“Kau gila?!”
“Jangan berisik. Ini adalah rahasia,” ujar Hinata mendelikkan matanya pada Ino.
Kini, ia sedang berada di tempat karaoke. Jika kalian pikir sekarang Hinata sedang bekerja, maka jawabannya adalah salah. Wanita itu sedang membereskan barang-barangnya untuk pergi.
“Lagipula, jika aku menikah dengan Naruto, kau akan aku kenalkan langsung pada Sai. Tidak perlu khawatir.”
“Persetan dengan masalah itu. Jika kau tidak menikah dengan Naruto, itu tandanya kau mati, bodoh!”
“Sebelum itu terjadi, aku akan berhenti.”
“Realita tidak seindah itu jika kau lupa.”
Memang benar. Hinata juga tau hal tersebut. Mau dia mati ataupun tidak, tetap sama saja. Ia tidak memiliki tanggungan di dunia. Tidak akan ada yang sedih juga atas kepergiannya karena ia sudah tidak memiliki keluarga.
“Bisa beri aku alasan yang lebih baik selain mati? Surga itu indah kata orang-orang.”
Ino mendengus. “Mana ada orang yang masih hidup sudah melihat surga. Dan siapa yang bilang kita akan masuk surga? Orang-orang seperti kita itu masuk neraka. NERAKA, HINATA.”
“Kau saja. Aku tidak mau.”
“Mana bisa begitu, bodoh.”
“Memangnya apa yang aku lakukan sampai masuk neraka?!”
“Bercinta dengan kekasih orang, merusak hubungan sepasang kekasih, memanfaatkan harta pria! Ingin kusebutkan lagi?!”
“Itu sih prianya saja yang bodoh.”
Setelah memasukkan barang terakhir, Hinata segera bangkit berdiri dan berjalan ke arah pintu. “Oh ya. Mulai sekarang, kau akan menjadi mata-mata ku untuk mengawasi perlakuan Naruto di sini. Sampai berjumpa lagi.”
Ino melihat ke arah pintu dengan tidak percaya. Otak Hinata sudah rusak. Wanita itu terlalu terobsesi sampai bersedia mati untuk mewujudkan cita-citanya.
.
.
.“Aku undur diri dari pekerjaanku, Nona Tsunade.”
Botol sake yang berada di tangan wanita hampir berumur 60 tahun itu langsung tergeletak di atas meja. Ia melihat ke arah Hinata dari atas sampai bawah.
“Apa maksudnya? Kau bertobat?”
“Tidak juga.”
“Lalu?”
Hinata terdiam. Ia bisa melihat Tsunade menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Kemudian, wanita itu berucap, “tutup jendela. Aku mau berbicara serius.”
Hinata pun hanya menurut dan segera menutup jendela tersebut. Apa pun yang diucapkan oleh Tsunde, tekadnya sudah bulat untuk berhenti dan mengambil tawaran dari kepolisian. Tapi, mana mungkin ia memberitahukan alasan tersebut kepa-
“Aku tidak menyangka kau yang dipilih. Kau yakin ingin menjadi mata-mata?”
Apa?!
Tidak ia duga sama sekali, ternyata bossnya tau hal ini. Hinata mengernyitkan matanya. Kenapa informasi seperti ini bisa bocor sampai ke orang seperti Tsunade?
“Bagaimana kau bisa tau?”
“Aku ini adalah narapidana.”
Satu fakta yang cukup membuat Hinata terkejut. Pantas saja Tsunade itu sangat galak dan tegas bak seorang preman.
“Kau pikir, bagaimana mungkin kepolisian dan tentara menjadi pelanggan setia di sini?”
Sial. Hinata baru menyadari itu semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies Companion [NARUHINA]
FanfictionFREE STORY🔥 Menjadi ladies companion adalah pekerjaan seorang Hyuuga Hinata. Jika kalian bertanya apakah ia menikmatinya, tentu saja jawabannya adalah ya. Bayangkan saja mendapatkan koleksi jam, tas, dan pakaian branded secara gratis hanya dengan m...