34 - T R E I N T A Y C U A T R O

7.6K 837 31
                                    

Lee Jeno mematut penampilannya dari pantulan cermin besar yang berada di kamar luasnya. Jemarinya bergerak untuk menyugar helaian rambutnya yang kini mulai memanjang hingga hampir menutupi mata ke belakang. Kemudian sesekali ia merapikan kemeja biru yang ia kenakan agar tidak ada bagian yang kusut.

Hari ini akhir pekan, dan Jeno sudah berniat untuk menghabiskan waktunya ke apartment miliknya, atau lebih tepatnya di tempat Jaemin berada. Selama tiga hari ke belakang ini, Jeno selalu menyempatkan diri untuk sekedar singgah ke kediaman lamanya guna menghampiri sang kekasih walau hanya dalam hitungan menit. Dan hari ini, Jeno ingin singgah lebih lama.

Kaki jenjangnya bergerak menuruni anak tangga dengan sedikit terburu-buru. Namun langkahnya melambat kala mendapati presensi dari kakeknya yang berjalan mondar-mandir dengan berpangku tangan dan wajah berlipat penuh rasa gusar yang kentara.

"Kakek, ada apa?" Tuan Lee menghentikan aktifitasnya, kepalanya menoleh pada sang cucu yang berjalan mendekat kearahnya dengan raut bingung penuh tanda tanya. Pria tua itu berdeham sejenak sebelum menetralkan ekspresi wajahnya, ia mengulum senyum tipis. Satu tangannya bergerak terulur menyambut cucu satu-satunya itu kemudian menepuk bahu tegap milik sang Elder.

"Tidak ada apa-apa. Hanya ada masalah pada rapat shareholder kemarin dan itu sangat memusingkan kakek." Jawabnya diselingi tawa renyah. Jeno mengigit bibir dalamnya, menahan diri untuk tidak mengeluarkan dengusan mendengar kalimat dusta dari sang kakek. Pasti kakeknya itu sudah mengetahui fakta jika Jaemin sudah tidak ada di tempatnya disekap tempo hari. Kemudian sepasang mata tua itu menelisik penampilan Jeno yang terlihat rapi, "kau terlihat rapi, kau ada janji pergi?"

Jeno mengusap tengkuknya yang tidak gatal, "yah, aku ingin pergi ke makam ayah dan ibu. Sudah lama aku tidak berkunjung." Tidak sepenuhnya bohong, Jeno memang berniat untuk berziarah di makam kedua orang tuanya terlebih dahulu sebelum pergi ke apartment nya.

Kemudian Jeno mengingat sesuatu, "oh iya, kek, bagaimana dengan Mark? Dia belum pulang juga?"

Mimik wajah Tuan Lee berubah sedikit sendu lantas menghela nafas; nampak lelah, "belum, orang-orang suruhan kakek sudah kakek utus untuk mencari Mark, namun nihil. Mark masih belum bisa ditemukan, bahkan ponselnya tidak aktif." Jawaban sang kakek menimbulkan raut cemas pada wajah tampan itu. "Lalu? Mark tidak pernah pergi tanpa kabar dan tiba-tiba seperti ini, kek. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?"

Oh, rupanya Jeno memerankan perannya dengan baik. Lagipula, tidak mungkin orang-orang milik kakeknya itu tidak mampu menemukan sepupu satu-satunya itu.

"Kakek tau, Jeno. Memangnya saat di sekolah sebelum Mark menghilang, ia tidak mengatakan sesuatu padamu?"

Jeno terdiam, nampak berpikir sejenak kemudian menggeleng, "tidak, dia tidak mengatakan apapun. Mark juga bersikap seperti biasa, tidak ada yang aneh." Tuan Lee mengangguk paham, ia memangkas jarak dan mendekat pada cucunya lalu mengusap punggung tegap itu lembut guna menenangkan. "Kau tenang saja, Mark orang yang kuat. Dia akan baik-baik saja, dan orang-orang suruhan kakek pasti akan segera bisa menemukannya." Tuan Lee berujar, Jeno hanya bisa tersenyum kecil dan mengangguk sesekali. Seolah mempercayakan pada sang kakek untuk menemukan sepupu satu-satunya itu.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, kek. Dan maaf, aku akan pulang terlambat jadi tidak usah menungguku untuk makan malam." Setelah itu, pemuda bermarga Lee tersebut segera melenggang pergi meninggalkan sang kakek dan menuju garasi tempat mobil miliknya berada. Tak ingin membuang banyak waktu, Jeno mengemudikan mobilnya meninggalkan pekarangan mansion milik keluarga Lee dan pergi ke tempat tujuannya; makam kedua orang tuanya.

Dan disinilah Jeno berada, sebuah komplek pemakaman luas yang berada tidak jauh dari pusat kota, memakan sekitar tiga puluh menit perjalanan dari mansion kakeknya. Hamparan rumput hijau berhiaskan batu nisan dengan buket bunga yang nampak masih segar adalah pemandangan yang Jeno dapatkan. Suasana sunyi dan sedikit sendu ini membuat Jeno merasa sedikit resah sebab rasa rindu pada ayah dan ibu yang sudah lama tidak ia lihat rupanya.

Nerd Alpha | NOMIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang