O7

884 95 5
                                    

Jaemin tertawa mendengar persetujuan, dia mengecup dahi Jisung dan mengusap bibir Jisung.

"Tenang, sayangku. Aku tidak akan menghabisi mereka dengan mudah, mereka harus merasakan sakit yang teramat panjang terlebih dahulu sebagai balasan memisahkan kita dan menyiksa dirimu."

Jaemin berjalan mendekati Alice yang bersiap untuk menusuk Jaemin dengan pisau, sayangnya Alice adalah seorang amatir dan Jaemin adalah seorang profesional.

Jaemin tersenyum meremehkan Alice, "Ayo serang aku Nona,"

Alice menatap Jaemin dengan tajam, menggeremetukkan giginya penuh amarah.

"Kau adalah brengsek,"

Jaemin tertawa, "Itu nama tengahku, Nona!"

Alice menyerang Jaemin dari sisi Kiri, tapi sial Jaemin dapat menghindari serangan itu bahkan sekarang Alice lah yang terkena serangan Jaemin.

"Arghh!" Teriak Alice saat Jaemin berhasil menancapkan pisau di pundak Alice.

Jaemin terkekeh kejam, "Apakah dirimu berpikir aku tidak menyiapkan apapun, Nona?"

Jaemin mengambil suntikan yang dia bawa. Suntikan itu berisikan obat bius, Jaemin tidak akan membunuh Alice. Dia harus membuat mereka menderita terlebih dahulu.

"Sekarang saatnya tidur, nona!"

Suntikan itu berhasil membuat Alice tertidur. Alice kini terbaring di lantai, Jaemin terkekeh kejam, dia berjalan menghampiri Jisung yang kini menatap Jaemin dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Jisung.

"Eumm, kali ini aku menyimpan hal itu sendirian sayang, jadi kau hanya perlu menunggu dan melihat segalanya ya!" Jaemin mengecup bibir Jisung.

Jisung diam, dia tidak lagi bertanya. Jika Jaemin tidak ingin memberitahu dirinya maka Jisung akan diam. Jaemin mendorong kursi roda yang Jisung gunakan.

"Kita akan kemana?" Tanya Jisung.

"Mendekati kakak kesayanganmu," ucap Jaemin main-main.

Jisung hanya menghela napas, dia mengikuti semua yang Jaemin inginkan.

Jaemin berhenti tepat di depan Alice yang tidak sadarkan diri. Jisung melihat Jaemin yang menyeringai kejam, dapat Jisung rasakan bahwa penyiksaan pada Alice ini belum selesai, Jaemin mungkin merencanakan sesuatu yang lebih kejam.

"Aku penasaran apakah obat bius ini bekerja dengan baik atau tidak," gumam Jaemin.

Jaemin mendorong kursi roda Jisung, semakin dekat dengan Alice. Jaemin mengangkat kursi roda Jisung sedikit kemudian roda kursi itu menyentuh area kaki Alice.

"Apa yang kau lakukan Jaemin?"

"Hanya bersenang-senang, sayangku!"

Jaemin dengan kejamnya mendorong kursi roda tersebut diatas tubuh Alice. Jisung memejamkan matanya dia takut, dia merasa bersalah atas kekejaman yang dilakukan oleh Jaemin.

"Arghhh," terdengar teriakan nyaring yang berasal dari Alice.

"Ternyata dia masih merasakan sakit padahal sudah di bius, berarti kualitas bius ini murahan." Jawab Jaemin enteng.

Setelah puas bermain seperti itu, Jaemin menelepon seseorang untuk membawa Alice pergi dari tempat ini. Karena Jaemin sudah menyiapkan permainan lainnya untuk Alice dan keluarganya.

Jaemin membawa Jisung pergi menuju kamar mereka, Jaemin ingin mendengar cerita Jisung selama pemuda itu jauh dari dirinya.

"Sayang, aku ingin mendengar cerita tentang keadaan mu selama di sana,"

Jisung tersenyum, "Jaem, pernahkah kau merasa kasihan dengan diriku? Atau pernahkah kau merasa bersalah dengan hal yang menimpa diriku?"

Jaemin menggeleng, "Aku akui telah salah karena menghabisi ibumu, tetapi aku tidak akan merasa bersalah karena telah membuat mu menderita agar menurut padaku, aku melakukan itu karena aku mencintaimu, Ku ingin kau selalu bersamaku tanpa ada yang memisahkan. Aku tidak ingin kau lari dariku karena itu aku berubah menjadi sosok yang kejam agar kau takut padaku,"

"Tapi kau menyakiti hatiku, kau membuat ku merasa takut. Kau membuatku hancur, aku membencimu,"

Jaemin diam tidak menjawab sama sekali, Jaemin lebih memilih untuk membuka pintu kamar mereka dan menaruh Jisung di ranjang tidur mereka.

"Kau bebas untuk mengatakan apapun tentangku, aku tidak akan peduli sama sekali. Tapi aku harap jangan pernah katakan bahwa kau membenciku, karena kau tau akibatnya kan? Aku tidak ingin melukai dirimu jadi tolong jaga bicaramu, Sayangku!"

Jisung menangis, Jaemin memeluk Jisung. Menenangkan sang pujaan hati yang nampak begitu sedih dan ketakutan.

"Aku bisa melakukan apapun demi dirimu, termasuk membunuh seluruh orang yang telah melukai dirimu, jadi tolong tetap bersamaku,"

"Aku ingin, tetapi terlalu menyakitkan saat melihatmu. Aku benar-benar sakit, bagaimana aku bisa bertahan dengan rasa sakit ini?"

"Apakah kau ingin aku menghilang ingatan-ingatan kelam itu?"

Jisung mengangguk, lebih baik dirinya kehilangan ingatan daripada harus menderita seperti ini lagi.

Jaemin tersenyum senang, "Aku akan menghilangkan ingatanmu dan membuatmu hanya mengenal diriku saja, kau hanya akan mengingat bahwa aku adalah penyelamatmu. Jisung,"

Evil Helper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang