O4

876 136 6
                                    

"T-tidak! Dia bukan milikmu, keluarganya lah yang memiliki dia!" Bantah Alice dengan gugup.

Jisung tidak mengerti apapun hanya menatap keduanya dengan bingung, apakah kakaknya mengenal sosok yang menjadi istri dari seorang Na Jaemin?

"Kakak terus saja membela keluarga istri Jaemin, Apakah kakak juga mengenal istri Jaemin?" Tanya Jisung penasaran, dia menatap Alice dengan tatapan penuh selidik.

Mendengar pertanyaan Jisung, tubuh Alice langsung menegang. Sedangkan Jaemin tersenyum gelap, dia suka dengan perkataan Jisung itu.

"T-tidak! Kenapa kau malah menyudutkan kakak sih, Jie?" Marah Alice kepada Jisung.

"Jie, tidak menyudutkan kakak kok. Hanya saja Jie merasa heran dengan kakak yang terus-terusan membela keluarga istri Jaemin. Kakak seakan-akan ikut ambil bagian dalam kejadian naas yang menimpa Jaemin!" Tutur Jisung, kali ini perkataan yang keluar dari mulut Jisung benar-benar membuat Alice bergetar.

"Tidak kok, aku hanya menaruh posisi ku sebagai keluarga istrinya Jaemin, mungkin menurut mereka Jaemin itu tidak baik untuk anaknya. Lagipula kamu hanya mendengar cerita dari sudut pandang Jaemin saja kan? Jadi ya kita tidak bisa terlalu mempercayai cerita itu," balas Alice dengan senyum gugupnya.

Jisung mengangguk paham kemudian menatap Jaemin, "Ayo kita ke bawah!"

Jaemin tersenyum sebentar lagi mereka akan mendapatkan kejutan, tubuh lumpuh Alice juga akan kembali normal dalam beberapa menit lagi.

"Ayo!" Jawab Jaemin.

Jaemin berjalan terlebih dahulu diikuti Jisung dengan Alice yang kini terduduk di kursi roda. Mereka terus berjalan hingga Jaemin berhenti saat melihat tangga yang menghubungkan antara lantai atas dan ruang bawah tanah.

Karena Jaemin berhenti, Jisung pun menghentikan langkahnya. Dia menatap ke arah Jaemin yang kini berbalik menatap mereka berdua secara bergantian. Tatapan itu begitu dingin hingga membuat Jisung merinding.

"Ada apa?" Tanya Alice penuh curiga, dia sudah tidak bisa percaya lagi dengan pemuda di depannya ini.

Alice menyesali pemikiran anehnya yang ingin berpacaran dengan Jaemin saat tahu siapa Jaemin sebenarnya. Sungguh, Alice merasa jijik dengan Jaemin dan mungkin saja Jaemin juga merasakan hal yang sama dengan Alice. Keduanya sebenarnya saling membenci, keduanya sejak awal sudah berada di kubu yang berbeda.

Ya, jika saja dia tidak melupakan wajah Jaemin. Mungkin, saja dirinya dan Jisung tidak akan terjebak seperti saat ini.

"Jisung, aku ingin kau memandu jalan." Seru Jaemin.

Alice melotot tak terima, sedangkan Jisung menatap dengan penuh kebingungan.

"Kenapa?" Tanya Jisung bingung.

Alice menarik napas lega saat mengetahui pertanyaan Jisung. Dia tahu bahwa adiknya itu dapat diandalkan seperti sekarang.

"Kita akan menuruni tangga, aku rasa kau tidak terlalu mahir untuk mendorong kursi roda. Sedangkan diriku ini sudah berpengalaman sehingga aku dapat dengan mudah membantu kakakmu yang tidak bisa bergerak ini!" Terang Jaemin.

Menganggap alasan yang diberikan Jaemin logis, Jisung langsung mengangguk, dia menghidupkan flash ponselnya kemudian berjalan menuju depan tapi dihentikan oleh genggaman tangan Alice.

"Jangan, Jisung cukup bersama ku saja! Lagipula Jisung tidak tahu jalan!" Seru Alice tajam.

"Aku bisa mengarahkan Jisung, lagipula jika Jisung yang mendorong mu mungkin saja kau akan terjatuh dari tangga ini, nona Shim!" Seru Jaemin tersenyum menyeramkan menatap Alice yang kini sudah merinding hingga ke tulang-tulang.

"Jaemin benar kak! Biarkan aku saja yang di depan!" Seru Jisung menyetujui perkataan Jaemin.

Kini posisi berganti Jaemin mendorong kursi roda Alice, sedangkan Jisung memandu perjalanan mereka.

