Enam Belas

465 77 3
                                    

16. Menjalankan Misi Kembali




Sudah hampir mencapai tiga hari dengan hari sekarang— Senin.

Upacara kemerdekaan berjalan dengan khidmat. Proses dari awal sampai akhir, semuanya telah berlalu dengan baik. Hingga kini selalu peserta dan petugas upacara dibubarkan.

Dalam amanat tadi yang disampaikan langsung oleh kepala sekolah, mengenai rumor Batavia yang belum surut. Bu Susanti menghimbau pada seluruh murid agar tetap tenang, tidak perlu rusuh dan panik dalam menghadapi situasi ini.
Beliau juga bilang, bahwa kasus tentang Bianca sudah di usut oleh pihak berwajib, walaupun seperti nya soal detektif tidak bisa di beberkan. Itu akan menjadi rahasia kelima anak remaja dengan nama unik yang mencakup isi dunia.

Soal anak unsur, tentu saja mereka tak memberitahu sampai sana. Langit waktu itu hanya biang, jika mereka memang ingin sekali mengusut dan menyelesaikan problem sekolah nya agar kembali tentram.

Pemuda beriris silver gelap itu mengembuskan napas. Setelah beberapa menit berdiri dibawah terik matahari, akhirnya upacara selesai. Api menarik topi yang lekat pada kepalanya, menutupi bagian atas kepala hingga jidat, menghalangi teriknya sinar matahari.

"Panasnya bener-bener membakar kulit mulus gue," keluh seseorang dibelakang nya seraya berdecak kesal.

"Pi, apa lo nggak kepanasan? Eh, lo kan Api, masa nggak kuat sama panas." Sekarang orang itu sudah berada disebelahnya, berceloteh dengan asal. Hingga sebuah tabokan kencang mendapat pipi kirinya.

"Bacot, lo!"

Bumi yang mendapat umpatan barusan hanya melongo. Menatap Api yang sudah lebih dulu melenggang setelah mendaratkan tabokan cinta pada pipinya.

"Bukan temen gue."

***

"Jika kalian warga negara yang sudah berpenghasilan dan sudah memenuhi syarat, maka harus membayar pajak.
Pajak adalah iuran atau kontribusi dari masyarakat kepada negara yang diatur oleh undang-undang."

"Kenapa kita harus bayar pajak Bu, lagian uangnya aja nggak kita makan?" Sebuah pertanyaan dari salah satu siswi dikelas.

"Bener juga yah," gumam Bumi menaruh jari nya dibawah dagu, kelihatan kayak orang pinter lagi mikir.

"Eh, jangan salah. Pajak yang kalian bayar, itu digunakan untuk memberi pada masyarakat. Jadi akan balik pada diri kita sendiri. Kita akan mendapatkan berupa perlindungan dari pihak keamanan, pembangunan jalan dan fasilitas lainnya," jelas guru wanita didepan sana. Bu Dahlia— guru Ekonomi kelas 11.

"Kalian mengerti?"

"Mengerti, Bu!" jawab serempak siswa-siswi 11 IPS 2.

Ekonomi menjadi mata pelajaran terakhir sebelum istirahat pertama. Sampai beberapa menit berjalan, bel berbunyi. Menandakan sesi belajar untuk rehat sejenak.

"Kelas ibu hari ini sudah selesai, sampai bertemu di pelajaran selanjutnya. Jangan lupa semangat, anak-anak!!" Bu Dahlia membereskan barang-barang, kemudian segera berjalan keluar kelas.

Sekarang murid-murid sudah berhamburan keluar, tentu saja tujuan utama mereka adalah kantin.

Berbicara soal kantin, rasanya lama sekali tidak mengunjungi tempat itu. Karena beberapa hari kemarin mereka selalu mengurusi kasus di sekolah, hingga Bumi lupa dengan aroma khas makanan kantin yang selalu membuat nya tergoda— perut keroncongan.

SMA BATAVIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang