Jangan menilai seseorang dari wajahnya.
-Lia Zeyana-
***
Hari minggu pagi, Lio sampai di coffe tempatnya bekerja. Sebelum masuk, ia mengabari Kilo agar membawa bahan makanan. Lio bekerja mulai pukul delapan pagi sampai sembilan malam di hari sabtu dan minggu, dua hari khusus yang dimanfaatkan sebab ekstrakulikulernya tidak dilakasanakan. Sudah beberapa minggu ia bekerja dan hampir mendapatkan gaji pertama, Lio senang bisa mendapatkan uang hasil kerja keras sendiri.
Sun Coffe, tempat nongkrong anak muda yang letaknya cukup strategis dekat sma, smp, dan kantoran. Sun Coffe memiliki tiga lantai cukup luas dengan atap, biasanya Kilo menanam beberapa sayuran dan buah-buah di atap sekaligus menjadi area rahasia karyawan untuk bersantai. Lantai satu dan dua sebagai tempat duduk, sedangkan lantai tiga kamar para karyawan sekaligus gudang.
"Pagi yang cerah!" teriak Lio sebelum memulai pekerjaan.
"Berisik!"
Lio menutup mulut saat Kilo datang, wajah atasannya itu agak muram.
Pantas saja pesanku tidak dibalas. Batin Lio.
"Pagi, Bang," sapa Lio.
Kilo mengangguk singkat kemudian pergi ke lantai tiga sembari membawa bahan makanan. Sementara Lio hanya memperhatikan sebab tugasnya adalah beres-beres sebelum coffe dibuka. Di sini, cukup santai dengan memanggil 'abang dan mba' sesama karyawan. Lio jarang melihat Kilo berwajah menyeramkan kecuali wawancara dadakan malam itu.
"Bang Kilo kenapa, ya?" Lio melamun.
"Hei!"
Lio terkejut. "Setan!"
"Masih pagi, Lio. Jangan berisik," tegur Tamio, Kepala Koki Sun Coffe.
"M-maaf, Bang Tamio." Lio meringis.
Tamio merupakan pria berusia 25 tahun yang bekerja dengan Kilo sejak tiga tahun lalu, sifatnya menyenangkan dan cocok sebagai Kakak laki-laki. "Tadi lo kenapa? Kok, ngelamun?"
"Bang Kilo kayak asem gitu mukanya," ucap Lio memberitahu.
"Oh, gitu?" Tamio masuk ke dalam ruang masak.
Lio melotot. "Kok, gitu doang, Bang?"
"Lah, terus? Kilo bukan anak cewek yang harus dibujuk," komentar Tamio yang membuat Lio pasrah.
Setelah pun beres-beres, tak lama si kembar datang. Aran dan Arin, koki khusus makanan pedas dan manis dengan sifat hangat dan dingin, begitulah Lio mengingatnya. Beruntung Aran dan Arin adalah laki-laki dan perempuan sehingga ia bisa membedakannya.
Tugas Lio adalah mencatat pesanan dan mengantarnya, Sun Coffe memang cukup ramai dan biasanya yang melakukan pekerjaannya adalah Aran dan Arin. Namun, kedatangan Lio membuat pekerjaan mereka berkurang. Sebelum Lio benar-benar membuka coffe, beberapa pengunjung sudah antre di depan pintu. Lio tersenyum lelah melihat para pengunjung yang cukup banyak.
"Selamat datang di Sun Coffe!" Lio mempersilakan pengunjung masuk.
Setelah beberapa jam berlalu, Lio sibuk ke sana-sini mencatat banyaknya pesanan. Bahkan Aran dan Arin ikut turun tangan sebab pengunjung sangat ramai membuat semua karyawan kewalahan. Kilo yang ternyata habis putus dengan pacarnya sudah lebih baik melihat para karyawan bekerja dengan baik tanpa mengeluh, ia juga ikut membantu di lantai dua.
Rika, seorang penjaga kasir meringis kasihan melihat teman-temannya sibuk meski ia sendiri demikian. Suasana coffe pagi ini cukup ramai dan hangat, walau lelah semua pekerjaan menjadi menyenangkan sebab Kilo berjanji mentraktir mereka setelah jam kerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [TAMAT]
Teen Fiction"Selamatkanku!" *** Hidup dalam kegelapan, tidak ada yang menginginkannya. Begitu juga dengan Lio. Ia ingin hidup normal seperti orang-orang, bisa merasakan cinta, sedih, dan senang. Namun, Lio hanya mengenal kesendirian. Lio, remaja laki-laki yang...