part 3

3 0 0
                                    

Halo..
Bertemu lagi dengan cerita aku
Semoga kalian enjoy ya 🙌
Happy Reading

Tidak terasa perjalanan panjang telah terlewati dan aku sampai di rumah nenek ku, memang rumah nenek ku ke pesantren tempat aku akan melanjutkan pendidikan hanya berjarak sekitar 3 km.

Tidak terbayangkan oleh ku bagaimana aku menjalani kehidupan ku selanjutnya tanpa komunikasi kepada orang tua ku.

Apakah orang orang ini akan peduli kepadaku, akankah kehidupan ku baik baik saja bersama orang-orang ini,
Suara hatiku berbicara.

Aku berfikir tidak akan ada seseorang yang tulus merawat kita selain ibu, bukan?
Tapi entah lah, apapun itu mau bagaimana lagi, mungkin ini sudah jalannya.

Setelah beristirahat sejenak dirumah nenek,ayahku buru buru ingin pulang dan sore hari itu juga aku diantarkan ayahku ke pondok dan bertempat tinggal di asrama bersama orang orang asing tentunya, entah akan ada yang menjadi sahabat,teman atau lawan bicara ku nantinya, aku tidak tahu.

Singkat cerita aku sudah diserahkan penuh kepada pengurus santriwati disana dan tanpa berlama lama ayahku langsung beranjak kearah mobilnya dan langsung pergi begitu saja tanpa kejelasan bagaimana administrasi administrasi ku di pondok ini nantinya.

Ustadzah Habibah namanya, orangnya yang lembut, tutur katanya yang anggun, dan ya tentunya tertutup dengan busana syar'i nya.
Beliau mengantarkan aku kekamar ku, kamar terbaik di lantai atas, ya teman sekamar ini juga akan menjadi teman sekelas ku besok dan selanjutnya.

Saat aku sampai dikamar ku, tak ada orang kutemui, hanya susunan lemari dan tempat tidur tertata rapi, aku memandang ustadzah Habibah dengan pandangan bingung, beliau pun langsung mengerti dan menjawab;
Sekarang ini waktunya sholat maghrib akan tiba, jadi santriwati sudah pada turun kebawah menuju mesjid, apakah kamu mau ustadzah antarkan?, tanya nya.

Aku diam dan menggeleng,
tentunya ustadzah tersebut mengerti dan meninggalkan ku dengan pesan
Jika butuh sesuatu turunlah ke lantai bawah dan hubungi nomor yang ada di samping warung telepon.

Baiklah, jawabku.

Aku segera merapikan barang barang ku di lemari yang memang sudah dibeli ayahku ternyata,dan setelah selesai dengan barang barang tersebut aku segera menuju tempat tidurku untuk istirahat.

Namun, apakah kalian tau aku tidak bisa sama sekali tertidur, aku hanya memikirkan dimana mamaku, adik adik ku, apakah mereka baik baik saja, apakah mereka ingat aku, kenapa ayahku dan mamaku bisa sampai berpisah seperti ini, aku ditelantarkan,bagaimana rara besok ketika tak menemukan ku, apakah suatu saat nanti aku dan rara tetap bersahabat atau dia sudah kecewa dengan aku yang pergi tanpa pamit?
Entah lah semua abu abu, berputar dikepala ku, yang satupun tidak kutemukan jawabannya karena memang ini kejadian yang begitu tidak pernah aku duga sebelumnya.

Larut dengan pikiran ku, tak terasa ternyata malam ini sudah menunjukkan pukul 22.00 wib, dan suara bising mulai terdengar dari lantai bawah, aku pun penasaran dan segera beranjak turun kelantai bawah melihat apa sebenarnya ribut ribut.

Saat aku berada di anak tangga terakhir aku tercengang melihat para remaja remaja seusia ku bahkan ada yang lebih dewasa dari aku membaca dan belajar berkelompok kelompok, lalu entah bagaimana bisa seorang perempuan memanggil ku,

Faira, kemarilah belajar bersama kami, kamu adalah teman sekelas kami, ujarnya.
Aku pun menurutinya, mulailah kami berkenalan satu sama lain dan ya mereka heboh karena jarang sekali anak yang sudah sekolah SMP mau pindah ke pondok,mereka berceloteh ria namun,aku hanya merespon biasa saja karena aku takut ini semua hanya berpura-pura.

Waktu menunjukkan pukul 23.15 wib dan ternyata waktu tidur telah tiba, aku dan teman teman sekelas beranjak kekamar kami dan tanpa basa basi aku langsung membaringkan tubuhku dikasur ku dan aku langsung tertidur.

Tring.... Tring....
Suara bel berbunyi
Dan aku mendengar suara ustadzah Habibah membangun kan para anggota setiap kamar untuk sholat tahajjud.

Jujur aku tidak terbiasa dengan ini semua, aku tidak beranjak, aku tidak peduli seberapa kali pun teman teman ku mencoba membagun kan ku dan mereka satu persatu pergi menuju lantai bawah untuk tahajud bersama sama.

Faira, bangunlah nak
Waktu tahajud telah datang, sholat lah serahkan semua keganjalan dan keganjilan dihatimu kepada Allah pengendali hati seluruh manusia.
Ustadzah tau kamu dan keluarga mu sedang teritimpa masalah yang belum bisa kamu fahami sepenuhnya nak.
Ayo ustadzah bantu, ujarnya berbisik di telinga ku.

Aku bangun dan perlahan-lahan air mata yang kutahan sejak kemarin sore jatuh juga, iya suara nya persis seperti mamaku, aku menangis dipelukannya tanpa kata kata, hanya tangisan
Aku merindukan mamaku, rasanya bumiku tidak terasa berpijak, tidak terbayangkan ternyata aku berpisah dengan mamaku.

Aku berdiri mengikuti ustadzah tersebut dan kami tahajud dikamar beliau tentunya diimami oleh beliau juga.

Selesai dari sholat aku berdoa namun aku rasa aku lebih banyak menangis karena memang aku tidak sekuat itu menerima takdir yang aku jalani sekarang.

Katakan lah aku terlalu berlebihan
Tapi, memang aku rasa perpisahan dengan seorang sosok mama amatlah sakit.

Tanpa sadar aku tertidur di sajadah hingga waktu subuh datang, aku terbangun karena mendengar suara adzan.
Aku terduduk dan melihat ustadzah Habibah sedang mengelus ku, ya aku kembali menangis,bukan apa aku teramat rindu kepada mamaku.

Aku sholat subuh dikamar ustadzah tentunya dengan diimami oleh beliau pula, memang aku yang belum siap bertemu banyak orang jika harus kemesjid.

Singkat cerita,selesai dari sholat tersebut ustadzah mengajak ku dan menunjukkan ku tempat Pengambilan Makan para santriwati.

Seragamku pun sudah disiapkan ustadzah, aku di ajari olehnya cara berpakaian yang sepantasnya untuk sekolah, tentunya sangat berbeda dari seragam sekolahku sebelumnya.

Aku ke kelas diantarkan ustadzah Habibah, dengan menunduk dan penuh kecemasan,aku ikut memasuki kelas bersama ustadzah Habibah yang sedang memberitahu kepada teman sekelas ku bahwa ada santriwati baru.

Faira, ayo tegakkan kepalamu nak, lihat teman teman mu, sapa nak, mereka akan membantu disini, ucap ustadzah padaku.

Emm..
Halo aku Faira Rahmalika, aku pindahan dari salah satu SMP di kota Riau.

Mereka menyambut ku dengan ramah, bahkan mereka memperlakukan ku sebaik mungkin dan aku duduk berdua dengan salah satu dari teman teman ku yaitu Atika.

Atika seorang yang humble menurutku, ceria dan juga sopan. Aku pun perlahan mulai dekat,mulai dari makan bersama, pergi kemesjid bersama dan hampir semua kegiatan kami selalu berdua.

Seiring waktu berjalan sifat sifat asli penghuni kelas itu mulai keluar, ya yang aku pikir jika sudah pondok pasti jiwanya atau hatinya, bahkan pergaulan dan cara bergaul akan lebih baik namun, ternyata ekspektasi ku terlalu tinggi, namanya manusia ya begitu perlahan-lahan kemunafikan nya pun mulai terlihat, apalagi aku tidak terlalu sulit mengejar ketinggalan pelajaran pelajaran disana karena memang aku orang nya alhamdulillah mudah mengingat dan mengerti yang mana ternyata membuat mereka sekuat mungkin menjatuhkan ku.

Aku yang mulai dijauhi, tak di pedulikan, berbicara tak didengar, dan aku mulai takut kalau sewaktu-waktu mereka akan meninggalkan aku dalam kesedihan lagi. Entahlah aku bingung akan seperti apa aku akan menjalani kehidupan ku selanjutnya.

Mohon maaf untuk kesalahan penulisan, karya pertama, jangan lupa follow dan vote teman teman💗🙌

Tbc...

PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang