Silau mendera penglihatan Alice saat Jisung menyalakan Flash dari ponselnya. Keduanya saling menatap satu sama lain, entah perasaan mereka saja atau bagaimana tapi vila yang tadinya nyaman kini berubah menjadi sangat mencekam apalagi sang pemilik sedari tadi diam. Karena merasa canggung dan takut Jisung mengarahkan cahaya flash dari ponselnya menuju ke arah Jaemin.
Sontak saja Jaemin memejamkan matanya karena silau, "Kenapa?" tanya Jaemin pada Jisung dan Alice yang menatap dirinya dengan canggung.
"Maaf, tapi apa kau tidak tahu dimana penjaga vila ini menyimpan dinamo?" tanya Jisung, jujur saja kejadian seperti ini terasa sangat menyeramkan. Pikiran-pikiran negatif menguasai dirinya. Jisung merasa seperti sedang bermain peran di flim horor, dimana dia sedang menginap di rumah seorang pembunuh berantai.
Jisung buru-buru mengeyahkan pikiran negatif yang sudah bertengger manis di kepalanya. Bagaimanapun entah kenapa Jisung merasa De Javu dengan semua ini, apalagi saat Jaemin menatap dirinya dengan pandangan aneh.
Tidak ingin berburuk sangka akhirnya Jisung hanya membalas tatapan Jaemin yang ambigu dengan senyuman manis.
"Sepertinya ada, mungkin di gudang bawah tanah." jawab Jaemin, kini suara pemuda itu terdengar rendah dan sarat akan bahaya serta ancaman.
Hal itu tentunya membuat Jisung dan Alice merinding, apalagi suara hujan yang terdengar semakin membuat mereka ketakutan. Keduanya menatap Jaemin dengan gugup dan takut, hal itu dibalas dengan tatapan aneh Jaemin.
"Kenapa harus diruang bawah tanah?" tanya Alice gugup, seluruh pikiran positifnya hilang begitu saja.
"Vila ini sering di sewa oleh para turis, jadi untuk menjaga keamanan bahwa barang-barangku tidak akan hilang maka para penjaga memindahkannya ke gudang bawah tanah, Nona Shim. Jadi jika tebakan ku tidak salah maka seharusnya dinamo berada di gudang bawah tanah." Terang Jaemin.
Entah mengapa suara Jaemin semakin lama semakin berbahaya, suara pemuda yang mereka kenal baik hati itu semakin kelam dan gelap. Tentunya hal itu membuat Jisung dan Alice semakin lama semakin ketakutan.
"Apakah kita akan kebawah, Jaemin?" Tanya Jisung.
Jaemin mengangkat bahunya, "Terserah kalian, jika Ji-Sung dan Nona Shim ingin terus gelap-gelapan maka kita tidak perlu repot-repot ke bawah."
Lagi-lagi keduanya saling menatap, mereka ragu tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk menghindar. Suasana saat gelap dua kali lebih membahayakan saat ini.
"Aku akan ikut kamu ke bawah, tapi bagaimana dengan kakakku? Dia tidak bisa bergerak. Aku tidak mungkin meninggalkan dirinya disini seorang diri," ucap Jisung, akhirnya pemuda itu memberanikan diri.
Jisung siap menerima apapun setelah ini, walaupun dirinya berharap bahwa segala pemikiran buruk yang bersarang apik di otaknya tidaklah menjadi kenyataan.
"Aku tidak pernah menyuruhmu untuk meninggalkan Nona Shim, Jisung,"
"Lalu?" Tanya Jisung kebingungan.
"Ada kursi roda di sini, bawa lah Nona Shim dengan kursi roda, kita akan bersama-sama ke bawah." Ucap Jaemin.
"Untuk apa Jaemin menyimpan kursi roda?" Tanya Alice curiga.
"Dulu aku memiliki seorang kekasih yang lumpuh,"
Deg!
Alice tersentak saat itu juga, dirinya sontak menatap Jisung yang tidak mengerti apapun. Hal itu tidak terlepas dari pandangan Jaemin, Alice menatap ke arah Jaemin yang kini tersenyum mengerikan.
"Lalu bagaimana kabar kekasihmu?" Tanya Jisung penasaran, dia tidak menyangka bahwa pemuda seperti Jaemin memiliki kisah cinta yang cukup memilukan.