Jisung berjalan mendahului keduanya, sebenarnya bukan mendahului hanya saja Jaemin sengaja memperlambat gerakannya.

"Apa alasanmu kembali?" Tanya Alice tajam.

Jaemin terkekeh mengerikan, "Aku hanya ingin mengambil milikku yang sudah kalian curi,"

"Kami tidak pernah mencuri apapun darimu, kami hanya mengambil hak kami!" Bantah Alice.

Jaemin lagi-lagi dibuat tertawa, tapi kini lebih jauh menyeramkan dari sebelumnya.

"Hak mu? Kalian telah membuangnya bukan? Kalian menyerahkan dirinya kepada ku sebagai balasan karena aku berhasil membunuh ibunya bukan? Lalu kalian mengambil dirinya karena ternyata harta warisan ibunya tidak akan jatuh ke tangan kalian jika dirinya tidak ada bersama kalian kan?" Ungkap Jaemin yang benar-benar berhasil membuat Alice kehabisan kata-kata.

Memang benar, ayah tirinya, ibu dan dirinya berencana menghabisi ibu dari Jisung dengan menggunakan jasa Jaemin. Sebagai gantinya mereka menyerahkan Jisung yang cacat karena trauma sementara. Mereka kira dengan membunuh ibunya maka mereka akan mendapatkan seluruh harta dari wanita tersebut namun, nyatanya wanita itu telah memberikan wasiat di mana seluruh harta miliknya akan jatuh ke tangan Jisung tanpa terkecuali. Karena itulah mereka berusaha mengambil Jisung dari tangan Jaemin, kebetulan saat itu Jisung sudah sembuh karena bantuan Jaemin.

"Cih, kami hanya menyelamatkan dirinya dari pembunuh sepertimu!" Decih Alice, membantah kalimat yang dilontarkan oleh Jaemin.

"Oho! Sekarang kalian sedang berperan sebagai ibu peri baik hati penolong seorang pangeran yang tersesat ya? Tapi kau salah! Aku tidak akan pernah melepaskan apa yang sudah seharusnya menjadi milikku! Jisung adalah milikku dan selamanya akan menjadi milikku, kalian salah sudah berurusan denganku," Seru Jaemin.

Alice tertawa, jika Jaemin adalah seorang yang kejam maka dia adalah orang yang licik tentunya karena ajaran ibunya.

"Kau tidak akan bisa mendapatkan dirinya kembali, dia sudah bahagia bahkan dia juga tidak mengingatmu jadi mundur lah biarkan dia bahagia," bujuk Alice persuasif, dia cukup percaya diri bahwa Jaemin akan termakan ucapan.

"Jisung tidak seharusnya melupakan aku, jika saja kalian tidak mencuci otaknya. Lagipula aku tidak akan membiarkan parasit seperti kalian menghancurkan hidup milikku!"

"Tapi Jisung memang tidak pantas hidup bersama monster sepertimu, lagipula kau lah yang membunuh ibu Jisung, bagaimana jika dia tahu? Kau pasti akan dibenci bukan? Jadi menjauh lah sekarang. Jika tidak aku akan memberi tahukan padanya bahwa kau adalah monster yang membunuh ibunya!"

"Jika aku monster maka kau tidak ada bedanya denganku! Aku bisa saja mendorong mu sekarang dengan alasan tanganku tergelincir kemudian kau akan mati karena kehabisan darah, lalu bagaimana kau akan mengungkapkan kenyataan bahwa aku adalah pembunuh ibunya, jika kau saja mati di tanganku?" Tanya Jaemin.

"Kau tidak bisa membunuhku! Jisung akan marah padamu dan membencimu! Aku pastikan itu! Karena selama ini dia menganggap bahwa kami adalah keluarga yang baik hati dan sangat dekat dengannya!"

"Itu hal yang mudah, aku akan melakukan hal yang sama dengan kalian. Yaitu mencuci otaknya, hingga dia akan melupakan kalian!" Jaemin membalikkan keadaan dengan cepat.

"Kau benar-benar bajingan!" Desis Alice.

"Kalian kenapa terlalu jauh?" Pekik Jisung, keduanya tertinggal beberapa meter darinya.

"Maaf, hanya saja kursi rodanya agak sedikit macet!" Balas Jaemin.

Jisung hanya mengangguk, dia menunggu keduanya dengan tenang. Dirinya menatap sekitar entah kenapa semuanya terasa familiar. Apalagi saat mendengar cerita yang Jaemin beritahu kepadanya.

Evil Helper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang