Dia datang menjadi awal kerenggangan hubungan kita
-Lia Zeyana-***
Ujian Tengah semester telah selesai dilaksanakan, para murid tersenyum cerah di akhir hari. Harapan mereka adalah mendapatkan nilai terbaik setelah belajar mati-matin, semua murid ingin yang terbaik dihasilnya. Koridor pun tampak ramai dan sesak seperti biasa, pembicaraan mengenai hasil atau soal susah menjadi makanan keseharian.
Lio membereskan peralatannya kemudian beranjak, tetapi Lizen menahannya.
"Ada apa?" tanya Lio heran.
Lizen memberikan bingkisan kecil. "Semoga nilaimu bagus."
Seketika rahang Lio mengeras, makhluk sejenis Lizen memiliki aura aneh yang mengintimidasi sekaligus menyudutkan. Barang pemberian Lizen tampak normal seperti orang biasa memberikan hadiah, tetapi kali ini berbeda. Lio mengembuskan napas kemudian membuka bingkisan yang berisi surat dan makanan ringan.
From Lizen to Lio
Saya minta maaf kalau ucapan dan perilaku selama seminggu kurang menyenangkan, hanya saja kerja kerasmu tampak layu hari ke hari. Semoga berhasil.
Jujur saja, Lio tidak senang dengan isi suratnya. Jika orang biasa mungkin menganggap Lizen sangat baik memberikan bingkisan serta ucapan penyemangat, tetapi untuknya semua ini terasa menyebalkan. Secara tidak langsung Lizen meremehkan pengetahuannya serta kemampuan Lio yang menurutnya sudah berkembang daripada dulu.
Akhirnya, Lio menyimpan semua bingkisan menyebalkan itu ke tas. Hari ini, ekstrakulikuler resmi dibuka setelah satu bulan lebih seminggu ditutup. Deno ingin memberitahukan sesuatu pada semua anggota sehingga Lio pergi menuju ke lapangan bersama Ize.
"Gimana ujiannya? Aman?" tanya Ize.
Keduanya bertemu di depan perpustakaan dan saling menyapa setelah beberapa hari tak bertemu, meski satu sekolah Lio bersama teman-temannya berjanji meminimalisir pertemuan. Sebenarnya, Lio tidak mengerti sebab peraturan ini dibuat oleh Aldri, ia hanya mengikutinya.
Sesampainya di lapangan, semua anggota sudah berkumpul.
"Oke, terima kasih bagi yang sudah datang dan berkumpul. Hari ini ada pengumuman seleksi tim inti yang akan bermain pada pertandingan antar sekolah beberapa bulan lagi." Deno memegang kertas pengumuman. "Gue harap, siapa pun yang terpilih mampu meningkatkan kemampuan. Sedang yang tertolak harus bisa sportif dan bersabar, gue yakin akan ada waktunya kalian bersinar."
Mario membantu Deno mengumumkan tim inti. "Posisi Libero, Jezel."
Remaja jahil itu melotot kemudian bertepuk tangan heboh sebab menjadi libero, tidak pernah ada pikiran untuk memasuko posisi tersebut. Ia pun maju setelah diberi perintah oleh Deno.
"Posisi Server, yaitu Adnan." Mario mengangguk mempersilakan Adnan maju.
Selanjutnya, pemain Blocker diisi oleh Gama. Tempat kelima atau Defender oleh Mario, kemudian posisi Spiker sebelah kanan, Deno. Terakhir, Tosser adalah Lio. Semua posisi sudah ditentukan, pemain cadangan juga mendapatkan posisi yang akna bergiliran nantinya.
Lio terkejut, ia menjadi Tosser dalam tim inti yang sebelumnya diisi oleh seniornya. Sejenak ia menoleh ke arah Garen. Namun, seniornya itu seolah mengatakan 'Santuy!', membuat Lio makin bersalah.
"Semua sudah mendapatkan posisi. Gue mau tanya, kalian setuju pemanasan hari ini atau besok?" tanya Deno meminta pendapat.
"Sekarang!" jawab mereka serempak.
***
Selesai pemanasan, tim voli putra pun pulang. Lio memperhatikan senyum teman-temannya yang terpilih menjadi tim inti maupun cadangan, semua posisi diisi oleh berbagai kelas. Jika tidak bisa ikut serta pada pertandingan kali ini maka dipastikan pertanding sekarang adalah terakhir. Kecuali Permata Bangsa memenangkan pertandingan dan membawa ke tingkat yang lebih tinggi.
Sementara itu, Deno dan Mario mencatat data pemain inti maupun cadangan. Keduanya dibantu seorang manager, Ila Idara. Sesuai ujian, pasti ada penurunan kemampuan sedikit membuat mereka harus sedikit menekan latihan agar hasilnya lebih maksimal. Ketiganya sadar, sejumlah pemain yang tidak terpilih tampak murung, tetapi pemain inti pun sama.
"Bagaimana kalau kita menghiburnya?" tanya Ila khawatir.
Mario melirik. "Gue setuju, tapi biarkan mereka memahami arti Kemampuan Diri Sendiri."
"Tapi, kalau begini terus?" Ila mengembuskan napas.
Deno tersenyum santai. "Santai, Ila. Mereka yang bersemangat, enggak akan padam oleh hantaman kecil seperti ini. Pasti ada waktunya mereka bangkit dan jadi lebih baik. Gue percaya sama tim voli putra Permata Bangsa."
Mario dan Ila saling melirik kemudian mengusili Deno. Hal ini mengundang tim menoleh ke arah ketiganya kemudian tertawa bersama sembari mengejek. Tanpa sadar, Lio melihat ekspresi teman-temannya yang tampak bahagia.
Setelah membereskan ruangan, Lio pergi ke parkiran. Ia mencegah Garen di parkiran sebelum seniornya pergi.
"Maaf, Bang," sesal Lio.
Garen tertawa. "Gue tahu kalo kelas satu sekarang punya kemampuan yang hebat, jangan merasa bersalah gitu. Lagipula gue masih kelas sebelas, kali aja tahun depan bisa menguasai posisi 'Tosser' sepenuhnya dan buat lo nggak jadi pemain inti."
Ucapan Garen membuat Lio tersenyum. Ia tahu seniornya tidak marah dan terbebani.
"Gue tunggu waktu itu tiba, Bang!" Lio mengangguk semangat.
Keduanya melakukan 'tos' ala remaja laki-laki kemudian pulang. Lio sudah merasa tenang, sekarang waktunya menemui seseorang yang sudah menunggu. Di persimpangan jalan, seorang gadis berseragam berbeda sudah menunggu.
"Halo, Ameera," sapa Lio.
Gadis itu tersenyum, matanya membentuk bola sabit. "Halo, Lio."
***
Catatan: Terima kasih sudah berkunjung, mohon maaf apabila ada kekurangan dalam cerita.
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Save Me [TAMAT]
Подростковая литература"Selamatkanku!" *** Hidup dalam kegelapan, tidak ada yang menginginkannya. Begitu juga dengan Lio. Ia ingin hidup normal seperti orang-orang, bisa merasakan cinta, sedih, dan senang. Namun, Lio hanya mengenal kesendirian. Lio, remaja laki-laki yang...