"Sekarang dia sudah sembuh, dia sudah bisa berjalan, dia sudah mendapatkan segala yang dia inginkan, aku senang melihatnya sudah bahagia." Ucap Jaemin tersenyum mengerikan tentunya yang menangkap senyuman itu hanyalah Alice karena Jisung malah berfikir bahwa senyuman Jaemin adalah senyuman yang menyampaikan kesedihan.
"Apakah kalian menikah?" Tanya Jisung lagi, entah mengapa tapi dia sangat tertarik dengan kisah cinta Jaemin.
"Tentu, kami menikah dah hidup bahagia. Setiap hari kami menghabiskan waktu bersama, dia juga menyukai teh seperti kamu! Karena itulah aku belajar membuat Teh, agar aku bisa melihat senyum manisnya saat aku menyeduhkan teh untuknya," Jaemin tersenyum lembut menatap Jisung, seakan-akan dirinya berbicara pada Jisung.
Jisung mendadak memerah, dirinya tidak tahu apa yang terjadi tapi tubuhnya dan wajahnya tiba-tiba menjadi malu saat mendengar pernyataan Jaemin, padahal semua itu bukan ditujukan untuk dirinya.
"Jaemin adalah pasangan yang sangat romantis!" Puji Jisung tulus, sedangkan Alice, kini benar-benar merasa de javu dengan semua ini.
"Terima kasih, kalau begitu aku ambilkan kursi rodanya dahulu ya?" Jaemin pamit meninggalkan Jisung dan Alice yang nampak ketakutan.
Saat Jaemin pergi meninggalkan mereka, Alice langsung menatap Jisung dengan wajah serius dan ketakutan.
"Jisung, kita harus pergi dari sini secepatnya!" Seru Alice dengan wajah takut.
"Memangnya kenapa? Bukannya tadi kakak bersikeras untuk menginap disini, jadi kenapa sekarang kakak ingin pergi?" Tanya Jisung keheranan, kakaknya ini memang sedikit aneh.
"Kau tidak perlu tau kenapa, yang kita butuhkan saat ini adalah pergi dari tempat ini sekarang juga!" Seru Alice panik.
"Tapi di luar hujan deras kak, kau akan kehujanan, apalagi saat ini tubuh mu tidak bisa di gerakkan, akan semakin bahaya jika kita keluar saat seperti ini!" Ucap Jisung khawatir.
"Malah akan semakin berbahaya disini, Jisung!"
"Berbahaya kenapa, Nona Shim?" Tanya Jaemin yang baru saja kembali, Jaemin menatap Alice dengan tajam.
"Terima kasih, maaf merepotkan dirimu!" Seru Jisung yang langsung mengambil kursi roda milik Jaemin.
Jisung memang tidak peka sehingga dia tidak menyadari bahwa Jaemin dan Alice nampak saling menatap satu sama lain.
Yang satu menatap ketakutan, yang satu lagi menatap dengan penuh ancaman.
"Ngomong-ngomong dimana pasanganmu?" Tanya Jisung, saat dirinya sudah menaruh Alice di kursi roda.
"Dia dibawa pergi oleh keluarganya, mereka tidak pernah menginginkan ku sebagai menantu mereka, sehingga mereka menculik istriku dengan paksa 4 tahun yang lalu. Karena itulah aku jarang mengunjungi vila ini, aku takut kenangan tentang istriku akan kembali menghantui ku!" Jawab Jaemin , wajahnya menatap Jisung dengan tatapan penuh rindu.
"Memangnya apa yang kau lakukan hingga tidak di restui oleh keluarganya? Aku yakin kaulah yang salah disini!" Ucap Alice dengan agak lantang.
"Mereka telah membuang istriku karena cacat, lalu saat sembuh mereka langsung berpura-pura baik dan menginginkan istriku untuk kembali pada mereka, bukankah itu sampah?" Seru Jaemin, tatapan Jaemin pada Alice benar-benar semakin tajam.
"Aku turut sedih mendengarnya, tapi semoga kau akan dipertemukan kembali dengan istrimu!" Ucap Jisung.
"Tentu, aku akan merebut apa yang telah menjadi milikku, aku tidak akan membiarkan orang-orang itu menang. Karena bagaimanapun cinta ku adalah milikku! Benarkan, Nona Shim?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Helper
ActionTidak seharusnya Jisung mempercayai orang asing yang tiba-tiba membantu dirinya.