Bab 30. Kemarahan Albi

5.4K 234 109
                                    

Don't forget vote and comment📌

Typo, kesalahan penulisan, mohon diperbaiki 📌

Baca sampai selesai, ya.

Peringatan! Silakan untuk mencontoh yang baiknya saja.

Peringatan! Silakan untuk mencontoh yang baiknya saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zoeya menatap tangannya yang terus ditarik Albi. Laki-laki itu membawanya menuju taman belakang dekat UKS. Zoeya merasakan sakit di tangannya akibat cengkeraman laki-laki itu. Setelah sampai di taman belakang Albi melepaskan cengkeramannya. Matanya menatap marah gadis yang masih menggunakan jersey itu.

"Lo sengaja, kan, lakuin ini sama Jesna?" tuding Albi dengan tatapan datar.

Zoeya menatap tak percaya sahabatnya itu dapat berkata demikian. "Lo nuduh gue, Bian? Gue sama sekali ...."

"Sakit hati karena gue lebih milih nemenin Jesna dan ninggalin lo. Gitu, iya? Bukannya kemarin kita udah impas? Lo ninggalin gue, padahal gue udah nunggu lo lama. Kenapa masih nyelakain Jesna?" potong Albi.

Gadis berkucir satu itu menggelengkan kepalanya. "Lo salah, Bi. Gue emang marah soal itu. Tapi bukan jadi alasan gue buat nyelakain Jesna. Yang bahkan notabenenya dia juga sahabat gue," jelas Zoeya.

Zoeya menjeda.

"Lagi pula soal gue ninggalin lo kemarin, bukan karena gue dendam, Bi. Tapi gue gak pernah nyuruh lo nunggu. Gue juga punya janji sama temen gue yang harus gue tepati. Karena gue bukan lo yang selalu ingkar janji."

Albi menatap remeh Zoeya. Kemudian terkekeh sinis. "Gue gak peduli apa pun itu. Gue cuman gak nyangka, Al. Kepergian lo yang entah kemana itu. Ternyata ngubah lo sejauh ini, ya."

Zoeya menatap lekat mata Albi. Ia tidak mengerti maksud yang dikatakan laki-laki itu. Akan tetapi, hatinya sakit ketika Albi yang tidak tahu alasan di balik kepergiannya di masa lalunya, justru menghakimi perubahan sikapnya karena semua itu. Padahal alasannya karena satu peristiwa yang membuat hidupnya hancur seperti saat ini. Albi tidak mengetahui itu, tetapi laki-laki itu sudah menyimpulkan semuanya sendiri.

"Lo pergi kemana, sih, Al? Selama ini gue gak pernah bahas itu karena gue hargai perasaan lo. Tapi kayaknya sikap lo yang buruk begini, bikin gue mikir yang engga-engga atas kepergian lo." Albi bersedekap dada dengan menaikkan kedua alisnya.

"Lo di sana jadi liar, ya, Al?" Itu bukan pertanyaan. Zoeya merasa itu pernyataan yang dilontarkan oleh Albi untuknya. Gadis itu terkekeh geli menertawakan kebodohannya sendiri. Mengapa bisa Zoeya mencintai laki-laki di depannya ini.

"Seburuk itu, ya, gue di mata lo, Bi?" Albi melihat tatapan mata Zoeya yang menyorot kecewa. Hatinya berdesir melihat itu. Akan tetapi, perbuatan yang dilakukan Zoeya kepada Jesna bukanlah perbuatan yang harus dibenarkan.

Albi tidak tahu mengapa bisa ia sangat marah pada gadis di depannya ini. Meski Albi memaklumi kepergian Zoeya di masa lalu, tetapi hatinya yang terdalam juga ingin mengetahui alasan di balik itu. Rasanya Albi menjadi tak berguna untuk Zoeya karena tidak mengetahui apa pun tentang sahabatnya.

RAHASIA ZOEYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang