1. Dia Laut

325 21 6
                                    

Yeayy... Update bab 1.
Happy reading, semua 🤸
Maaf kalau pendek dan gak bagus 🙃😖

***

Pandanganku tidak kunjung lepas dari seseorang yang berada tepat di sebelahku. Seseorang yang hadirnya amat berarti dalam hidupku. Saat ini, ia tengah tertidur lelap. Menyembunyikan netra indahnya yang selalu berbinar kala menatap laut.

Entah karena namanya atau bukan, tetapi ia begitu mencintai laut. Laut dengan segala keindahan dan pesonanya. Sama seperti dirinya yang selalu berhasil menarikku masuk dalam pesona indahnya. Hei, aku tidak melebih-lebihkan. Ia benar-benar telah membuatku jatuh terlalu dalam. Tenggelam dalam lautan cinta kasihnya.

"Hmm." Ia berdehem pelan sembari membuka kedua kelopak mata itu.

"Pagi, Sayang," ucapku dengan senyuman yang merekah lebar.

Sejenak, ia membeku di tempatnya lalu memperhatikan sekeliling dengan tatapan bingung. Tingkahnya itu membuatku gemas dan ingin mencubit pipi gembulnya.

"A-aku di mana?" tanyanya. "K-kamu siapa?" tanyanya sedikit takut sembari memundurkan tubuh ke tepi ranjang.

Pertanyaannya sontak membuat tawaku pecah. "Laut, ini Mas Biru dan kamu ada di kamar kita. Kamu lupa, ya, kalau sekarang udah tinggal bareng Mas?" tanyaku dengan sebelah alis terangkat.

Lagi-lagi lelaki itu terdiam. Namun, beberapa detik setelahnya ia menyembunyikan diri di balik selimut. Kutebak sekarang jika wajahnya memerah.

"Kamu kenapa, hah? Malu sama Mas?" tanyaku sembari memeluknya yang masih bergelung dalam selimut.

"Iya, aku malu sama, Mas. Malu banget malah," jawabnya.

Aku menyibak selimutnya menggunakan sedikit tenaga, sebab Laut juga memberikan perlawanan. Tampaknya ia benar-benar malu sehingga tidak ingin beradu tatap denganku.

"Kamu gak perlu malu sama Mas Biru. Lupa, kan, hal yang lumrah dan ini bukan kali pertama kamu kaya gini. Kamu tinggal dengan Mas juga baru seminggu lebih," ucapku setelah berhasil menyibak selimutnya.

Laut menggelembungkan pipinya. "Tapi, kan, gak seru, Mas."

"Seru? Memangnya kamu mau ngapain?" Aku bertanya bingung. Tidak mengerti dengan maksud kata seru yang diucapkannya.

"Ya, gak ngapa-ngapain. Maksudnya, tuh, mau sampai kapan aku lupa terus kaya gini. Tapi aku juga gak bisa melakukan apa-apa."

"Gak papa lupa, yang terpenting, kan, kamu gak pernah lupa sama Mas." Aku mengusak gemas rambutnya yang terlihat semakin berantakan.

"Mas Biru, ihh! Rambutku jadi tambah berantakan," katanya memprotes tindakanku.

"Ya udah, sini, Mas rapikan," kataku lagi lalu merapikan rambutnya yang berantakan, tanpa melunturkan senyum. "Mau lebih rapi lagi? Ayo mandi. Mas bantuin kamu mandi, deh."

Ucapanku seketika membuatnya melemparkan bantal ke wajahku. "Cari kesempatan banget. Mending Mas aja yang mandi. Mas harus kerja, kan?"

Aku menggeleng. "Enggak, hari ini aku gak ada jadwal kerja. Mau jalan-jalan?"

"Enggak, ah. Aku mau tidur aja. Masih ngantuk," ucapnya lalu kembali merebahkan diri.

Dengan cepat kutarik tangannya. "Jangan tidur. Nanti bangun-bangun kamu lupa lagi."

"Terus aku harus ngapain, Mas? Aku lagi mager banget."

"Kayanya tiap hari kamu, tuh, mager terus, deh. Kapan gak magernya coba."

"Ihh, Mas. Tega banget ngomong kaya gitu."

Aku kembali mengusak rambut Laut saat ia memasang wajah cemberut. "Gemes banget Lautnya Mas. Sebenarnya ada, sih, hal yang bisa kamu lakuin meskipun mager."

Ucapanku menarik perhatian Laut. "Apa, Mas?"

"Cium aku."

"Hah?"

"Biasanya kamu ngasi aku morning kiss, loh."

"Masa? Yang bener, Mas?"

Laut memasang wajah tidak percaya.

"Iya, bener. Masa, iya, Mas bohong sama kamu," balasku.

Sejenak, Laut terdiam di tempatnya. "Setelah dipikir-pikir, kenapa aku harus cium Mas Biru?"

Aku mengembuskan napas panjang.
"Kita sekarang pacaran, Laut. Kamu lupa lagi, ya?" tanyaku memastikan. "Ya udah, deh, kalau kamu gak mau cium Mas, biarin Mas aja, deh, yang cium kamu. Kamu juga mager, kan? Yaudah, Mas akan buat kamu tiduran sepanjang hari di ranjang," jelasku lalu mendorongnya kembali ke posisi tiduran.

"Eh, eh, Mas. Jangan bercanda!"

"Mas gak bercanda, Sayang," ucapku lagi sembari mengusap lembut pipinya.

Bersambung...

Ini kenapa Laut lupaan mulu, dah. Kan, jadi greget 🤧😋

Sebiru LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang