Happy Reading
Typo bertebaranPrang..... Prang
Suara itu membuat ku terbangun dari tidur nyenyak ku, kulihat ke samping tempat tidur ku ternyata sudah menunjukkan pukul 19.35 wib yang itu artinya aku telah melewatkan waktu sholat ku,tanpa berlama lama aku langsung saja mandi ke kamar mandi di belakang rumah ku dan setelahnya aku sholat isya dilanjutkan dengan belajar dan mengulang kembali pelajaran selama semester ini. Tidak terasa sudah waktunya aku tidur, dan aku segera beranjak dari meja belajar untuk segera menjemput mimpi di tidur ku.
Waktu terus berjalan tentunya dengan sifat ayahku yang semakin menjadi jadi, jangan tanya teman,sebenarnya aku punya teman bahkan banyak namun aku pun tidak tau entah mengapa siapa pun yang akan menjadi teman ku selalu di tentang keras ayahku sehingga lama semakin lama orang orang sepantaran ku pun mulai takut dan juga menjauh dari aku, aku bahkan tidak memiliki seseorang walaupun sekedar hanya untuk teman tertawa.Sedih tentu iya namun,apalah daya mana mungkin aku berani menyalahkan ayahku atas kejadian ini walaupun sebenarnya memang ini tidak jauh karena nya.
Belum sampai di situ saja,ayahku juga orang yang tetap pendirian ya seperti sifat sifat nya yang memuakkan ku, bahkan karena sifatnya aku dan Alea tidak begitu akur sebagai saudari sedarah ya begitulah membandingkan dan menyalahkan.
Aku rasa anak manapun pasti tidak ada yang mau di bandingkan, aku tidak meminta balasan hanya sekedar apresiasi namun harapan hanya akan sirna di telan oleh kenyataan, ketika aku berhasil aku tak pernah di apresiasi sama sekali olehnya, namun ketika aku gagal bahkan barang sedikit pun maka aku akan menjadi buah bibir pedasnya.1 tahun kemudian......
Aku yang memang sudah muak dengan drama yang terjadi di lingkup keluarga kami memutuskan ingin bersekolah di pesantren. Namun dengan tegas ayahku menentang semua itu dengan alasan bahwa ayahku mulai bangkrut karena kebodohan nya setelah beliau terjun ke dunia perjudian. Mungkin karena usia ku yang sudah mulai beranjak remaja akupun mulai memberontak di hati dan dengan berani aku melawan
'Bagaimana pun aku ingin pesantren
Setuju atau tidaknya itu bukan urusan ayah, ujarku.Pantaskah mulutmu mengeluarkan kata kata tak berguna seperti itu? Dasar kau memang bukan anak yang baik, kau anak pembangkang, tapi itu terserah mu jika kau tetap kekeuh ingin pesantren kau biaya sendiri dan jangan pernah kau libatkan aku ~begitu katanya
Aku terdiam seraya berpikir keras
Bagaimana mungkin aku bisa mencari biaya untuk sekolah pesantren.
sementara seperti yang aku tau dan pastinya kalian tau bahwa untuk biaya pesantren bukan lah biaya yang murah.Akhrinya lagi dan lagi aku mengalah, kalau di hitung dan di jelaskan secara detail mungkin tak akan ada habisnya sudah berapa kali aku harus mengalah, baik tentang hubungan persaudaraan, larangan berteman lalu sekarang larangan pesantren. Muak aku muak namun apalah daya aku hanya bisa mengikuti alur yang di buat oleh ayahku sendiri walaupun alurnya menyiksaku.
Setelah perdebatan panjang dan liburan juga sudah mulai berakhir aku sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi lingkungan baru di sekolah menengah pertama, mencari teman dan meningkatkan prestasi. Ah tapi aku melupakan satu hal dimana aku selalu di larang berteman dengan siapapun, mengingat hal ini aku tentunya merasa amat tertekan, takut, cemas, panik menghadapi hal hal baru esok hari.
Tak terasa Hari yang ditunggu tunggu banyak siswa-siswi baru telah tiba, ya hari ini kami mulai masuk dan tentunya dengan MPLS.
Setelah selesai upacara pembukaan MPLS kami berbaris di lapangan basket untuk menunggu pengumuman kelas mana yang akan kami duduki. Dan entah aku merasa aku harus bahagia atau sedih akupun bingung karena posisi nya saat itu aku di kelas VII³ dan apakah kalian tau dikelas itu smaa sekali tidak ada satupun yang aku kenal. Semua penghuni kelas itu dari SD yang berbeda dengan ku dulu. Aku mulai panik, takut kalau aku akan tersaingi, namun bukan di situ pokoknya, aku takut aku menjadi sasaran mulut pedas ayahku ketika pembagian raport nanti.
