Kenyataanya, hidup tidak selalu sesuai ekspetasi.
-Lio Nyxbara-
***
Keesokan harinya, Lio berangkat dengan pakaian rapi kecuali rambut yang masih mengembang seperti permen kapas. Sebenarnya, Lio memiliki wajah cukup bagus di kalangan para gadis. Hanya saja, memotong rambut sampai menampakkan wajahnya mungkin akan merepotkan. Lio ingin hidup tenang dan damai berserta teman-teman yang bisa diajak jatuh-bangun bersama.
Hari ini, orang tua serta abangnya tidak pulang. Lio pun tak repot memasak di pagi hari dan bisa berangkat lebih cepat. Pengumuman masing-masing kelas baru diadakan sekarang, kemarin hanya demo ekstrakulikuler. Lio ingin tahu di mana ia ditempatkan, semoga bukan kelas paling belakang sebab Damio bisa mengamuk.
Lio mengayuh sepedanya sembari menatap murid-murid Sma yang menggunakan motor menuju sekolah. Sebenarnya Lio bisa meminta Damio membelikan motor, tetapi ia merasa nyaman dengan sepeda. Lagipula, jarak sekolah dengan rumah cukup dekat.
"Sampai juga," gumamnya.
Setelah memarkirkan sepeda di tempat khusus, Lio berjalan masuk. Pengumuman tidak dilakukan dengan berkumpul di lapangan melainkan membaca di majalan dinding. Lio merasa pusing melihat kerumunan murid baru yang berdesakan, ia menyingkir dan bersandar di dinding menunggu gilirannya.
"Hei, itu anak baru juga?"
"Serius?"
Sejumlah gadis menatap ke arah Lio, sebuah tatapan ngeri dan sinis.
"Mukanya ke tutup rambut!"
"Emang boleh, ya, rambut sepanjang itu meski dia laki-laki?"
"Kok, serem, sih!"
Lio diam, tetapi tatapannya seketika kosong sampai ia ditegur. Lio baru sadar kalau murid baru mulai memasuki kelas masing-masing, ia pun melihat namanya di pengumuman. Namun, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Lio tidak bisa membayangkan wajah Damio yang tahu kelasnya.
"Kayaknya telingaku panas nanti malam," gumam Lio beranjak menuju kelas barunya, 1J.
Sekolah Menengah Akhir Pertama Bangsa memiliki sepuluh kelas per angkatan, satu kelas berisi sekitar 35 murid. Ada kemungkinan angkatan Lio seluruhnya terdapat 350 murid, mungkin akan berkurang memasuki kelas dua belas nanti. Ada banyak peraturan yang membuat para murid harus bertahan sampai di tingkat akhir, begitu juga Lio. Ia sudah memasuki kelas paling ujung yang berarti secara tidak langsung kehidupan sekolahnya terancam.
Lio berjalan ke kelas barunya dengan berat hati, ia harap bisa pindah kelas sebelum semester genap dilaksanakan. Salah satu peraturan Permata Bangsa adalah naik atau turun kelas ke kelas lain berdasarkan nilai uts atau uas. Hal ini yang menentukan kelayakan para siswa, ditambah jika nilaimu paling kecil se-angkatan meski masuk ke kelas unggulan maka ucapkan selamat tinggal.
"Sekolah Penyiksaan," gumam Lio menatap kosong kelas barunya.
Sejumlah murid melihat kedatangan Lio seperti hantu. Wajahnya yang tertutup rambut membuat siapa pun takut, Lio diam-diam merasa takut dan canggung. Ia berjalan cepat menuju bangku paling belakang dan duduk di sana. Lio berusaha mengabaikan semua ucapan sinis dan sindiran keras untuknya, pikirannya melayang pada namanya di pengumuman.
"Peringkat ke tiga puluh, ya," gumam Lio.
Pengumuman tadi memuat namanya sebagai peringkat tiga puluh di kelas 1J, jika ia sampai tergeser lima angka ke belakang maka tamat riwayatnya. Nilai Lio harus lebih bagus dari sekarang, setidaknya ia bisa menaikkan peringkat sampai dua puluh besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [TAMAT]
Ficção Adolescente"Selamatkanku!" *** Hidup dalam kegelapan, tidak ada yang menginginkannya. Begitu juga dengan Lio. Ia ingin hidup normal seperti orang-orang, bisa merasakan cinta, sedih, dan senang. Namun, Lio hanya mengenal kesendirian. Lio, remaja laki-laki yang...