Semuanya telah sampai di ruangan bawah tanah, terdapat lorong yang sangat panjang dan gelap di ruang bawah tanah ini.
Jisung menegang, dia merasa sangat familiar dengan tempat ini. Namun, perasaan yang menyeruak bukanlah perasaan menyenangkan atau rindu melainkan perasaan tegang, takut, dan cemas.
Jisung bergetar, kakinya nampak tidak kuat berdiri. Bahunya juga bergetar hingga tak mampu memegang ponselku sendiri. Jisung jatuh terduduk, dia seperti orang ketakutan padahal dia tidak pernah ke tempat ini sebelumnya hanya saja tubuhnya otomatis menjadi seperti ini.
Alice menatap itu dia tercengang, dia tidak tahu apa yang terjadi pada Jisung hingga pemuda itu sampai seperti ini.
Jaemin tersenyum manis melihat tingkah Jisung, dia tahu bahwa ingatan memang bisa hilang tapi efek traumatis tidak akan pernah hilang kecuali kau melakukan terapi.
Jaemin sengaja membuat Jisung tidak berdaya untuk saat ini dengan memancing trauma yang dibuatnya dulu. Dimana Jisung dengan berani melawannya, Jaemin menyeret Jisung kemudian menguncinya di salah satu ruangan bawah tanah. Jisung dibiarkan selama seminggu tanpa makanan, tanpa minuman, tanpa mengobati luka yang di deritanya, di ruang yang gelap.
Jaemin melakukan hal itu agar
Jisung mau menuruti dirinya, kekasihnya itu sempat mengetahui bahwa Jaemin adalah ketua pembunuh bayaran yang membunuh ibunya. Berita ini didengar Jisung dari keluarga Park yang berusaha untuk mengambil Jisung kembali.Saat itu setelah hukuman Jisung pun tidak berani melawan Jaemin, tatapannya terasa kosong, tubuhnya bergetar. Ingatan-ingatan penyiksaan yang Jaemin lakukan membuat Jisung benar-benar ketakutan hingga melupakan fakta bahwa ibunya meninggal ditangan Jaemin.
Namun, sialnya Jisung tetap diambil oleh para bajingan-bajingan tidak tahu diri ini. Mereka mencuci otak Jisung, hingga melupakan dirinya.
Jaemin tidak terima, semua kenangan manis yang dia ciptakan bersama Jisung hilang begitu saja dikarenakan bajingan seperti mereka semua.
Selama itu juga Jaemin menyelidiki siapa saja orang yang membantu proses penculikan Jisung. Jaemin mendapatkan hasil bahwa yang melakukan penculikan terhadap Jisung adalah, salah seorang kaki tangannya yaitu Zee, Keluarga Park, kekasih dari Alice yang merupakan seorang psikolog yaitu Jongyun dan seorang pengacara bernama Lee Min.
Jaemin mencatat semua nama itu, dia akan menghukum orang-orang yang telah berani merebut kekasih hatinya bahkan mereka juga mencuci otak kekasih hatinya sampai melupakan dirinya.
"Jisung, kau tidak apa-apa?" Tanya Alice, perlahan bangkit dari kursi rodanya.
Obat pelemah syaraf yang diberikan Jaemin telah hilang khasiatnya, hal itu memang di rencanakan oleh Jaemin. Sebelum menghukum semua orang Jaemin akan mempermainkan mereka semua.
"Kak kau sudah bisa berjalan?" Tanya Jisung kaget, dia kembali ke alam sadarnya.
Alice mengangguk, "Kau kenapa?"
"Aku tidak tahu, tapi aku merasa lemas di seluruh tubuhku membuat aku tidak bisa melakukan apapun bahkan untuk bersuara saja aku kelelahan," jawab Jisung dengan suara pelan.
"Apakah kau memiliki fobia terhadap ruang bawah tanah?" Tanya Jaemin.
Jisung menggeleng, "Aku merasa tidak pernah mengalami hal yang membuat ku trauma terhadap ruang bawah tanah, hanya saja perasaan ini seperti menjelaskan ada sesuatu yang hilang dalam memori kepalaku, seperti kejadian yang membuat ku trauma dihilangkan begitu saja namun efeknya masih mempengaruhi diriku!"
Alice melotot, dia mendadak gugup. Apa mungkin kejadian traumatis akan mengembalikan ingatan Jisung? Tidak ini tidak boleh terjadi, dia tidak boleh mengingat bagaimana cara mereka menyiksa Jisung hingga membuat pemuda itu melupakan Jaemin dari kehidupannya.
"Mungkin hanya perasaanmu saja Jisung, kau tidak pernah mengalami kejadian traumatis apapun! Oh, mungkin juga karena ini gelap, kau tau sendiri kan bahwa kau adalah orang yang penakut jadi mungkin saja kau seperti ini karena takut!" Seru Alice mengalihkan pembicaraan.
Jisung mengangguk, "Mungkin saja, kakak benar. Jaemin, bisakah kau membantuku untuk duduk di kursi roda? Sepertinya saat ini yang membutuhkan kursi itu adalah aku."
Jaemin mengangguk, akhirnya kursi ini akan kembali bersama sang pemiliknya.
"Tentu!" Jaemin membantu Jisung untuk duduk di kursi roda milik kekasih Jaemin.
"Perlu kakak yang mendorongnya?" Tanya Alice.
"Tidak perlu, Jaemin saja." Tolak Jisung, dia tidak tahu apa yang terjadi hanya saja dia menginginkan Jaemin lah yang mendorong kursinya.
Jaemin tersenyum puas, dia menatap Alice dengan tatapan mengejek seperti, 'Lihat, walaupun milikku melupakan aku, dia tetap setia padaku!'
Sebenarnya Jaemin sudah menyiapkan alasan jika Jisung menolak untuk didorong olehnya, tapi nyatanya Jisung memilih Jaemin jadi dia tidak perlu mengatakan alasan apapun lagi.
Hal itu benar-benar membuat Alice mendecih, kemudian dia memimpin jalan, "Dimana letak generator listrik?"
"Di ruangan ke-enam!" Ucap Jaemin, itu adalah ruangan dimana dia menyekap Jisung saat itu.
Alice mengangguk, dia harus menyelesaikan ini dengan cepat setelah itu dia akan pergi untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Lagipula dia sudah tidak membutuhkan Jisung setelah berhasil membuat Jisung tanda tangan untuk mengalihkan warisan miliknya menjadi milik dirinya dan ibunya.
Jaemin hanya memperhatikan Alice yang nampak gegabah, sedangkan Jisung dia merasa sangat familiar ketika dirinya duduk di kursi roda ini dengan Jaemin yang mendorong dirinya.
Jisung menyentuh tangan Jaemin yang berada di pegangan kursinya, "Apakah aku adalah sosok yang kau ceritakan itu? Ah...itu aku hanya merasa seperti familiar hingga membuat ku menduga hal seperti itu!"
"Kau ben..."
"ARGH! ADA KEPALA!" Teriak Alice ketika sudah masuk ke dalam ruangan nomor 6.
Jisung melotot sedangkan Jaemin, dia tersenyum, "Saatnya permainan di mulai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Helper
ActionTidak seharusnya Jisung mempercayai orang asing yang tiba-tiba membantu dirinya.