Senyumku merekah lebar setelah membaca pesan dari Laut. Iya, Laut. Seseorang yang berhasil merekahkan senyumku setiap harinya. Seseorang yang selalu memberiku energi baru setelah lelah datang melanda, dan seseorang yang hadirnya sangat berarti bagiku.
Namanya Laut Dalam. Sangat unik bukan? Aku tercengang saat Laut menyebutkan nama lengkapnya untuk pertama kali, sebab, ini merupakan kali pertama aku bertemu dengan seseorang yang memiliki nama unik seperti dirinya.
Sejujurnya, tidak hanya Laut yang memiliki nama unik, tetapi aku juga. Namaku Biru Langit. Bukankah Biru dan Laut merupakan kombinasi terindah di alam semesta? Laut tidak akan lepas dari tenangnya sang biru. Begitupula sebaliknya. Dari banyaknya kombinasi keindahan yang dimiliki, Biru memilih Laut. Biru memilih mendekap sang Laut Dalam dengan teduhnya.
[Oke, Mas tunggu kamu.] Aku membalas pesan Laut dengan senyum yang masih terus merekah.
Hari ini, Laut akan datang mengunjungiku. Katanya, ia ingin membawakan makan siang yang sudah dimasaknya sendiri. Ah, membayangkan Laut memasak untukku saja aku sudah sangat senang. Bukannya berlebihan, tetapi aku tahu bagaimana perjuangan Laut, bahkan hanya sekadar untuk memasak saja.
"Semoga rumah dalam keadaan baik-baik saja," gumamku sebelum mengirimkan lokasi rumah sakit tempatku bekerja pada Laut. Aku tidak ingin ia tersesat dan hilang.
Awalnya, aku berniat menjemput Laut, tetapi ia tidak mengizinkanku melakukannya. Ia ingin datang sendiri ke rumah sakit dan aku tidak ingin melarangnya, meskipun hatiku sedikit was-was padanya. Aku berharap Laut sampai dengan selamat.
"Mas Biru!"
Panggilan itu sukses membuatku mencari sumber suara. Aku menghela napas lega setelah melihat Laut datang dengan keadaan sehat dan aman.
"Syukurlah kamu baik-baik saja."
Laut menunjukkan deretan giginya. "Tadi sempat tersesat juga, sih, Mas," katanya tanpa dosa.
Sebelah alisku terangkat. "Tersesat? Bagaimana bisa? Mas sudah mengirimkan lokasi rumah sakit ini ke kamu loh." Aku bertanya heran pada Laut.
"Ya maaf, Mas, aku lupa kalau Mas udah share loc."
"Terus sampai ke sininya gimana?" Aku bertanya memastikan bak seorang reporter yang tengah mewawancarai narasumbernya.
"Tadi gak sengaja buka pesan dari Mas. Udah, deh, aku kasi tunjuk aja sama supir taksinya."
Kembali aku menghela napas lega. Tidak satu hari pun aku berhenti merasa khawatir pada Laut.
"Lebih baik Mas Biru makan aja. Pasti udah laper, kan?"
Aku mengangguk sebelum mengajak Laut ke taman rumah sakit. Perutku sudah keroncongan sejak tadi, tetapi rasa khawatirku pada Laut jauh lebih besar sehingga aku tidak lagi menyadari bahwa cacing-cacing di perutku sudah meminta jatah.
"Maaf, ya, Mas, aku cuma masakin spaghetti untuk kamu," ucap Laut sendu sesaat setelah aku membuka kotak bekal.
"Gak papa, kok. Mas malah seneng kamu masak untuk Mas. Oh, iya, ada kendala selama kamu masak?" tanyaku sembari menyantap spaghetti itu.
Laut buru-buru mengambil ponselnya dari saku. "Gak banyak, sih, Mas. Aku cuma hampir lupa mematikan kompor," jawabnya seadanya.
Jawaban Laut sontak membuatku tersentak. "Bahaya, loh. Memang sebaiknya kamu itu gak usah masak. Ingatlah kalau kamu itu pelupa. Bukan lupa seperti orang-orang lain, tapi kamu kehilangan memori jangka pendekmu, Laut. Kamu dengan mudahnya melupakan apa-apa yang telah terjadi, meskipun kejadian itu baru saja berlalu. Mas khawatir banget loh, sama kamu."
"Aku nyusahin banget, ya, Mas," ucapnya dengan kepala tertunduk.
"Hei, siapa yang bilang begitu? Kamu gak pernah menyusahkan siapa pun, terutama Mas. Kamu gak melupakan Mas Biru aja, Mas udah senang. Mas Biru bersyukur banget malah, karena jika kamu kehilangan memori jangka panjangmu juga, maka Mas benar-benar kehilanganmu sepenuhnya. Jelas Mas gak mau hal itu terjadi."
Laut melukiskan senyum di bibirnya. "Makasih, ya, Mas."
"Jangan mengucapkan terima kasih, Laut. Mas hanya melakukan apa yang seharusnya Mas lakukan," balasku lalu membawa Laut dalam dekapan.
Mas harap, kamu gak akan pernah melupakan Biru Langit, wahai Laut Dalam.
Bersambung...
Terima kasih untuk semua yang telah membaca Sebiru Lautan. Berikan dukungan berupa vote, komen ataupun masukkan ke perpus kalian, ya, supaya gak ketinggalan update-nya 🤭 karena sekecil apa pun dukungan kalian, sangat berarti untukku. Terutama sebagai penyemangat untuk melanjutkan cerita ini 🤗☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebiru Lautan
NouvellesLaut itu tenang, Laut itu candu, dan Laut itu kamu. Kisah kita bermula di sini. Dengan segala ketenangan laut dan indahnya biru yang menghiasi. Entah ke mana kisah kita akan berlabuh, tetapi biru tidak akan pergi jauh. Biru akan selalu berpulang pa...