Bab 37. Narkoba?

5.2K 215 53
                                    

Don't forget vote and comment📌

Typo, kesalahan penulisan, mohon diperbaiki 📌

Baca sampai selesai, ya.

Peringatan! Silakan untuk mencontoh yang baiknya saja.

Di pagi yang cerah seorang gadis tengah duduk di depan cermin dengan seragam yang lengkap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di pagi yang cerah seorang gadis tengah duduk di depan cermin dengan seragam yang lengkap. Tangan kanannya memegang sebuah foto berisikan dirinya dan sang mantan kekasih, sedangkan tangan kirinya memegang sebuah rokok yang menyala. Itulah kebiasaan Zoeya jika tengah banyak pikiran. Jika bukan rokok, balapan, alkohol, pasti berantem.

Zoeya menghisap rokok itu dan mengembuskan asapnya ke atas. Mata gadis itu sedikit sembab, karena menangis semalaman. Kehilangan sosok Elgantara tanpa aba-aba dan tanpa pemberitahuan lebih dulu membuat gadis cantik itu tak kuasa menahan tangisnya semalam. Sosok kedua yang selalu ada setelah anak-anak The Morte.

Ia menghela napas berat. "Takdir selucu itu, ya? Setelah nyokap, terus Elgantara. Nanti siapa lagi coba." Kekehan Zoeya terdengar sangat miris. "Apa bener gue ini pembawa masalah, ya? Rasanya semua orang yang gue sayang pergi gitu aja."

Zoeya kembali menghisap rokoknya dan mengembuskan perlahan. "Kenapa gak gue aja yang pergi dari pada mereka?"

Tok tok tok!

Mendengar ketukan pintu, Zoeya segera mematikan rokoknya dan membuang di sebuah asbak yang sengaja Zoeya sembunyikan di bawah meja hias. Lalu membuka bungkus permen untuk menghindari bau rokok yang menyengat dari mulutnya. Dengan segera Zoeya membuka pintu dan menampakkan Bi Ani yang langsung menyapanya.

"Pagi, Non Al. Bibi mau ngasih tahu ada temen Non di bawah."

Zoeya mengernyitkan keningnya bingung. Perasaan ia tak memiliki janji berangkat bersama dengan siapa pun. Lalu tersenyum dan mengangguk kepada Bi Ani.

"Nanti aku turun, Bi. Suruh tunggu di ruang tamu aja, ya," jawab Zoeya.

Seakan mengingat sesuatu, Zoeya kembali menghentikan langkah Bi Ani. "Oh, iya, Bi. Papi sama Gara udah pergi? Tumben gak nanya-nanya tamu aku."

Bi Ani menggeleng. "Udah pada pergi, Non Al. Tadi Tuan dijemput sama Bu Tami. Kalau Den Gara katanya ada urusan OSIS pagi ini."

Pantas saja tamu untuk Zoeya dapat masuk tanpa pertanyaan dan tuduhan yang tidak-tidak dari sang papi. Zoeya memutarkan bola mata malas. Apa wanita yang bernama Tami itu tidak bisa untuk tidak menggangu ayahnya.

"Cewek ular itu selain sekretaris juga jadi sopir pribadi Papi, ya, Bi?"

Bi Ani tertawa pelan. Majikannya ini memang lucu. Sejujurnya ia juga tidak menyukai keberadaan sekretaris tuannya, tetapi Bi Ani bisa apa. Dia hanya seorang pembantu di sini. Hanya bisa menjaga Zoeya dan Deo dari liciknya wanita itu.

Setelah kepergian Bi Ani dari kamar Zoeya. Gadis itu mengambil tasnya, lalu berjalan keluar kamarnya. Menuruni tangga dengan santai. Zoeya melihat seorang laki-laki berkaos hitam dengan seragam yang tak dikancingkan. Apalagi rambutnya yang dibuat berantakan membuat aura ketua geng motor sangat terlihat.

RAHASIA ZOEYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang