O2

954 145 33
                                    

Jaemin membawa tiga gelas teh pada talam dengan ukiran bunga mawar. Teh itu memiliki wangi semerbak khas dari bunga mawar. Teh berwarna merah yang indah dengan kelopak mawar di atasnya. Nampaknya Jaemin sangatlah pandai dalam meracik teh.

"Silahkan diminum." Ucap Jaemin sembari memberikan gelas ke Jisung dan Alice.

Jisung mengambil teh tersebut, dengan anggun dia menyesap teh merah yang wangi bunga mawar itu. Hal itu tidak luput dari pandangan tajam Jaemin yang diam-diam tersenyum.

Sedangkan Alice dengan sembrono meminum teh tersebut, wanita ini sangat awam tentang teh jadi menurutnya teh yang dibuat oleh Jaemin cukuplah unik.

"Apa nama teh ini?" Tanya Alice penasaran karena saat diminum tidak ada rasa kelad dari bunga mawar.

"Aku rasa Jisung bisa menjelaskan teh apa yang sedang kita minum, aku rasa Jisung sangat mengenal teh ini dengan baik." seru Jaemin menatap dalam Jisung.

Jisung yang memang penyuka teh tentunya akan menjawabnya dengan sepenuh hati, "Teh yang kita minum adalah teh mawar. Sebenarnya aku hanya sering mendengar teh ini, aku belum pernah meminumnya. Tapi teh buatan Jaemin ini sangatlah nikmat," puji Jisung.

Jaemin tersenyum senang, belakangan ini saat mengetahui bahwa pemuda yang dia sukai memiliki hobi minum teh, Jaemin langsung saja belajar cara meracik berbagai jenis teh dan belajar untuk meminum teh dengan anggun. Ternyata perjuangan dirinya tidak sia-sia.

"Wow, hal itu terdengar keren." Puji Alice tulus.

Wanita itu jadi membayangkan jika dia memiliki pacar seperti Jaemin pasti akan sangat menyenangkan duduk bersantai dengan segelas teh buatan Jaemin.

"Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat dikatakan keren, tapi terima kasih untuk pujianmu nona Shim." Seru Jaemin yang memanggil Alice dengan formal seakan-akan memberikan tembok kepada Alice.

Alice cemberut mendengar panggilan Jaemin, tapi dia langsung merubah raut wajahnya. "Membuat teh seperti ini pasti membutuhkan waktu yang cukup lama. Maafkan kami karena telah merepotkan," seru Alice.

"Tidak merepotkan sama sekali, lagipula aku memiliki taman mawar di belakang villa ini, jadi sayang rasanya jika bunga itu dibiarkan jatuh dan layu tanpa ada manfaat apapun selain keindahan." Terang Jaemin.

Jisung dan Alice mengangguk-anggukkan kepala mereka pertanda paham dengan ucapan Jaemin.

"Aku jadi penasaran dengan taman mawar milikmu," seru Alice lagi.

"Kau bisa melihat taman itu besok, tinggal lah disini sampai hari menjelang siang, setelah itu kalian bisa kembali melanjutkan perjalanan kalian!" Ucap Jaemin.

"Terima kasih," seru Jisung dengan senyuman manis yang bertengger di wajah manisnya.

Teh mawar Jaemin memperbaiki suasana hatinya yang kacau karena tragedi yang tidak dia harapkan sama sekali.

"Baiklah sudah saatnya beristirahat!" Seru Alice, wanita riang ini mencoba untuk bangkit nyatanya tidak bisa. Tubuhnya seakan-akan sulit bergerak.

"Kenapa ini?" Panik Alice, tubuhnya terasa lumpuh.

"Kak kau tidak apa-apa?" Tanya Jisung khawatir.

"Aku tidak tahu, aku merasa tubuhku baik-baik saja tapi otot dan sendi tubuhku rasanya tidak ingin mengikuti perintahku!" Seru Alice jujur.

"Apakah kau kelelahan?" Tanya Jaemin dengan nada lembut.

"Sepertinya begitu, kalau begitu kau tidur duluan saja kak!" Jisung memutuskan untuk memapah Alice.

Jaemin berdiri mengantar Jisung ke kamar tamu, Jaemin berjalan mendahului mereka dengan senyuman manis di wajah tampan itu.

"Istirahat lah disini!" Seru Jaemin saat Jisung merebahkan tubuh Alice di ranjang lebar nan empuk.

Jdar!

Terdengar suara gemuruh, diikuti gemuruh listrik villa Jaemin menjadi gelap. Hal itu membuat Jisung dan Alice ketakutan, mereka saling berpelukan sedangkan Jaemin hanya diam.

"Gelap, Jaemin kau ada lilin atau genset?" Tanya Jisung yang ketakutan.

"Sebenarnya aku jarang memakai villa ini sehingga aku tidak tahu dimana para penjaga villa ini menaruh benda-benda itu!" Jawab Jaemin seadanya.

"Jadi bagaimana ini?" Tanya Jisung panik.

"Bukankah kau punya ponsel? Kau hanya perlu menghidupkan flash!" Seru Alice yang sesak napas karena pelukan Jisung yang terlalu kencang.

"Kau benar!" Gumam Jisung, wajahnya memerah malu.

"Sudah saatnya memulai semua permainan, aku akan mengambil milikku" Gumam Jaemin yang tersenyum dalam kegelapan.

Evil Helper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang