Nggak bosen ngingetin hehe...
Tolong vote dan komennya kakak-kakak cantik or tamvan!Follow juga dong
Ig: @alyaay__***
8. Rencana Halus
Helaan napas sejak tadi terus terdengar. Hanya ada keheningan di ruangan dominan warna biru laut tersebut. Sejak tadi penghuni nya hanya diam tak bersuara, bahkan nyaris suara napasnya tak terdengar. Menatap lurus kedepan dalam keheningan di kamar miliknya.
"Satu suap aja yah? Kamu dari pagi belum makan, hm?" tutur seseorang yang duduk dihadapan nya. Tangan cowok itu tak henti-hentinya mengusap serta menggenggam tangan halus Pelangi.
Setelah kejadian kemarin yang menyebabkan gadis itu menjadi seperti ini sekarang. Pelangi langsung dibawa pulang dengan keadaan pingsan setelah menjawab pertanyaan dari Bumi. Leher putihnya sudah dipenuhi oleh bercak merah berbentuk cap jari 10. Dengan kantong mata hitam dan juga bengkak, akibat menangis kemarin.
"Ini emang bahaya," gumam Langit matanya menyorot sendu pada gadis yang sekarang tengah bersandar pada kepala ranjang.
"Apa kita manggil dukun aja, supaya wanita Belanda itu pergi dari sekolah," celetuk Bumi yang langsung mendapat tabokan keras pada lengannya. Si pelaku itu berdecak— Api ingin sekali rasanya menendang Bumi dari sini.
Tak beda jauh dengan Langit, cowok dengan rambut curtain cut itu melayangkan tatapan tajamnya nyatis menusuk ke ulung hati.
"Hehe,, piss!!" cicit cowok itu mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Pelangi udah bilang, kalau mereka yang terjebak jiwa nya disana. Nggak bisa keluar gitu aja, gimana mau pergi? Keluar dari sekolah aja nggak bisa." Langit menghembus napasnya. Cowok itu terdiam sesekali melirik kearah Pelangi yang masih setia pada posisi nya.
"Lo bisa bikin Pelangi balik lagi kayak biasa?" bisik Langit mencondongkan tubuhnya pada Air yang duduk dihadapan Pelangi.
Cowok itu mengernyitkan alisnya. Menatap dengan tatapan tanya pada Langit.
"Gue sama yang lain, bakal ketemu sama Eca dan Tasya. Kita bakal tanyain kronologi kejadian itu menurut pandangan mereka."
"Lang, tapi apa kita perlu jelasin soal Bianca?" sahut Api yang ikut duduk disebelah Air yang kini masih bergeming ditempatnya.
"Jangan dulu," kata Air mengeluarkan suara nya.
"Kenapa?"
"Kita tunggu Pelangi, tanya dulu sama dia," ucap cowok dengan potongan rambut comma hair nya. Iris legamnya menyorot pada Pelangi.
"Oke, kita bakal tanyain soal rumor Bianca itu." Langit mengangguk setuju, setelah nya cowok itu berpamitan untuk keluar. Diikuti oleh Bumi dan juga Api yang kini sudah menarik jaket mereka. Berjalan keluar dari kamar Pelangi.
Ducati merah itu berhenti. Membuat si pengendara lantas melepas helm yang melekat pada kepalanya. Langit menatap lurus pada bangunan yang kini telah ia tapaki.
"Bener kan janjian nya disini?" tukas seseorang dengan kamera dilehernya. Cowok itu mendekat kearah Langit, disusul seseorang dibelakang nya.
"Iya bener," jawab Langit mengangguk. Cowok itu kemudian turun dari motor merahnya.
"Lo bisa nggak taro dulu kameranya," ujar Bumi menatap kesal pada cowok yang berada disampingnya. Karena sejak tadi Api terus saja menggantung benda itu pada lehernya. Untungnya cowok itu tidak memakai nya saat berkendara, awalnya sih pake— cuma waktu itu kena tegur Air. Tau sendiri kan gimana tatapan Air? Tajam banget.
"Nggak bisa, ini tuh udah kayak pacar gue," sahut Api dengan wajah tengilnya. Cowok itu tanpa beban mengecup sisi kamera yang ia acungkan dihadapan Bumi. Membuat lawan bicaranya itu hampir saja memuntahkan isi perutnya.
Jijik!!
"Freak banget lo!!" desis Bumi menjauhkan dirinya. Bisa-bisa nanti cowok itu terkena virus Api lagi. Padahal orang-orang mengira jika Bumi cowok paling absurd, banyak tingkah dan receh. Tetapi ternyata ada yang lebih darinya.
"Jomblo mah suka iri," tukas Api yang kini berjalan memasuki bangunan didepannya.
"Dari pada lo, pacaran kok sama benda mati?!" sungut Bumi dengan suara tinggi nya. Hingga mendapat tatapan aneh dari orang disekitarnya.
"Malu banget gue jadi temennya," gumam Langit menghela napasnya jengah. Sejenak Langit memejamkan matanya, menahan sesuatu yang sejak tadi ia pendam. Untung saja bogeman nya tak melayang tadi.
Memasuki bangunan itu kalian akan disambut dengan ramainya pengunjung. Perpaduan warna abu-abu dan putih menambah kesan kalem dan lembut. Di suguhi pemandangan lampu kelap-kelip dan juga tanaman kecil disetiap meja.
Terlihat dua sosok gadis yang kini tengah duduk santai di bangku paling kiri— deretan ke 3 dari depan. Menyambut kedatangan mereka di Kafe Griya.
"Sorry nunggu lama," tutur Langit mengambil duduk tepat di depan keduanya. Disusul oleh Api dan Bumi yang mengapit cowok itu, tepatnya disebelah dengan dua gadis cantik.
"It doesn't matter," respons salah satu gadis disana.
[Tidak masalah.]
"Tenang aja kita bakal jelasin kok, kita berdua nggak akan nyembunyiin sesuatu. Karena udah terbukti juga di cctv, dan kita juga udah di interogasi sama polisi," ujar Tasya setelah menaruh jus yang berada ditangannya.
"Kita nggak curiga sama kalian kok. Gue cuma pengen tau sebelum kejadian itu, Bianca ngelakuin apa?" tanya Langit setelah melempar senyuman nya.
"Nih kita nggak minum dulu apa?" celetuk Bumi membuat Langit berdesis kesal. Cowok itu kenapa harus mengganggu, padahal kan Langit sedang mencari informasi. Salahkan juga diirinya, yang tak memberi asupan pada mulut cowok beriris Silverqueen itu.
"Lo pesen, tapi langsung ke kasir. Jangan ganggu kita," lontar cowok itu sembari melayangkan tatapan tajamnya. Tangannya bergerak mengisyaratkan agar Bumi segera pergi.
"Iya-iya bos, santai aja dong! Mata lo kayak mau lompat gitu," cibir Bumi dengan menepuk bahu Langit sekilas. Sebelum kemudian cowok itu memakai jurus seribu bayangan menghilang dari hadapan nya. Bumi tak mau membuat singa yang sudah mengamuk— melemparkan kursi pada cowok itu.
"Sorry lagi, itu bukan temen gue. Malu banget," cicit Langit di dua kata terakhir nya. Cowok itu menghembuskan napasnya perlahan.
"Jadi, bisa kita mulai?!"
***
See you next part...
13, September 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA BATAVIA✓
Horror#SERIES SEKOLAH MISTERI 2 SMA BATAVIA bukan sekolah favorit seperti kebanyakan sekolah yang berada di pusat kota. Tapi sekolah itu terkenal dengan "Sekolah Angker" masyarakat sekitar yang memberi julukan tersebut. Walaupun begitu sekolah ini tentu m...