Tiba-tiba
~hai aku Rasipa, kamu bisa panggil aku rara, kita teman sekarang ujarnya sambil tersenyum.Aku kaget dan melotot karena aku tidak pernah sekali pun berpikir aku akan memiliki teman.
Hm...
Aku Faira iya aku Faira dan saking bahagia nya aku memeluk nya sambil menahan tangis ku, iya kita teman kita teman, teman selamanya bukan?Dan dia membalas pelukan ku keliatannya dia bingung dengan reaksi ku tapi tetap dia membalas,
iyaa kita teman selalu teman sampai kapanpun.
Aku teramat senang karena akhirnya aku akan seperti orang orang yang memiliki tempat berpulang katanya, dan apa kalian tau aku menyembunyikan nya iya menyembunyikan rara dari ayahku agar aku tidak di larang lagi olehnya.Setelah perkenalkan kami yang cukup merubah suasana hati ku kami pun menjadi akrab bisa di bilang mungkin kami sahabat bahkan seperti saudara namun, aku melupakan satu hal, aku harus mempertahankan prestasi ku tapi rara dia juga saingan berat ku, tapi karena aku yang terlanjur takut kehilangan seorang sosok sahabat aku mengalah di prestasi ku, rara dia selalu menang di perlombaan maupun di Olimpiade namun aku bertekad harus aku yang juara dikelas kali ini, dan ya saat tiba pembagian raport aku berhasil, aku mampu, aku sanggup menduduki juara umum setingkat kelas VII, VIII, IX, aku bahagia dan iya rara sangat antusias mengucapkan selamat kepada ku.
Aku tidak sabar untuk pulang kerumah dan memberitahu kan kepada ayahku bahwa aku mampu, aku bisa.
Waktu pulang sekolah yang aku tunggu tunggu tiba, aku berlari sekencang mungkin dan ya ayahku, aku melihat ayahku baru saja masuk rumah tapi ini aneh, kenapa wajah ayahku datar tanpa ekspresi, lesu dan tidak bersemangat, ini ada apa aku bertanya tanya. Namun, ku tepis itu aku berlari kearah ayah ku dan bertanyaAku berhasil yah, aku juara umum dan ini hadiah untuk ayah dan mama, oh iya mama,Alea dan Arka dimana ayah?, ujarku bertubi-tubi.
~tidak perlu bangga, masih banyak orang lain yang lebih baik lebih berprestasi dan lebih hebat daripada kau, oh iya dan jangan sesekali kau menanyakan perihal mama dan adik adikmu karena untuk sekarang kami tidak baik baik saja, adik adikmu ikut mama mu dan kau tinggal bersama ku.
Rasanya aku tidak akan sanggup merawat mu, lebih baik aku selalu hidup dengan perjudian daripada harus hidup serumah bersama anak sial sepertimu,
Ucap ayahku.Degg... Degg
Jantungku berdetak kencang, maksudnya apa, berpisah?
aku anak sial,?
aku bahkan belum menunjukkan keberhasilan ini kepada mamaku tapi ini apa,, aku hanya bisa menangis. Berhari hari aku menangis menunggu ayahku pulang namun setelah penantian ku 4 hari ayahku pulang dan buru buru menghampiri kuCEPAT KAU BERESKAN SEGALA PERLENGKAPAN MU, MALAM INI KAU AKAN KU ANTAR PESANTREN!!, bentak nya padaku.
hah apalagi ini, bukan nya dia menanyakan apa kabar ku, dan fakta apa lagi ini, aku harus pesantren dan meningggalkan rara, tolong memang dulu keinginan ku pesantren namun sekarang tidak apa apa aku berpisah dengan mama ku tapi aku masih punya rara dan ayah, namun lagi lagi fakta itu membuat ku sakit, malam itu siap tidak siap aku ikut dengan ayahku, tanpa berpamitan kepada rara. Entahlah apa yang dipikiran rara esok hari saat tidak melihat ku di sekolah. Namun di hati kecilku, aku menyanyangi dan mencintai rara sebagai sahabat terbaik ku.
Aku minta maaf ra padamu, tunggu aku suatu saat nanti aku pasti akan kembali kesana dan kita akan mengukir kisah indah lagi, ujarku dalam hati.
Haloo
Maaf cerita aku ga jelas dan nantikan part selanjutnya karena dimulai dari pesantren ini hidupku berubah total menjadi orang yang anti sosial.Semoga kalian suka
Jangan lupa voteTbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
RandomTentang semua suara yang membisik baik keluarga,percintaan,pertemanan,pendidikan bahkan hati sendiri. Kadangkala hati, dan bisikannya yang munafik, jangan salahkan dirimu ketika kau jatuh saat kau akan menggapai tujuan mu. Banggalah kepada setiap pr...