"Naruto!"
Kiba datang menghampiri. Omoi yang tadi bersamanya sudah berpisah dan bergabung bersama tentara lain. Semenjak bala bantuan datang, strategi cukup berubah.
"Kau tak apa, bung?" Tanya sang pria.
"Ya."
Tembakan masih mengudara. Kini, mereka sudah masuk ke dalam markas Red Eyes. Beberapa anggota sudah mulai diamankan oleh aparat negara.
Beberapa tim telah dibagi untuk menyusuri markas dengan tujuan yang berbeda-beda. Ambulan dan mobil polisi juga sudah berjaga-jaga di luar.
Seluruh pasukan dipimpin oleh Kakashi dan Jiraiya. Sang komandan yang awalnya masuk medan perang kini sudah berada di luar garis untuk memberikan perintah.
"Kita harus cepat menemukan Madara sebelum dia kabur."
Naruto terdiam. Ia memang sangat ingin menangkap Madara dengan tangannya sendiri. Tapi, ketika Madara sudah berada di depan mata, niatnya malah berubah sekarang.
Tujuannya utamanya adalah menyelamatkan Hinata.
Duar!
Sebuah ledakan besar terjadi dari arah barat. Suasana semakin menegangkan. Kiba mencengkram senjatanya semakin kuat.
"Keparat. Kita harus sangat berhati-hati. Itu pasti bom dari mereka. Kepolisian maupun tentara tidak ada yang membawa peledak karena lokasi ini berdekatan dengan pemukiman warga."
"Pasukan, dibagian barat dipenuhi oleh banyak ranjau. Tim delta bergabunglah dengan Tim gamma dan jauhi bagian barat."
Suara Jiraiya terdengar dari HT yang mereka bawa. Naruto semakin cemas mendengar berita ini. Ia harap Hinata tidak berada di bagian barat markas.
Kemudian mereka semakin masuk ke dalam gedung. Entah berapa banyak jumlah anggota Red Eyes yang berada di sana, tapi mereka tidak habis-habis.
"Madara sepertinya memang sudah menyiapkan ini semua," ujar Kiba.
Musuh yang dilawan seakan-akan memiliki strategi yang cukup kuat. Hal ini dibuktikan dari terstrukturnya mereka melawan. Kepolisian dan tentara seakan-akan memang dipancing untuk pergi kemari.
"Kita perlu strategi, Kiba."
Tanpa diberitahu pun Kiba sudah tau. Mereka itu keku-
"Aku akan menyelinap masuk."
Kiba langsung menoleh dengan tatapan mengernyit dan tidak setujunya. "Masuk kemana?"
"Ke dalam."
"Kita sudah di dalam."
Naruto berdecak. Ia tau jika Kiba pura-pura bodoh. "Maksudku ke dalam mencari Hinata."
"Ha? Bagaimana caranya? Kau tidak lihat seberapa mengerikannya medan perang ini? Salah langkah maka nyawa melayang."
"Maka dari itu aku akan mengendap-ngendap."
"Komandan akan memarahimu."
"Tidak peduli."
Naruto sudah mulai melirik kanan kirinya untuk mencari jalur yang bisa membawanya masuk lebih dalam. Jika dari rekaman yang ditangkap oleh kamera tersembunyi di tas Hinata, wanita itu memang berada di ruangan yang cukup dalam.
Ketika menemukan satu jalur yang menjadi titik buta para anggota Red Eyes yang menyerang mereka dari lantai dua, ia pun segera melangkahkan kakinya ke sana.
Kiba yang melihat itu pun mencoba untuk menggapai tangan Naruto. Ia mengacak rambutnya dan berteriak dengan suara kecil.
"Kuning sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies Companion [NARUHINA]
FanficFREE STORY🔥 Menjadi ladies companion adalah pekerjaan seorang Hyuuga Hinata. Jika kalian bertanya apakah ia menikmatinya, tentu saja jawabannya adalah ya. Bayangkan saja mendapatkan koleksi jam, tas, dan pakaian branded secara gratis hanya dengan m...