Alice melemparkan kepala tersebut ke arah Jaemin dan Jisung. Alice mengenal sosok itu, dia adalah Zee pelayan yang mengkhianati Jaemin. Jisung memejamkan matanya saat melihat kepala itu menggelinding menuju kakinya.
"Arghhh!" Teriak Jisung, dia takut.
Jaemin tersenyum, dia mendekatkan wajahnya ke area telinga Jisung. Meniup area tersebut, "Tidak apa-apa, aku tidak akan menyakitimu, sayangku!"
Jisung menegang, suara ini dan kejadian ini terasa sangat familiar bagi Jisung begitu pula dengan tempat ini. Wajah Jisung kini memucat, kepalanya terasa sakit. Jisung tanpa sadar mencengkram tangan Jaemin, dia menatap Jaemin dengan tatapan kesakitan.
"Kenapa, sayang? Apakah kepala mu sangat sakit? Kau menginginkan sesuatu?" Tanya Jaemin dengan suara lembut tapi terkesan menyeramkan.
"Jeamhh, sakit!"
Air mata Jisung mengalir, bibirnya terus merintih dan merintih, ingatan-ingatan menyakitkan mulai menghantam kepalanya.
Jaemin tersenyum senang, mengelus dan memijat dahi Jisung dengan lembut agar pemuda itu tidak kesakitan tapi nampaknya sia-sia. Karena Jaemin lah yang sengaja memancing trauma yang dialami Jisung.
Jaemin ingin Jisung kembali mengingat dirinya, sehingga dia mengambil jalan pintas dengan membangkitkan trauma yang Jisung alami. Jaemin tidak peduli bagaimana kondisi Jisung nantinya, jika perlu Jisung cacat ataupun lemah untuk selamanya sehingga dia tidak bisa meninggalkan Jaemin.
"Sakit, Jaemin! Sakit!" Jisung menangis.
Bayangan dimana dia diserahkan kepada Jaemin, hukuman hukuman yang diberikan Jaemin, serta melihat pembunuhan yang dilakukan Jaemin kembali menerpa ingatannya, tidak hanya itu ingatan tentang penyiksaan yang dilakukan oleh ayah dan ibu tirinya kembali teringat oleh Jisung.
"Ssst! Tenanglah sayang," Jaemin menenangkan Jisung, dia mengelus bahu Jisung yang sudah menangis.
Jisung terguncang, nyatanya kebahagiaan sementara itu hasil dari penyiksaan. Selama ini hidup Jisung tidak pernah ada kebahagiaan hanya ada penyiksaan-penyiksaan yang menemani seluruh usianya.
Jisung menangisi dirinya sendiri, baik keluarga dan Jaemin adalah orang-orang yang kejam. Demi kepuasan hati, mereka tidak segan untuk menyiksa dirinya. Jisung tidak bisa memilih siapapun, bahkan jika bisa memilih Jisung ingin mengakhiri hidupnya saat ini.
"Kau sudah mengingatku, sayang? Selamat kembali ke sisiku! Kau tau aku sangat merindukanmu, sayang!" Bisik Jaemin.
Jisung menggelengkan kepalanya, dia takut saat ini. Sangat-sangat takut, bahkan tidak bisa berpikir jernih.
"Kenapa menangis sayang? Oh, atau kau sangat senang hingga menangis seperti ini karena sudah kembali padaku? Manisnya, istriku ini memang sangat manis!" Jaemin terkekeh gemas, Jisung memang menggemaskan sekali.
Mendengar ucapan Jaemin, Jisung semakin tertekan. Dia takut pada Jaemin, apalagi kepala yang ada di depannya seakan-akan memperingati dirinya untuk tidak mencari masalah dengan Jaemin jika tidak ia akan berakhir seperti kepala itu.
"Jaemin! Jaemin! Jaemin!" Panggil Jisung berulang, seakan-akan mempersiapkan hati dan pikirannya untuk kembali menerima segala perlakuan Jaemin yang terkadang manis dan bisa saja kejam kepada dirinya.
"Iya, sayang! Ini aku!" Jaemin tersenyum, dia merasa Jisung sangat merindukan dirinya saat Jisung terus memanggil namanya.
Jaemin merasa bahwa Jisung membutuhkan ketenangan dalam dirinya, jadi Jaemin memeluk Jisung dari belakang, mengecup pipinya berulang kali hingga tangisan Jisung berhenti.
Jisung tersenyum, saat Jaemin memeluknya. Pelukan hangat yang membuat Jisung jatuh hanya saja pelukan itu tidak bisa menghapuskan rasa sakit yang dia dapatkan.
"Apa yang sedang terjadi?" Tanya Jisung lembut, dirinya tidak ada pilihan. Hanya Jaemin yang akan menerimanya dengan tulus, lalu nyawanya juga berada di tangan Jaemin. Jadi pilihan yang tepat adalah bergantung pada Jaemin dan menutup mata akan rasa sakit di masa lalu.
"Aku sedang membalaskan rasa sakit yang kamu rasakan. Mereka telah mengganggu dan mengambilmu dari diriku, jadi aku akan membalasnya dengan kejam. Lalu kepala itu? Adalah milik Zee orang yang berkhianat padaku!"
Jaemin selalu seperti ini, dia akan mengungkapkan seluruh rencananya pada Jisung dengan jujur tidak ada satupun yang dia sembunyikan pada Jisung.
"Argh! Jaemin sialan! Matilah kau!" Teriak Alice.
Alice keluar ruangan dengan pisau ditangannya, dia berpikir jika dirinya tidak ingin mati maka dia harus membunuh Jaemin.
Jaemin tersenyum, rencananya berhasil. Dia sengaja meninggalkan pisau disana agar pisau tersebut dipegang oleh Alice, dia ingin menjebak Alice dengan menuduh Alice sebagai pembunuh tentunya itu bisa terjadi karena pisau itu memiliki sidik jari Alice.
Alice berlari kearahnya, Jaemin hanya tersenyum.
"Lihatlah apa yang aku lakukan pada saudara tirimu yang busuk itu," ucap Jaemin kepada Jisung yang hanya diam.
"Lakukan apapun yang kau mau, Jaemin! Tidak akan ada yang menghalangi dirimu!" Ucap Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evil Helper
ActionTidak seharusnya Jisung mempercayai orang asing yang tiba-tiba membantu dirinya.