prologue.

832 100 14
                                    

Elisabeth's P.O.V

Aku terbangun karena alarm sialan yang berbunyi kencang.

6.30

Setelah melihat jam, aku bangun. Duduk dikasurku. Merenungkan sesuatu.

Terkadang aku mempunyai momen dimana aku tidak ingin lagi hidup di dunia ini. Ya, aku ingin meninggal. Maksudku, untuk apa kau hidup jika kedua orang tuamu sudah tidak ada di dunia ini dan kau harus pindah dan tinggal bersama kakakmu dan keluarganya?

Seseorang mengetuk dan membuka pintu kamarku. Sudah pasti itu Mike.

"Hey boo, apa kau sudah bangun?" Tanyanya.

"Yaa.." aku beranjak dari tempat tidur dan mengelap air mataku dengan cepat. Ya, aku menangis di pagi hari. Klise memang.

"Baiklah.. Sara sudah menunggu dibawah untuk sarapan. Bergegaslah. Aku berangkat kerja dulu. Selamat bersenang-senang di sekolah barumu." Katanya sambil memberikanku senyuman.

Ketika ia beranjak menutup pintu kamarku seketika ia mendekatiku dan memberikanku kecupan di kening seperti yang ayahku lakukan dulu.

I love Mike. I really love him. Dia selalu berada disisiku ketika aku membutuhkannya. Mike kakakku dan umurnya 28. Ia sudah menikah dengan wanita bernama Sara. Sara sudah kuanggap seperti ibuku sendiri. Ia baik dan cantik mengingatkanku dengan ibu.

Oh ya, Mike menjabat sebagai Direktur di sebuah perusahaan besar dan Sara bekerja sebagai Design Interior. Jadi bisa dikatakan kamu lumayan kaya. Ups. Maksudku, mereka yang kaya.

Aku merasa seperti penganggu di rumah ini. Bagaimana tidak, aku tinggal bersama Mike. Maksudku, mereka seharusnya menghabiskan waktu mereka berdua dan tidak memusingkanku. Tapi harus bagaimana lagi, hanya mereka yang aku punya sekarang.

Aku keluar dari kamar setelah selesai mandi dan rapi-rapi. Yap, hari ini aku memulai sekolah lagi di sekolah baru. It's sucks for sure but i have no choice at all. Aku memakai floral dress selutut tanpa lengan dan sepatu converse. Aku mengikat rambutku mejadi messy bun style. Terlihat simple bagiku.

Aku menuruni tangga dan melihat Sara yang sedang menikmati sarapannya.

"Pagi lis." Ucapnya.

"Hai Sara. Bagaimana penampilanku?" Tanyaku.

"Kau terlihat menakjubkan seperti biasa." Jawabnya tersenyum.

Setelah selesai sarapan, aku dan Sara keluar dari rumah bersama.

"Jangan gugup. Kau akan baik-baik saja." Ucapnya sambil mengelus pundakku.

"Aku harap. Kau tau, aku hanya takut mereka akan membeciku. Kau tau bukan, remaja masa sekarang."

"Aku yakin kau akan baik-baik saja. Oh ya, aku dan Mike akan pulang telat hari ini. Tak apa kan jika kau di rumah sendirian?"

"Tak apa. Aku harus pergi sekarang. Bye." Kataku sambil memeluknya.

"Jaga dirimu, babe." Balasnya sambil balas memelukku.

Aku mengendarai mobilku menuju sekolah. Ya, mobil ini merupakan hadiah terakhir yang diberikan kedua orang tuaku sewaktu aku berumur 16.

Tak lama untuk sampai di sekolah baruku karena jaraknya yang tak terlalu jauh. Setelah mendapatkan tempat parkir, aku mematikan mesin dan tak lupa untuk mengambil tasku yang kutaruh disebelah bangku kemudi dan kumasukkan kunci mobilku ke dalam tas.

Semua murid yang berada di area parkir menatapku. Aku berjalan sedikit cepat dan menunduk kebawah.

Urgh, aku benci dengan situasi ini.

BRUKKK.

Aku menabrak seorang pria yang jauh lebih tinggi dariku.

Dan semua mata tertuju padaku dan pria yang baru saja kutabrak.

