Chap 29

1.6K 145 18
                                    

Bagi yang udah baca chap ini, tadi aku melakukan kesalahan dimana chap 28 ke skip. Jadi, solahkan baca chap 28 yaa

"Ayo kita berangkat. Taxinya sudah di depan," ucap Hiashi pada seluruh keluarganya.

"Tidak ada yang tertinggal, kan?" Tanya Hikari.

"Tidak ada, bu," ujar Hanabi dan Hinata.

Dengan semangat, mereka pun pergi ke taxi tersebut. Tak lupa sang supir turun untuk membantu Hiashi untuk menaikkan semua koper ke bagasi. Ketika sudah selesai, Hiashi pun masuk ke dalam mobil di bangku samping supir.

Perjalanan terlihat tentram. Tak jarang mereka berbincang terkait kegiatan apa yang akan mereka lakukan kelak.

"Bagaimana jika kita mandi air panas disana?" Ujar Hikari. "Lokasinya berdekatan dengan hotel yang akan kita singgahi."

"Ide bagus. Kita juga belum pernah ke pemandian air panas di Hokkaido," sambung Hiashi.

Meskipun sang kedua orang tua meninggal di Hokkaido, tapi keluarga Hiashi sudah tidak ada di sana. Alhasil, mereka tidak terlalu sering mengunjungi Hokkaido.

"Aku setuju!" Seru Hanabi.

Hikari yang berada di samping kiri sang anak pun hanya tertawa lembut. Ia lalu memegang tangan Hinata yang berada di sebelah kanan Hanabi. 

"Bagaimana denganmu, sayang? Kau mau?"

"Aku ma-"

Brak!

Percakapan menyenangkan itu terhenti. Tidak ada satu buah kata pun yang terdengar. Semua tertutupi oleh suara tabrakan dahsyat yang berasal dari mobil mereka.

Saking cepatnya peristiwa itu terjadi, teriakan kesakitan bahkan tak ada. Hinata hanya merasakan tubuhnya terbanting cukup keras ke depan menabrak kursi pengemudi. Kepalanya terhantam dengan sangat menyakitkan.

Selanjutnya, yang dapat ia ingat adalah kegelapan yang menyertai.

.
.
.

"Hinata? Hinata? Hinata!

Ino terlihat amat sangat panik. Ia bisa melihat tubuh Hinata yang bergerak tanpa henti, keringat bercucuran, dan juga racauan yang terus memanggil ibu, ayah, dan Hanabi.

Tombol untuk memanggil suster terus ia panggil tanpa henti. Dirinya merutuk rumah sakit yang sedang ia singgahi karena suster terlalu lama datang. 

Namun ia lupa, dalam keadaan panik, semuanya pasti berjalan lambat.

Seorang suster pun masuk ke dalam ruangan. Tanpa diberitahu, ia sudah mengerti apa yang terjadi. 

"Biar saya bantu."

Ini menyingkir dari sana dan membiarkan suster tersebut yang menangani. Sang suster segera menghubungi dokter yang menangani Hinata. Tangannya terus terkepal untuk memanjatkan doa.

Pintu terbuka dengan kasar. Dokter berambut merah jambu segera menyuntikan sesuatu yang Ino sendiri tidak tau apa itu. Tak lama kemudian, tubuh Hinata terkulai lemas.

"Apa yang terjadi, dok?" Tanya Ino.

Sang dokter segera melihat dokumen rekaman medis yang ia bawa. Lalu, mata emeraldnya kembali melihat ke arah pasien yang sedang berbaring.

"Boleh saya tau hubungan anda dengan pasien?"

"Aku adalah rekan kerjanya."

"Perkenalkan saya Dokter Haruno Sakura. Mohon maaf tapi saya harus memvalidasi teori saya terlebih dahulu. Untuk saat ini, saya hanya bisa memberikan obat penenang."

Ladies Companion [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang