Untuk kali ini saja.
Ya, hanya kali ini.
Naruto memuji sesuatu dari wanita di hadapannya.
Sejujurnya masakannya sangat sederhana, yaitu bubur. Alasan wanita itu membuat ini dikarenakan..
“Kita makan bubur. Aku tidak bisa mengunyah karena pukulanmu!”
Tentu saja Naruto menurut. Lagipula di kulkasnya tidak terlalu banyak bahan makanan yang bisa digunakan.
“Enakkan?” tanya Hinata antusias.
Memang benar ini hanya bubur. Naruto juga bisa membuat bubur semacam ini. Tapi, ia tidak mengerti mengapa rasa bubur Hinata berbeda, dan ya… memang rasanya enak.
Namun, mana mungkin Naruto berkata demikian. Ia pun hanya menjawab, “ya, lumayan,” dengan tampang datarnya.
Hinata mendengus. Tidak mungkin lumayan. Pria itu memakannya dengan lahap. Ia juga pasti akan memakannya dengan cepat apabila pipi seputih salju ini tidak sakit.
Setelah Naruto selesai makan, ia segera mencuci piringnya dan semua peralatan yang tadi Hinata gunakan. Untung saja alat-alat yang sang wanita gunakan tidaklah banyak.
“Jadi…”
Hinata segera mendongakkan wajahnya melihat Naruto menatap matanya sambil bersandar pada konter. Kemudian, pria itu kembali melanjutkan ucapannya, “apa yang kau lakukan masuk ke mobilku secara tiba-tiba.”
Seakan-akan teringat, Hinata segera menaruh sendok yang ia pakai dan memilin jari-jarinya. “Aku hanya ingin minta maaf atas kejadian kemarin. Aku tidak tau jika kau sedang bertugas.”
Naruto berdecak. Sejujurnya ia cukup terkejut orang seperti Hinata akan menunggunya hanya untuk mengucapkan kata maaf.
“Hanya itu?”
“Ya..?”
“Jika begitu, setelah makan, pulanglah.”
“Apa?! Kau tidak melihat ini masih sangat pagi?!”
“Lalu?”
Mata rembulan itu terbelalak. Sungguh ingin berteriak, tapi sakit sekali pipinya. “Aku ini wanita, bodoh! Bahaya untuk kaum sepertiku keluar ketika jalanan masih sepi!”
“Oh? Bukankah kau sering pulang tengah malam atau bahkan subuh mengingat pekerjaan mu seperti itu?”
Bibirnya berkedut. Tidak salah! Tapi ia tidak mau pulang sekarang.
“Kau tidak merasa bersalah sudah memukulku?! Aku tidak peduli, aku akan pulang nanti.”
Hembusan nafas kasar terdengar dari mulut Naruto. Ia pun berkata, “ya sudah tidur saja di sofa.”
Setelah mengatakan hal tersebut, Naruto pun segera berjalan masuk ke kamar dan menguncinya. Hinata menatap tidak percaya semua itu. Tanpa menghiraukan pipinya yang bengkak, ia pun berteriak, “Awas kau Uzumaki sialan! Lihat saja kau akan bertekuk lutut padaku!”
Tawa nista hadir dalam hati. Obat perangsang itu sudah ada di tangannya. Ia benar-benar akan membalas perbuatan Naruto kali ini!
.
.
.Semenjak kejadian itu, Hinata masih belum bertemu dengan Naruto. Pipinya sekarang sudah sembuh total. Butuh satu minggu lebih untuk mereda dan sembuh secara total. Tenaga seorang polisi memang beda.
Tapi yang membuatnya semakin dongkol dan meningkatkan niatnya untuk menaklukan Naruto adalah perlakukan pria itu yang tidak tau perasaan. Ia benar-benar disuruh tidur di sofa, tanpa diberikan selimut. Lalu siangnya, ia dibangunkan dan langsung disuruh pergi pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies Companion [NARUHINA]
FanfictionFREE STORY🔥 Menjadi ladies companion adalah pekerjaan seorang Hyuuga Hinata. Jika kalian bertanya apakah ia menikmatinya, tentu saja jawabannya adalah ya. Bayangkan saja mendapatkan koleksi jam, tas, dan pakaian branded secara gratis hanya dengan m...