Setidaknya, dengarkan dulu penjelasan orang lain agar tidak terjadi kesalahpahaman.
-Gama Adreius-
***
Pelajaran olahraga, semua siswa berganti pakaian dan menuju ke gedung olahraga. Lio bersemangat sebab materi yang diajarkan adalah voli, salah satu kemampuannya ada di sana. Gurunya bilang, kelas mereka akan bertanding dengan kelas lain. Lio dipilih menjadi tosser di tim inti bersama Ize dan ketiga temannya, sedangkan siswa lainnya duduk di bangku cadangan.
Setelah berganti pakaian, Lio berlari menuju kelas untuk mengambil botol minum dan handuk kecil. Di sana, keempat temannya menunggu. Padahal Lio pikir hanya tersisa dirinya yang belum menuju gedung olahraga, ternyata teman-temannya menunggu di kelas sembari memakan camilan.
"Lama banget, sih, lo!" Niko cemberut. "Kita ditinggal yang lain, tau!"
Lio meringis. "Maaf, ya. Kenapa enggak duluan aja?"
"Kasian gue liat lo sendiri-sendiri ke gedung olahraga, kayak bocah ilang gitu kesannya," celetuk Ize.
Arnan berdeham, "Bisa cepet, nggak? Nanti kita kena hukuman, lho."
"Satu. Dua. Tiga. Lari!" Aldri berlari keluar kelas diikuti Arnan, Ize, dan Niko.
Lio pun mengikuti dari belakang, beruntung staminanya bagus sehingga mampu mengejar keempatnya. Sesampainya di gedung olahraga, kedatangan mereka menjadi pusat perhatian sebab entakan kaki yang cukup berisik akibat berlari. Lio belum menyadari lawan dari kelasnya, ia pun duduk di barisan tepat di belakang Ize.
"Baiklah, Anak-anak. Materi kita kali ini adalah voli, begitu juga dengan kelas 1C. Jadi, saya memutuskan agar dua kelas digabung untuk belajar dan bermain bersama."
Seketika kedua kelas mulai rusuh, sang guru sebenarnya tidak begitu menjelaskan sistem pembelajaran kali ini sehingga mereka bingung dari maksud 'Bermain' yang diucapkan. Ditambah, ada pemilihan tim inti dari masing-masing kelas. Ada kemungkinan kedua kelas akan diperintahkan melakukan pertandingan.
Namun, sebelum pertandingan antar kelas dimulai, semua siswa diperintahkan melakukan pemanasan yang dipimpin oleh Aldri sebagai ketua kelas.
"Lio, itu temen lo bukan, sih?" tanya Niko menunjuk Gama.
Ize mengangguk. "Iya, itu teman si Lio, namanya Gama. Makhluk yang suka marah-marah nggak jelas, sombong, angkuh, dan nggak tahu diri. Niko, coba deh lu berantem sama si Gama. Gue yakin lo menang."
"Bego! Ya kali gue ujug-ujug ngajak berantem, dikira orang gila gue!" Niko melotot. "Oh, kenapa juga lo yang jawab pertanyaan gue? Seharusnya, kan, si Lio. Bukan, lo!"
Ize melirik sinis. "Suka. Suka. Gue! Apa lo?"
Arnan menarik kedua telinga teman-temannya yang begitu berisik membuat sejumlah siswa terganggu dan menoleh. Sementara itu, Lio tertawa kecil membuat sejumlah gadis di sekitarnya tertegun sebab jarang sekali remaja laki-laki itu menebar senyum tanpa beban. Biasanya Lio bersikap introvert sehingga orang-orang menjauhinya dan berpikir Lio membosankan.
Tanpa sadar, Gama memperhatikan teman-teman Lio. Ia sadar kalau teman smp nya itu sudah memiliki cukup teman untuk bersosialisasi.
"Oke, saya sudah membagi kalian per tim yang di mana satu timnya berisi kelas 1c dan 1j. Saya harap, kalian bisa bekerja sama dalam mempelajari materi voli dan membantu satu sama lain. Mengerti?"
"Baik, Pak!"
Wali kelas 1c menyebutkan masing-masing kelompok. Lio tidak menyangka satu kelompok dengan Gama, tetapi beruntungnya ada Ize yang sekelompok dengannya. Setidaknya, jika ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi maka Ize bisa menjadi tamengnya.
Setelah disebutkan masing-masing kelompok, hal dasar seperti servis, passing, smash, dan bloccking diajarkan bertahap. Wali kelas 1J menyuruh anggota voli ikut mengajarkan sebab lebih memahami. Namun, Lio belum terbiasa mengajari orang lain. Ia agak kesulitan dan memilih menyingkir dari lapangan.
"Bisa nggak lo bersikap sewajarnya, jangan kayak cewek gitu. Kemampuan dan pengetahuan lo soal voli lebih dari cukup buat ngajarin teman-teman sekelompok kita. Minimal berusaha buat kelompok, bukan diri sendiri," ucap Gama sinis membuat Lio berhenti.
Ize memukul kepala Gama. "Jaga omongan lo! Jangan buat keributan di sini!"
Akhirnya, Lio mengangguk setuju untuk mengajari teman-teman dari kelas 1c, begitu juga Gama. Mereka saling berbagi ilmu dan pengalaman secara perlahan.
"Nah, kita mulai dari servis ya. Di dalam voli, ada namanya servis atas, servis bawah, servis mengapung, dan servis melompat. Kalian bisa lakuin servis sesuai kemampuan, ya." Lio mencontohkan masing-masing servis meski belum sempurna sebab ada sejumlah servis yang tidak bisa dilakukannya.
Setelah mengajari masing-masing orang di dalam kelompok, perwakilan yang telah dipilih oleh guru olahraga maju satu per watu. Lio bersama keempat temannya diperintahkan untuk melakukan pertandingan voli melawan kelas 1C.
"Kalian siap?" tanya Pak Ando, guru olahraga kelas 1J.
"Siap, Pak!"
Kali ini, kapten tim 1J adalah Lio. Sebenarnya, Aldri yang ditunjuk sebagai kapten. Namun, remaja itu merasa kurang pantas sebab tidak memiliki kemampuan serta pengalaman yang cukup sehingga Lio menggantikannya. Setelah berdiskusi, keenam perwakilan masing-masing kelas memasuki tengah lapangan membuat teman-teman mereka yang duduk di tribun menyemangati.
"Jangan takut, kita ada buat lo!" Niko memberikan semangat sembari melirik ke arah Lio yang berada di sampingnya. "Akan gue tunjukkan block seperti apa yang menggentarkan lawan!"
Kalo Niko masuk ke tim voli putra, kayaknya bakal rame. Batin Lio.
***
Setelah permainan voli yang dimenangkan kelas 1J, semuanya bubar. Bel berbunyi menandakan jam istirahat dimulai, tetapi Lio enggan pergi ke kelas atau kantin. Ia tersenyum tipis menikmati kemenangannya bersama keempat temannya dalam pertandingan ini.
"Jangan merasa tinggi hati, lo menyebalkan!"
Lio menoleh. "Gama?"
"Apa? Lo pasti dendam sama gue, kan? Gue juga gitu, lo itu sejak dulu selalu berpikir bahwa nggak ada orang yang akan mendukung lo dari belakang. Lo selalu menyendiri, padahal ada orang yang mau berteman dengan lo. Pikiran lo itu sempit banget, Lio." Gama menumpahkan segala kekesalannya sejak smp. Jika bukan permintaan Taka maka Gama pasti sudah menghajar Lio agar temannya itu sadar. "Ditambah sifat pengecut lo saat Ameera kecela---"
Lio melotot. "Cukup!"
"Bangsat! Denger apa kata gue dulu!" Gama menonjok pipi Lio. "Lo itu nggak pernah mau tahu dan pergi gitu aja. Lo berpikir bahwa Ameera mati saat kecelakaan, kan? Padahal lo nggak tahu kalau Ameera masih hidup sampai saat ini!"
Lio terkejut, teman masa kecilnya itu masih hidup. "Gama ... bilang ke Lio kala---"
Lagi, Gama menonjok Lio. Ia dendam pada temannya yang pengecut. Kecelakaan waktu itu hampir merenggut nyawa Ameera, beruntungnya gadis itu bisa diselamatkan. Namun, Lio sudah berpikir buruk dan pergi. Hal inilah yang membuat Gama membenci Lio, bahkan sering mengibarkan bendera perang jika bertemu. Ia ingin menyadarkan Lio kalau sifatnya itu salah dan terkesan menyebalkan.
Perkelahian itu sebagian besar dipimpin oleh Gama, ia terus menonjok wajah Lio tanpa ampun untuk menyalurkan kekesalannya. Gama tidak peduli jika setelahnya diberi hukuman, ia hanya ingin temannya itu sadar.
"Mati aja lo, Lio!"
***
Catatan: Terima kasih sudah berkunjung, mohon maaf apabila ada kekurangan dalam cerita.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [TAMAT]
Teen Fiction"Selamatkanku!" *** Hidup dalam kegelapan, tidak ada yang menginginkannya. Begitu juga dengan Lio. Ia ingin hidup normal seperti orang-orang, bisa merasakan cinta, sedih, dan senang. Namun, Lio hanya mengenal kesendirian. Lio, remaja laki-laki yang...