Hebat. Aku sudah membuat masalah di hari pertamaku. Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat wajahnya. Sebenarnya,wajahnya tidak dapat kulihat dengan jelas karena tertutup oleh hood yang sedang ia pakai. Tetapi yang pasti ia memiliki mata hijau dan tato di tubuhnya. Salah satu dari 'cowo nakal' sekolah, kurasa. Tanpa berbicara satu katapun ia berjalan melewatiku dan menabrak pundakku.

Baiklah, itu kasar.

Tapi itu juga salahku karena lalai sewaktu berjalan tadi. Aku melanjutkan perjalananku menuju kedalam sekolah. Semua orang mungkin sudah berhenti menatapku dan melanjutkan kegiatannya masing-masing. Seketika ada yang menghalangi jalanku. Kulihat siapa. Wanita dengan rambut blonde yang memakai celana ketat dan busttier dan dia juga memakai heels warna merah. Ah dan dia juga memakai lipstick merah di bibirnya yang tebal itu. What the hell. Seperti nenek sihir saja.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanyaku ramah.

Dia menatap diriku tajam.

"WHAT THE FUCK DO YOU THINK YOU WERE DOING?" Bentaknya.

"Umm.. maaf?" Tanyaku bingung.

"Kau pikir kau siapa?! Berbicara dengan Harry?!" Bentaknya

"Harry? Siapa dia?"

Ah aku ingat. Mungkin Harry adalah pria yang kutabrak tadi.

"Ahh. Jadi namanya Harry? Aku tidak berbicara dengannya."

"Kenapa kau bersama dengannya?" Tanyanya lagi dengan nada yang lebih pelan

"Aku tak sengaja menabraknya." Balasku santai.

"Jauh-jauh dari Harry. Dia milikku." Ucapnya

"Dia pacarmu?" Tanyaku.

"Oh bitch please. Lakukan saja apa yang aku bilang."

Yaampun. Dia baru saja menyebutku jalang.

"Maaf, tapi kau pikir dirimu siapa? Aku tidak mau menuruti apapun yang kau bilang." Balasku.

"SIALAN KAU!! INI BELUM SELESAI." Ucapnya sambil berteriak lalu pergi meninggalkanku.

Lagi-lagi beberapa mata menatapku. Aku benci menjadi pusat perhatian karena aku bukan orang yang suka mencari perhatian. Sewaktu aku berdebat dengan wanita tadi bel sekolah berbunyi jadi sekarang aku berjalan sendirian di lorong yang sudah sepi.

Well, beruntung sekali diriku. Aku melihat seorang pria sedang mengambil barang di lokernya. Saat aku berjalan mendekat, aku mengurungkan niatku karena ia adalah pria yang tadi kutabrak. Hmm. Siapa namanya. Hassy? Henry? Hegi? Ah ya. Harry. Ya dia Harry.

Tiba-tiba ada tangan yang menyentuh pundakku dari belakang.

"Hey pretty. Ada yang bisa kubantu?"

"Umm.. apakah kau bisa menunjukkan dimana ruang TU?" Tanyaku ramah.

"Well. Tentu." Jawabnya sambil tersenyum.

"Bye haz.'' Serunya sambil menepuk pundak Harry ketika melewatinya.

"Aku suka caramu menghadapi Melissa." Ucapnya saat kami berdua sedang berjalan.

"Jadi nama wanita itu Melissa?"

"Ya. Dan kau mungkin wanita pertama yang berani melakukan hal seperti itu."

"Jadi namamu siapa?" Ucapnya lagi.

"Elisabeth. Elisabeth Branlyn."

"Nama yang bagus. Aku zayn. Zayn Malik. Alasan pindah?"

"Bisnis keluarga." Ucapku berbohong.

"Okay. Sudah sampai." Ucapnya ketika kami berada di depan kantor guru.

"Baiklah. Terima kasih banyak Zayn." Ucapku.

"Tidak masalah. Semoga kita bertemu lagi!" Balasnya sambil setengah berlari ke kelasnya mungkin.

Setidaknya aku sudah mendapatkan satu teman. Semoga saja sehabis ini hal-hal baik akan datang padaku.

CHLOE MORETZ AS ELISABETH BRANLYN DI MULTIMEDIA GUYS!! MAAF YA KALAU PROLOGUENYA JELEKK:( TETEP KOMEN DAN VOTEE YA . XX.

gotta be you // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang