Elisabeth's P.O.V
"APA-APAAN INI?!" Harry berteriak. Aku dan Zayn terkejut mendengar teriakannya dan melepaskan ciuman kami. Aku tidak mengerti. Tadi pagi dia mengacuhkanku lalu dia bercumbu dengan Melissa dan sekarang dia marah karena aku mencium Zayn? Dia sangat aneh.
Zayn dan aku menatap satu sama lain. Aku memberinya tatapan 'apa yang harus kita lakukan'. Matanya masih melebar karena terkejut akan kehadiran Harry dan juga penuh ketakutan. Apa dia takut dengan Harry?
"Cepat turun brengsek!" Ucap Harry dengan suara beratnya. Kami melakukan apa yang baru saja ia katakan. Aku dan Zayn berdiri bersebelahan sementara Harry berdiri didepan kami. Aku merasa seperti anak kecil yang diceramahi diruangan kepala sekolah.
"Apa itu tadi?" Teriaknya lagi. Jika dia akan terus berteriak seperti ini, aku bersumpah sebentar lagi kupingku akan menjadi tuli. Harry berjalan mendekati Zayn dengan muka yang memerah dan mengeras. Mengerikan sungguh tapi sekaligus terlihat sexy.
"Aku sudah beritahu bukan untuk menjauh dari barang milikku?!" Dia teriak tepat didepan muka Zayn.
Apa? Barang? Miliknya? Hey!
"Milikmu?" Aku bertanya dengan lancang. Walaupun aku tau ini bukan waktu yang tepat, aku tidak akan membiarkan Harry menyebutku sebuah barang.
"Jangan ikut campur!" Harry berteriak tanpa memalingkan wajahnya dari Zayn. Aku pikir mereka berteman..
"Harus berapa kali aku memberitahumu? Dia tidak akan menjadi salah satu boneka mainanmu!" Jelas Harry.
Oke. Apa yang terjadi disini?
"Dia bukan mainanku. Kami berciuman." Balas Zayn pelan. Setidaknya dia mengatakan sesuatu. Wajah Harry terlihat lebih merah dari sebelumnya.
"Keparat kau! Jangan pernah mendekatinya lagi karena aku tidak akan ragu-ragu untuk mematahkan semua tulangmu!"
Ketika aku mengira Harry akan menyakiti Zayn, dia malah menarik tanganku untuk menjauh dari Zayn.
Aku mengucapkan 'maaf' kepada Zayn tanpa bersuara dan dia mengganguk dan tersenyum. Kenapa Harry tidak bisa semanis Zayn?
Aku tidak tau kemana Harry menyeretku tapi yang jelas aku harus melepaskan genggaman tangannya ditanganku sebelum ia membuat memar ditanganku.
"Berhenti Harry." Perintahku. Dia mengabaikanku dan tetap berjalan sambil menarik tanganku kasar.
"Aku bilang berhenti." Dia malah mencengkram tanganku semakin keras dan membuatku mengernyit kesakitan.
"Harry kau melukaiku." Suaraku pecah.
Dia berhenti dan melepaskan tanganku dari genggamannya. Dia berbalik menghadapku. Aku membiarkan diriku menangis dihadapannya. Angin bertiup begitu kencang dan membuatku menggigil kedinginan.
"Elisabeth." Panggilnya.
"Lis." Panggilnya lagi.
"Dengarkan aku." Gumamnya.
"Tinggalkan aku sendirian." Ucapku pelan. Dia menarik nafas dan berjalan mendekatiku. Aku tidak menatapnya melainkan menunduk melihat sepatu coklat yang ia kenakan.
"Lihat aku." Dia menaruh jari telunjuknya didaguku tapi aku memukul tangannya dan berjalan mundur selangkah menjauhinya.
"Apa kau tidak mengerti kalau aku tidak ingin berbicara denganmu ataupun melihatmu?!" Teriakku. Dia hanya terdiam.
"Pertama kau mengacuhkanku seperti patung lalu siangnya aku menemukanmu bercumbu dengan jalang sekolah, lalu kau mengancam Zayn untuk menjauhiku karena aku 'milikmu' lalu kau berharap aku mendengarkan penjelasanmu yang penuh dengan omong kosong? Huh?" Teriakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
gotta be you // h.s
RandomKehidupan sempurna Elisabeth Branlyn hancur ketika kedua orang tuanya meninggal dunia. Karena kejadian itu, membuat ia harus memulai segalanya dari awal. Tinggal bersama keluarga kecil kakaknya dan memasuki sekolah baru untuk tahun terakhirnya di Hi...