Aku sangat putus asa, sebab, tidak kuketahui di mana keberadaan Laut. Meskipun begitu, aku tidak pernah menyerah dan memutuskan untuk tetap mencarinya. Aku yakin, akan datang satu hari di mana aku dapat bertemu dengannya kembali.
Ya, hari itu akhirnya datang. Aku yang benar-benar putus asa dan berkeinginan untuk menyerah memilih berkunjung ke laut. Menikmati keindahan laut dengan langit biru yang menghiasi dan debur ombak yang mengempas daratan.
Netraku membola kala melihat seseorang berjalan semakin jauh ke laut. Kugerakkan kakiku cepat dan kuhampiri dia. Air mataku seketika luruh dan detik itu juga kudekap dia dengan erat. Dia yang selama ini kucari dan kurindukan setiap harinya. Aku memeluknya sangat erat seakan tidak ingin melepaskannya ke mana pun.
"Akhirnya Mas menemukanmu, Laut."
Jika dapat dikatakan, tidak hanya hidupku saja yang berat, tetapi Laut juga. Tidak lama setelah aku diadopsi, Laut juga diadopsi. Laut juga merasakan kehilangan yang sama sepertiku, yaitu kehilangan orang tua. Namun, kehilangan yang dirasakan Laut jauh lebih menyakitkan, karena Laut kehilangan kedua orang tua yang sangat disayanginya.
"Aku putus asa banget, Mas. Kehilangan abah dan ambu membuat semangat hidupku juga hilang. Akhirnya, aku memutuskan untuk menyusul mereka dengan cara menenggelamkan diri ke laut. Tapi sepertinya Tuhan masih memberiku kesempatan untuk hidup. Bertemu lagi dengan Mas Biru membuatku sangat senang, karena aku pernah berpikir gak akan bertemu dengan Mas lagi."
Aku mengelus kepala belakang Laut. "Mas juga udah cari kamu ke mana-mana dan hari ini, Mas sangat putus saja, tapi rasa putus asa itu malah yang membuat Mas bertemu lagi denganmu. Mas gak pernah mengharapkan pertemuan seperti ini, tapi Mas tetap bersyukur karena Mas berhasil membuatmu mengurungkan niat untuk mengakhiri hidup. Masih ada banyak hal yang bisa kamu lakukan, Laut, meskipun tanpa hadirnya orang tua di sisimu."
"Tapi rasanya berat banget, Mas. Aku takut gak akan kuat," ucap Laut sendu.
"Kamu itu kuat. Bukannya selama ini kamu juga udah bertahan di panti? Kamu bisa melewati semuanya dan Mas Biru yakin itu."
"Aku bisa melewati semuanya, ya, karena Mas. Kalau gak ada Mas, aku gak yakin bisa bertahan sampai sejauh ini. Aku bahkan hampir menyerah, kan? Kalau aku gak ketemu Mas hari ini, aku pasti udah mati tenggelam."
Penjelasan Laut seketika membuatku menggeleng. "Enggak, belum tentu. Kalau pun hari ini Mas gak ke sini, kamu tetap akan selamat. Akan ada orang-orang yang datang menyelematkanmu. Maafkan Mas, ya, karena gak bisa datang mengunjungimu ke panti."
"Aku ngerti kok, Mas."
"Ya sudah, sekarang kamu ikut Mas Biru, ya. Kamu ikut Mas pulang ke rumah dan tinggal bareng Mas."
Laut mengerutkan kening. "Enggak, Mas. Aku masih punya tempat tinggal. Aku gak mau merepotkan Mas Biru."
"Tapi Mas pengen tinggal bareng kamu, seperti dulu di panti. Mas tinggal sendiri dan rumah juga sering kosong karena Mas lebih sering berada di rumah sakit. "
"Rumah sakit?"
"Iya, Mas, kan, dokter."
"Wah, Mas Biru keren banget."
"Kamu yang keren," balasku singkat. "Jadi gimana? Kamu terima tawaran Mas, kan? Atau kamu butuh waktu untuk memikirkannya? Mas akan antar kamu pulang dulu jika begitu."
Laut bergeming di tempatnya.
"Kenapa, Laut? Ada tempat yang ingin kamu kunjungi?"
"Bukan itu, Mas, aku udah lama gak pulang ke rumah. Aku ingat punya rumah, tapi gak ingat jalan pulang."
Jawaban Laut sontak membuatku menaikkan alis. "Gak ingat gimana, Laut?"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebiru Lautan
Short StoryLaut itu tenang, Laut itu candu, dan Laut itu kamu. Kisah kita bermula di sini. Dengan segala ketenangan laut dan indahnya biru yang menghiasi. Entah ke mana kisah kita akan berlabuh, tetapi biru tidak akan pergi jauh. Biru akan selalu berpulang pa...