part 1

4 0 0
                                    

Halo..
kembali lagi di cerita ku
happy reading

Bangun nak, ini sudah jam 05.00 wib waktunya kita sholat subuh.
Nak, bangun.
Nanti ayah mu marah jika terlambat barang sedetik pun.
Adik adikmu sudah bangun, jadi cepatlah nak.ya itu suara mama ku, dan aku langsung beranjak dari tidurku.

Hm baik ma, aku akan berwudhu ma.

Setelah selesai sholat kami sekeluarga pun sarapan, tidak mewah hanya dengan nasi goreng udang buatan mama.

Kenzo, dia ayahku. Ayah yang selalu menjadi panutanku, pelindung ku, pendengar ku, juga sumber kehidupan ku tapi, siapa sangka beliau juga lah orang yang pertama menoreh luka dihati mungil ini. Beliau seorang ayah yang ambisius, tegas, keras, bahkan mungkin terkesan kejam dan tentunya kami tidak akan berani menentang perkataan nya.

Julia, ini mamaku, pintu surga ku.Beliau Seorang yang lemah lembut, penuh kasih sayang,dan tidak pernah marah. Beliau bak malaikat tak bersayap yang selalu ada disisi anak anaknya sebagai tameng terdepan.
Beliau tumpah kasih ku, penyemangat ku juga alasan ku tetap tekun belajar agar aku menjadi orang kelak saat dewasa nanti.

Aku anak pertama dari 3 bersaudara, tapi tidak ada yang tau akankah ada lagi bungsu lain yang akan lahir. Ntahlah semua hanya sang Pencipta yang tau.

Alea Azura adikku, sekarang sedang menduduki kelas 1 Sekolah Dasar di tempat aku menimba ilmu, ya aku sekarang kelas 3
Namun siapa sangka adikku ini lah yang akan menjadi saingan berat ku di sekolah ini. Alea ini seorang yang amat cerdas di per angka-angka an,orang yang ulet, serta penuh keceriaan.

Arka Adrian adik bungsu ku,adik yang belum aku fahami sifatnya tapi tidak bohong aku bahagia mendapatkan adik laki-laki ini,sekarang diusianya yang 2 tahun tentunya juga dengan aktivitas yang lagi aktif aktif nya, entah itu belajar berbicara ataupun hal lainnya.

Ayahku bekerja sebagai seorang wirausaha getah dan sawit,keluarga kami termasuk keluarga berada atau berpunya di kota itu, sementara ibuku bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Masa masa Sekolah Dasar ini aku merasa sangat beruntung memiliki orang tua yang sangat di impikan oleh orang lain. Namun benar pepatah konon yang manis akan pahit, yang indah akan luka.

Ya, awalnya semua berjalan lancar walaupun aku bukan anak yang terlalu menakjubkan di akademik, namun kisah luka ini berawal dari aku duduk di kelas 4 SD, dan adikku duduk di kelas 2.
Aku sangat terdepan di bagian bahasa, bisa bertutur kata, bisa memotivasi temanku, intinya aku sangat unggul di bidang bahasa. Sementara adikku kebalikan dari ku, tidak pandai sama sekali bertutur kata kepada orang lain namun Alea unggul di bidang per angka-angka an. Sudah ku duga ketika ayah akan memasukkan Alea ke sekolah yang sama dengan ku akan menjadi saingan berat atau mungkin bisa jadi musuh ku.

Singkat cerita, aku biasanya juara 2 dikelas ku, namun sejauh ini orang tua ku selalu bangga dan apresiasi keberhasilan itu. Namun pada saat pembagian raport kelas 4 aku turun di juara 3,dan adikku sudah 2 tahun berturut-turut selalu juara 1 di kelasnya, tentunya ini menjadi ancaman besar buatku mengingat keambisan ayahku.

Dan benar, disitu ayahku mulai membandingkan antara aku dan Alea
Alea yg inilah yang itulah dan aku hanya bertahan di kebodohan, kedunguan dan semacamnya, padahal jika di pikir pikir juara 3 itu bukan aib. Namun, mungkin karena aku masih SD aku belum terlalu ambil hati apapun perkataan ayahku.
Tidak terasa aku kelas 5 dan Alea kelas 3,aku bertekad akan lebih semangat mengejar juara 1 bahkan juara umum terbaik mungkin seperti impian ayahku, disini jiwa saing ku mulai membuncah agar ayahku tidak mengatai aku kedepannya. Dan iya berhasil namun gagal, ah maksudku ya mengingat sifat ayahku ternyata dia belum puas dengan pencapaian ku. Aku berhasil juara umum terbaik 2 dan dugaan ku sangat benar Alea yang notabennya masih kelas 3 berhasil menduduki juara umum terbaik, seketika aku takut, cemas, panik untuk pulang ke rumah karena ayahku akan mengatai aku kembali seperti tahun sebelumnya.Namun, dengan kepolosannya Alea mengajak ku pulang, lambat namun tetap kami pulang sembari aku melamun di sepanjang jalan pulang kerumah. Ah iya sebenarnya aku belum terlalu mengerti tentang apa yang diamarahkan ayahku aku hanya memikirkan bagaimana jika aku nanti di katai lagi, jujur saja ketika ayah berbicara dengan nada tidak santai membuat ku sedikit mengerti kalau beliau tidak puas dengan pencapaian ku saat ini.

Aku semakin panik kala menyadari kami berdua telah sampai di depan rumah, aku spontan menangis akan menghadapi omongan omongan ayahku. Namun dengan keberanian ku langkahkan kaki ku masuk ke rumah ku dengan sopan aku memberikan raport ku kepada ayahku begitu juga Alea dengan riang penuh tawa memperlihatkan hasil yang dia raih kepada ayah dan mama. Ayah tersenyum ketika melihat report ku namun aku tau itu bukan senyum yang biasa, kulihat mama ku mengelus punggung ayahku mungkin mengisyaratkan untuk tidak emosi, tapi ayahku tetap lah dia dengan segala prinsip nya. Aku benar dia menyeret ku ke dapur dan mengatai aku disana;

Dasar payah, kau bahkan tidak malu ketika capaian mu di bawah adikmu, seharusnya sebagai seorang yang sudah lebih tinggi kelasmu, begitu juga usia mu kau harusnya selangkah lebih maju, selangkah lebih depan dari pada adikmu dan masih banyak lagi kata kata yang dilontarkan beliau yang tentunya sangat menyakiti hati, hei di usiaku yang 11 tahun ini aku sudah mulai merasakan arti daripada sakit hati itu sendiri, aku hanya diam dan menangis.
Ketika ayah puas mengatai dan membandingkan aku beliau pergi ntah kemana pun aku tidak tau.
Mamaku datang sebagai penenang hati ku yang amat bersedih.

Hiburan dan kata kata mama ku menang obat terbaik hingga aku tertidur.
Namun aku tau hidupku tidak akan aman di mulai hari ini.

AYO IKUTI TERUS AKU, SEGITU DULU
JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMEN
TYPO BERTEBARAN 🙏🙌.

Tbc..

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang