[BOOK 1] Mr. CEO, Memanjakanku 100%

Bab 484-486

Bab 484: Berbagi Ranjang yang Sama

Saat malam tiba, Xinghe dan Mubai masih bekerja meskipun sebagian besar lainnya sudah tidur. Mereka masih energik, tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan.

Nampan makanan sudah menjadi dingin tetapi tak satu pun dari mereka yang menggigitnya.

Mubai khawatir tentang Xinghe, tapi dia berhenti menasihatinya untuk beristirahat. Dia tahu dia tidak akan berhenti ketika ditanya sehingga dia mengharapkan Xinghe bereaksi dengan cara yang sama. Oleh karena itu, satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah membantunya, bertarung di sisinya.

Akhirnya, dengan keduanya berkontribusi, Xinghe akhirnya menemukan basis utama Sindikat IV!

Dia berteriak kaget, "Ini dia!"

Mubai membungkuk dan menunjukkan senyuman bangga. "Kamu akhirnya menemukannya."

"Ya, kami berhasil." Xinghe menghela nafas puas sebelum bersiap untuk putaran berikutnya. "Sekarang saya akan meretas server mereka."

"Mengapa kita tidak membiarkannya besok saja?" Mubai dengan cepat menghentikannya. "Kamu belum makan seharian penuh dan tubuhmu perlu istirahat. Kami telah membuat kemajuan besar hari ini jadi tidak perlu terburu-buru untuk saat ini."

Xinghe dibujuk. Menjadi terlalu lelah tidak bermanfaat dalam jangka panjang.

"Baiklah, kita istirahat. Kamu juga belum makan apa-apa kan? Ingatlah untuk makan sesuatu lalu istirahat."

Mubai tersenyum dan menariknya. "Ayo kita ke dapur, ini sudah larut, lebih baik kita tidak membangunkan siapa pun. Kita buat sendiri saja."

Xinghe tidak keberatan. Lampu di rumah Philip masih menyala tetapi sebagian besar sudah tertidur.

Ketika mereka membuka kulkas, mereka menyadari ada banyak makanan matang di dalamnya. Jelas sekali bahwa semuanya diserahkan kepada mereka.

Mubai memanaskan dua piring steak dan spageti. Saat mereka makan malam, Xinghe terus mendiskusikan misi dengan Mubai. Dia mendengarkan dengan cermat saat dia membantunya mengiris steak.

"Saya pikir saya akan kembali ke ruang komputer untuk menyelesaikan sisanya. Saya rasa saya tidak bisa beristirahat karena mengetahui ada hal-hal yang perlu dilakukan."

"Kamu ingin anggur?" Mubai tiba-tiba menyarankan.

Xinghe terkejut tapi dia akhirnya mengangguk. "Tentu."

Mubai menuangkan setengah gelas anggur merah untuknya, pendamping sempurna untuk steaknya. Setelah Xinghe meminum gelasnya, dia mulai mengantuk. Dia bahkan belum selesai makan sebelum kelopak matanya mulai terkulai.

Mubai meletakkan peralatannya dan mengangkat Xinghe dengan satu gerakan anggun. Itu membangunkan Xinghe sepenuhnya. Dia bertanya dengan kaget, "Apa yang kamu lakukan?"

Pria itu menjawab sambil tersenyum lembut, "Aku akan mengajakmu istirahat, kita bisa mengurus sisanya besok."

"Tetapi..."

"Kita berdua perlu istirahat," kata Mubai tegas. Xinghe tahu itu, itu bukan maksudnya, dia ingin dia menjatuhkannya.

Namun, karena alasan tertentu, dia tidak sanggup lagi mengangkat masalah ini.

Mubai membawa Xinghe kembali ke kamarnya dan menempatkannya dengan lembut di atas kasur mewah. Dia bahkan membantunya melepas sepatunya.

Xinghe memandangnya melakukan semua itu dan hatinya berantakan. Ketika Mubai berbaring di sampingnya secara alami, dia masih tidak dapat menemukan kata-katanya.

Mubai tidak memberinya kesempatan untuk mengatakan apa pun saat dia menarik selimutnya dan menguap. "Selamat malam, jangan dipikirkan lagi, kita bisa melanjutkan yang pertama besok."