part 5

3 0 0
                                    

Hai...
Ketemu lagi dicerita aku
Semoga hari mu indah ya..

Happy Reading

Tak terasa kami pun sudah sampai di halaman asrama,aku turun dari mobil sementara paman langsung berputar arah kearah jalan pulang.

Aku terdiam sesaat sambil memandang gedung tinggi didepan ku saat ini

Bahkan dihari besar begini pun aku sendiri,lirih ku.

Perlahan aku berjalan, menapaki tangga demi tangga menuju kamarku,kubuka pintu kamar ku dan tentu saja hampa, sepi, sunyi,dan tenang. Ah, mungkin ini suasana yang aku butuhkan sebagai pendewasaan diri.

Aku terlelap mengistirahatkan tubuhku berharap ketika bangun nanti akan ada kabar bahagia.

Faira... Faira...
Buka pintunya nak...

Aku perlahan membuka mataku ketika mendengar suara panggilan itu, sejenak aku berfikir adakah orang disini selain aku? tanyaku dalam hati..

Nak... Ini ustadzah Habibah
Ustadzah tidak pulang karena ustadzah diamanahkan menemani mu nak..
Ayo buka pintunya, bagilah tangismu pada ustadzah nak,ujarnya yang ternyata itu ustadzah Habibah.

Aku segera bangun dan membuka pintu, menubruk dadanya, masuk kedalam pelukannya dan menangis tanpa suara, ini sakit terlalu sakit, tidak bisa aku utarakan seberapa sakitnya aku menjalani kehidupan ku setahun ini, rasanya seperti tidak berpijak saja.

Menangislah nak, keluarkan kesedihan mu, jadikan ustadzah tempat mu pulang, habiskan tangismu dipelukan ustadzah nak,nanti setelah merasa lega kita pergi ke danau didekat sini, tenangnya padaku.

hiks...hiks...
Ini terlalu sakit ustadzah,tanpa kabar orang tua,tanpa perhatian keluarga,bahkan saat aku pulang kerumah nenek pun rasanya aku hanya sebagai pajangan, ada namun tak dianggap.
Aku tidak tau sampai mana aku bertahan
Aku tidak meminta lebih ustadzah, hanya sekedar kabar saja apakah tidak ada secuil rasa rindu mereka padaku ku ustadzah, rasanya aku ingin menyerah ustadzah, aku tidak kuat hiks....hikss....tangisku pilu di pelukannya.

Nak,lelah boleh tapi jangan menyerah ya nak,ayo bertahan lagi, kuat lagi, demi hasil dari penantian mu setahun ini, siapa tau ada kabar gembira dari keluarga kedepannya.
Bangkit lagi nak, kamu percaya kan setelah hujan ada pelangi hm? Tanyanya lembut padaku.

Entahlah ustadzah, entah pelangi apa yang harus aku tunggu, sampai kapan hujan ini akan turun, kapan pelangi itu muncul,aku rindu ustadzah, hanya sekedar kabar pun tidak kudapatkan, hati ini rasanya kosong ustadzah, jawabku menunduk.

Nak, sedih itu wajar, lelah itu manusiawi,mari sholat bersama, kita langitkan do'a do'a baik, semoga akan ada kabar baik pula.
Nak hiduplah lebih lama, kamu berarti, kamu berharga, setiap orang punya caranya sendiri dalam menjemput kebahagiaan nya nak.
Sini peluk ustadzah,dan segeralah berwudhu agar kita sholat hm?ucapnya menenangkan ku.

Kami berdua pun sholat,melangit kan do'a dengan harapan semoga akan ada kabar baik secepatnya.

Menjelang maghrib kami berjalan jalan mengelilingi lingkungan pesantren, berkunjung kerumah ustadz dan ustadzah yang tinggal dilingkungan itu sekedar menghilangkan sedih di hati ini.

Senja sudah mulai terlihat dan kami segera melangkah sedikit cepat menuju asrama karena sebentar lagi waktu maghrib akan tiba.
Suara adzan bersaut sautan mengajak hati ini bersujud kepada yang kuasa.

Maghrib dan isya sudah berlalu, kini kami sedang duduk di aula asrama sekedar bertukar cerita sambil menyantap makanan yang sempat dimasak ustadzah tadi setelah maghrib.

Dari pengalaman ustadzah aku tau bahwa semakin usia beranjak dewasa, maka dunia akan semakin menunjukkan kekerasannya,keangkuhannya,dan keegoisannya.
Semakin dewasa pun membuat aku sadar bahwa kadangkala takdir menghampiri tidak sesuai yang kita inginkan.
Dewasa itu harus mampu berpijak pada kakinya sendiri,harus memantapkan hati disegala hal.
Aku banyak belajar dari beliau bahwa masa dewasa nya setiap orang pasti berbeda-beda, ada yang terlalu cepat, ada yang tepat, ada yang lama bahkan ada yang tidak dewasa dewasa.
Dewasa bukan perihal angka usia, tapi dewasa adalah caramu menyikapi setiap kejadian yang di alami.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 22.15,asyik bercengkrama hingga kantuk menyerang.
Ustadzah mengajak ku tidur dikamar nya,agaknya agar aku tidak kesepian begitu pula beliau.
Dan tidak butuh waktu lama kami terlelap.

Kring.. Kring..

Alarm handphone ustadzah berbunyi..
Aku duduk dan melihat jam di dinding menunjukkan angka 2.30 wib.
Ah, ternyata tahajjud.
Lama aku termenung hingga tak sadar ustadzah sudah berdiri didepan ku mengajak ber tahajjud bersama.

Nak.. Ayo segera berwudhu, kita sholat,tuturnya.

Iya ustadzah,jawabku.

Selesai tahajud dan mengaji aku terlelap lebih dulu.

Dan tak terasa subuh sudah berlalu,matahari menampakkan cahayanya, membuat aku semangat.
Saat ini aku sedang menyapu dan ustadzah memasak makanan untuk kami santap pagi ini.

Nak.. Ayo sarapan
Selesai ini kamu bersiaplah, kita akan ke danau yang ustadzah janjikan kemarin,sapanya arahku.

Benarkah ustadzah?
Kita kesana?
Ah rasanya tidak sabar melihat danau dibawah matahari secerah pagi ini, jawabku girang.

Tentu saja nak.
Ayo, ucapnya.

Kami pun selesai sarapan,bersiap siap untuk pergi ke danau dan dengan waktu cepat kami pun berangkat menggunakan sepeda motor ustad yang tinggal di pondok.

Selama diperjalanan aku bahagia,senyuman yang terpajang,menandakan bahwa aku bisa, aku pasti bisa bahagia.

Kami sampai dan menikmati udara pagi di danau sembari menikmati cemilan yang disiapkan ustadzah sebelum berangkat kesini.

Lama waktu kami habis kan, hingga menjelang zuhur kami pulang untuk beristirahat.

Selesai sholat aku menghampiri ustadzah.
"Ustadzah terimakasih atas segala hal yang ustadzah berikan demi sebuah senyuman ku.Aku bahagia bersama ustadzah, kini aku aku percaya bahwa pelangi itu memang adanya.
Ustadzah tetap temani aku dikala semua orang menjauhi ku, aku hanya punya ustadzah",terimakasih ustadzah, ujarku dibawah pangkuan kakinya.

Nak,,tidak perlu sampai seperti ini, sini duduk disamping ustadzah....

Faira... Dengarkan ustadzah ya..
Kamu berarti, kamu sangat berharga, kamu pantas mendapatkan ini semua,ustadzah senang melihat mu tidak se murung yang telah lalu,teruslah tersenyum seakan duniamu sebaik itu hm?...
Anggap yang sudah berlalu sebagian dari bentuk pendewasaan diri mu nak, tetaplah kuat, tetap bahagia ya nak, jawabnya sambil memelukku.

Aku menangis ternyata masih ada yang menganggap ku, masih ada yang memperhatikan bahagia ku,tangisku.

Kupeluk lagi beliau seraya menangis mengucapkan terimakasih.

Liburan kali ini benar benar aku nikmati,walaupun masih ada rindu yang menggebu dihati ini.
Bohong kalau aku tidak pernah bersedih lagi tentang keluarga ku,kadangkala dimalam hari aku ke toilet sekedar melepas tangisan kerinduan ini.

Bukannya apa,aku hanya takut aku benar benar dilupakan oleh orang tua ku, aku hanya ingin tau kabar mereka, ingin bertatap wajah barang 5 menit saja, namun ternyata itu hanya lah khayalan ku saja.

Liburan ini terlewati, dan hari ini ramai sekali santri santri yang pulang karena besok sekolah akan aktif kembali, aku tidak menyangka aku bisa menjalani hari hariku dipenuhi suka duka ini.

Mohon maaf banyak penulisan kata yang salah, nantikan part selanjutnya readers, jangan lupa follow, vote dan komen🙌💗.

Tbc.....

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang