Bab 40. Flashback (Hari Sial)

4.8K 177 13
                                    

Don't forget vote and comment📌

Typo, kesalahan penulisan, mohon diperbaiki 📌

Baca sampai selesai, ya.

Peringatan! Silakan untuk mencontoh yang baiknya saja.

Peringatan! Silakan untuk mencontoh yang baiknya saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lima tahun yang lalu.

Seorang wanita cantik bergaun mini itu tengah mengikat rambut putri bungsunya. Ia tersenyum bahagia melihat putrinya yang sebentar lagi akan masuk Sekolah Menengah Pertama. Zoeya Aluna Aprilia, nama cantik yang ia berikan untuk anak keduanya. Meila Bargakara, nama wanita cantik yang memiliki dua anak kembar.

"Mi, nanti perpisahan sekolah Mami harus beliin Aluna jaket warna item, ya," pinta Zoeya kecil.

Meila tersenyum manis mendengar ucapan putrinya. "Sekalian Mami dandanin aja gimana, Al?" godanya. Meila tahu bahwa Zoeya sangat tomboi, tidak pernah menginginkan didandani semacam gadis lainnya.

Zoeya mengerucutkan bibirnya. "Mami mah, ah. Al gak mau, ya. Kalau Mami dandanin Al, pokoknya Al gak mau sekolah," rajuk Zoeya.

"Lebay, deh. Kamu, kan, perempuan. Masa gak mau didandanin," sahut saudara kembar Zoeya, Deo Sanggara Aprilio Bargakara.

Zoeya menatap Deo sinis. Kemudian menatap sang mami dengan berkaca-kaca. "Mami, Gara nyebelin, ih. Marahin, ya?"

Meila terkekeh melihat tingkah kedua anak kembarnya. Tangannya merangkul mereka berdua dengan penuh kasih sayang. "Anak-anak Mami gak boleh berantem, ya. Harus saling support, saling melindungi, dan saling apa?" Meila menatap kedua anaknya bergantian.

"Saling menyayangi," jawab Zoeya dan Deo serempak.

"Bagus itu. Jadi, di mana pun kalian berada, ada atau gak adanya Mami. Inget pesan Mami untuk saling menyayangi, okei?" Meila menyodorkan kedua jari kelingkingnya kepada Zoeya dan Gara.

Zoeya yang mengaitkan kelingkingnya di kelingking sebelah kanan sang mami. Begitupun dengan Gara yang menautkan jari sang mami yang sebelah kiri. Kemudian Meila memeluk penuh kasih sayang kedua anaknya.

"Mami sayang banget sama kalian. Semoga Mami bisa lihat kalian dewasa, ya," lirih Meila pelan.

Setelah pelukannya terurai, Meila kembali tersenyum. "Gimana kalau kita jalan-jalan?"

Zoeya menggeleng. "Aluna gak mau. Pengen berduaan aja sama Mami di rumah," tolaknya. Entah mengapa Zoeya merasa tidak ingin jauh dengan ibunya.

"Gara juga mau sama Mami," sahut Deo.

"Baiklah. Untuk kedua anak Mami yang Mami sayang ini, kita quality time bertiga."

"Papi gak diajak, nih?" Seorang laki-laki berjas hadir di tengah-tengah mereka bertiga. Darren Bargakara, seorang presdir yang terkenal berhati dingin dan kaya raya. Namun, di depan keluarganya, Darren sangat berperan sebagai ayah dan suami dengan baik.

RAHASIA ZOEYA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang