apa mau dia, kan? Tau sendiri Taruna kalo udah A ya A, nggak bisa diganti Su."

Praktek Nikah [HAERYU/SUNSHIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang