[BOOK 1] Mr. CEO, Memanjakanku 100%

Bab 4-6

Bab 4:Seorang Anak Tanpa Ibu

Mubai mengerutkan kening dan bertanya, "Xi Lin, beri tahu aku ada apa."

"Saya tidak suka Bibi Chu," jawab putranya langsung.

Dia segera memahami pikiran putranya.

"Kamu tidak ingin aku menikahinya?"

"..." Anak laki-laki itu terdiam sehingga Mubai menganggap itu sebagai jawaban ya.

"Kenapa kamu tidak menyukainya?" Mubai melanjutkan pertanyaannya, "Dia sangat baik padamu, bukan?"

Salah satu alasan Mubai menyetujui pernikahan tersebut adalah karena dia telah melihat betapa baik Tianxin memperlakukan Xi Lin. Dia tidak keberatan dengan siapa yang dinikahinya tetapi jika dia harus menikahi seseorang, dia mungkin juga menemukan seseorang yang bisa menjadi ibu tiri yang baik bagi Xi Lin.

Tianxin adalah kandidat terbaik karena seluruh keluarganya menyetujuinya dan dia baik kepada Xi Lin.

Oleh karena itu, merupakan kejutan bagi putranya untuk mengungkapkan bahwa dia tidak menyukai tunangannya.

"Dia baik padaku karena aku anakmu. Aku hanya alat baginya untuk mendekatimu."

Wajah Mubai menunduk. "Itu bukan hal yang baik untuk dikatakan."

"Kebenaran tidak pernah enak didengar!" Xi Lin berkata dengan kebijaksanaan melebihi usianya, "Mengapa kamu peduli? Lagipula kamu tidak pernah menanyakan pendapatku tentang siapa yang harus kamu nikahi. Aku hanya beban tambahan."

Xi Lin melompat dari konter dan pergi dengan marah.

"Berdiri di sana!" Mu Bai memerintahkan dengan tegas, "Xi Lin, siapa yang mengajarimu berbicara seperti ini kepada ayahmu sendiri? Di mana sopan santunmu?"

Xi Lin sudah kesal, diceramahi hanya membuatnya semakin murung.

Dia berbalik dengan keras kepala, matanya berputar-putar karena kesedihan dan ketidakpuasan.

"Tidak ada yang mengajariku, aku tidak punya ibu yang mengajariku, bukan?"

Mubai tercengang...

Ketika dia sadar, Xi Lin sudah pergi.

Mubai berlari mengejar putranya. Dia menyusulnya di pintu masuk restoran. Dia membalikkan tubuh Xi Lin dan terkejut melihat air mata mengalir di mata putranya.

Xi Lin selalu menjadi anak yang pendiam. Dia bisa menghabiskan sepanjang sore dalam keheningan ditemani buku bagus.

Dia dalam segala arti, adalah anak teladan. Dia tidak mudah marah dan meledak-ledak seperti anak kecil.

Perilakunya hari ini benar-benar di luar kebiasaan. Ini juga pertama kalinya Mubai melihat putranya begitu kesal.

Ketika dia menceraikan Xinghe, Xi Lin baru berusia satu tahun. Sang ibu tidak menjadi bagian dari kehidupan anak laki-laki itu selama tiga tahun terakhir.

Mubai berpikir ini berarti Xi Lin sudah terbiasa dibesarkan tanpa kehadiran Xinghe, tapi dia tidak menyadari putranya hanya memendam emosinya dalam-dalam.

Melihat putranya, Mubai tidak punya nafsu untuk melanjutkan makan malamnya lagi.

Setelah panggilan telepon singkat ke ibunya, dia membawa pulang Xi Lin. Di dalam mobil, Xi Lin terus memperhatikan pemandangan di luar jendela. Sosok kecilnya berbicara tentang kesepian dan kesedihan.

Mubai duduk di sampingnya diam-diam. Ketika mereka melewati rumah sakit, pikirannya tertuju pada Xinghe.

Dia bertanya-tanya apakah dia sudah bangun.